Label

Minggu, 04 April 2010

Kucai Pelumpuh Hipertensi


Masih banyak masyarakat Indonesia yang mengobati penyakit tekanan darah tinggi dengan ramuan tradisional. Hal ini bisa dimengerti. Sebab, tanaman obat berkhasian anti hipertensi memang berlimpah di negara ini. Selain itu, ada anggapan bahwa obat kimia penuh dengan efek samping berbahaya dan harganya yang relatif mahal semakin menjamurkan pemakaian obat tradisional.

Namun, di sisi lain, ramuan tradisional yang sudah teruji secara klinis untuk mengatasi hipertensi itu masih jarang. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ramuan herbal itu diantaranya adalah seledri dan kumis kucing, yang bahkan telah menjadi fitofarmaka.

Seledri (Apium Graviolens L) mampu menangkal hipertensi karena tanaman ini mengandung senyawa aktif apigenin yang berfungsi sebagai calcium antagionist dan manitol yang identik dengan diuretik Sementara kumis kucing (Orthosipihon stamineus benth) juga mempunyai kandungan yang berfungsi sama sebagai diuretik. Kombinasi antara seledri dan kumis kucing sebagai anti hipertensi itu dilakukan oleh DR. Dr. Siti Fadillah Supari, SpJP sekitar 4 tahun lalu.

Khazanah pengobatan tradisonal untuk hipertensi tampaknya akan bertambah. Sebab, kucai (Allium schoenoprasum) saat ini sedang menjalani serangkaian uji laboratorium untuk mengetahui khasiat sesungguhnya sebagai herbal yang memiliki potensi anti hipertensi.

Kucai merupakan sejenis sayuran yang berasal dari keluarga Lili (tanaman berumbi). Tumbuhan ini mengandungi vitamin B dan C, karotin dan komponen belerang. Masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan kucai untuk pengobatan. Diantaranya untuk mengatasi keputihan, darah tinggi dan sembelit.

Selain itu, kucai diyakini mempunyai khasiat antiseptik untuk membunuh kuman bakteria dalam usus dan menjadi perangsang dalam proses pengasaman usus. Kucai juga berkhasiat melancarkan aliran darah, sekaligus menghindarkan pembekuan darah.

Uji Klinik

Orang yang kini sedang meneliti kucai sebagai obat herbal antihipertensi adalah Lia Amalia, MSi, staf pengajar Farmakologi-Farmasi Klinik Departemen Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dengan Dr.Rully M.A.Roesli,PhD,SpPD-KGH, staf pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran (FK-Unpad) yang bertindak sebagai pembimbing.

Menurut Rully, indikasi utama penelitian kucai adalah untuk mengatasi hipertensi. ”Peneltian yang dilakukan terhadap kucai ini mulai dari kandungan zat aktif hingga uji klinik terhadap binatang. Kedua tahap itu sudah selesai,”katanya.

Sekarang, lanjut Rully, sedang dilakukan uji klinik pada manusia untuk mengetahi efikasi (khasiat) dan efektifitas kucai menurunkan tekanan darah tinggi. ”Memang masih perlu waktu lama bagi kucai untuk bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal anti hipertensi,”tegas Rully.

Sebelumnya, DR. Irda Fidrianny, M.Si, staf pengajar Biologi-Farmasi Departemen Farmasi ITB pernah juga meneliti efek hipotensi dan antihipertensi terhadap ekstrak dan fraksi ekstrak simplisia segar dan kering dari tumbuhan kucai.

Hasil penelitian Irda menunjukkan bahwa ekstrak etanol, ekstrak n-heksana, fraksi ekstrak etil asetat, fraksi ekstrak n-butanol dan fraksi ekstrak air sisa baik dari simplisia segar dan kering mempunyai efek hipotensi dan antihipertensi.

Sejatinya, penelitian obat tradisional Indonesia seperti kucai ini memang harus terus digalakan. Dengan demikian khasiatnya bisa dibuktikan. Kalau bisa, menjadi fitofarmaka pilihan.

sumber:http://isnainibiasa.blogspot.com/2006/08/kucai-pelumpuh-hipertensi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar