Label

Kamis, 15 April 2010

Komunikasi

Peristiwa Tanjung Priok pada tanggal 14 April 2010 kemarin, benar mengusik keprihatinan kita semua. Bagaimana tidak, kita lihat sesama anak bangsa berhadapan dan saling menyakiti satu sama lain. Saling menghujat dan bahkan saling menjatuhkan dan dengan bengisnya berusaha untuk mencelakai dan bahkan keinginan untuk membunuh.

Kalau memang masalahnya perbedaan persepsi atas suatu hak atas tanah, bukankah bisa dibicarakan dengan baik baik. Apalagi disitu terdapat makam yang sangat dihormati pendududk setempat, pastinya bisa dicarikan jalan keluar yang baik bagi kedua belah pihak. Jalan yang " win win solution" kata orang sekarang, saling menguntungkan.

Tidak mudah! misalnya ada yang berkata begitu, tapi kan tidak berarti mustahil...

Masalahnya adalah komunikasi dan kemauan untuk berkomunikasi.
Kalau Pamong merasa sebagai penguasa memang jadi sulit. Namanya sudah Pamong Praja, seharusnya mendahulukan fungsinya sebagai Pamong bukan sebagai penguasa.
Dipihak lain, masyarakat juga harus diberi penyuluhan yang bijak atas hak dan kewajibannya. Seringkali kita saksikan penduduk dianggap sebagai penduduk liar, tapi mereka ditarik pajak, retribusi dan macam macam pungutan lainnya. Sehingga mereka merasa sudah menjalankan kewajibannya. Ketika hak mereka diganggu, digugat bahkan dicabut, tentu saja mereka akan mengamuk mempertahanhankan haknya.
Kalau penduduk liar, tidak punya IMB, tapi kenapa mereka membayar PBB, memiliki Kartu Penduduk, bahkan mendapat aliran listrik.

Jadi siapa yang salah?

Sudahlah, daripada kita mencari siapa yang salah, lebih baik kita melihat kekurangan masing masing. Berani introspeksi diri, cari kekurangan masing masing.
Yang jelas berkomunikasilah dengan baik, Pamong sebagai abdi masyarakat, dan masyarakat yang tertib dan santun.

Jangan sia siakan korban yang sudah jatuh...

S.Mardjono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar