Label

Sabtu, 10 April 2010

Concerto Susno

Satu orang ini sungguh luar biasa, hanya dengan hitungan beberapa hari dirinya bisa membalik dari musuh masyarakat menjadi idola yang ditungggu ucapannya. Istilah sekarang "from zero to hero". Dari public enemy menjadi sumber berita bahkan menjadi sumber rujukan para penegak hukum di negeri ini.
Hampir setiap hari wajahnya muncul di layar kaca dan harian surat kabar. Semua orang secara cermat mendengarkan kicauannya. Mulai dari Jaksa, Polisi pengamat hukum, ekonomi sampai kepada Kepala Negara.

Susno Duaji seakan seorang conductor orchestra, dimana pemain orchestranya terdiri dari jaksa, polisi, pengamat ekonom, sosial, dirjen, menteri sampai Presiden. Semua mengikuti arahan Susno memainkan musik yang sudah ditulis sang conductor, dan semua anggota orchestra tinggal membaca partitur yang sudah ditulis sebelumnya.

Ditjen Pajak bukannya membongkar kasus pajak lainnya, malah hanya berkutat soal kasus Gayus saja. Alih alih membenahi bidang pengawasan, malah sibuk membuat sangkalan sangkalan yang tidak masuk akal. Sehingga kelihatan lucu, seperti seorang mantan DirJen Pajak yang mempunyai harta 38 milyar, dimana yang 36 milyar merupakan hibah. Dirjen Pajak yang masih menjabat mempunyai rumah yang dilaporkan senilai ratusan juta, tapi bangunan tersebut berdiri diatas tanah seluas 1000 m, bahkan ada peliharaan rusa bintik bintik seperti yang terdapat di istana Bogor. Coba kalau yang bersangkutan bukan orang pajak, sudah pasti petugas pajak akan mencecar SPT nya, layaknya seorang pemburu mahir yang sedang berburu di kebon binatang. Bahkan ada pejabat yang berkata : sehebat hebatnya sistim pengawasan mesti ada celahnya. Mungkin maksudnya sistimnya yang kurang sempurna, padahal seperti yang kita ketahui, sehebat apapun sistim dibuat kalau ada kerjasama, kongkalikong, kolusi antar bagian maka rusaklah sistim tersebut.

Hal yang sama juga di Kepolisian, antara Susno dan lembaga kepolisian saling menyangkal dan saling serang. Dan kepolisian pun sibuk mencari kesalahan Susno, dan terus menyelidiki yang terfokus kepada kasus Gayus saja.
Bahkan Departemen Keuangan, sama saja. Mengikuti arahan sang conductor untuk memainkan musik yang sudah diarahkan. Bukannya lebih mengaktifkan fungsi Inspektorat, malah sibuk menyangkal si anu sudah tidak bekerja di Departemen Keuangan. Dan mengumumkan sektor yang dianggap undertax, artinya malah menyerang pihak lain sebagai pihak yang kurang taat membayar pajak. Kenapa Menteri Keuangan tidak meminta para Dirjen dibawahnya mengisi ulang daftar kekayaan, dan tinggal dilihat siapa yang kelihatan undertax. Begitu juga para Dirjen meminta para Direktur dibawahnya melakukan hal yang sama, dan seterusnya dan seterusnya.

Akhirnya rakyat menjadi bingung, mau dibawa kemana arah musik gubahan Susno ini. Atau mungkin sebenarnya, memang sengaja rakyat dibikin bingung sampai mumet, pusing lalu mengalihkan perhatiannya kepada hal hal yang ringan saja, seperti gosip artis, cerita sepakbola Indonesia yang tak kunjung membaik dan berita berita ringan lainnya. Dan selanjutnya kebrobrokan pejabat negeri ini dilupakan.

Bukankah rakyat negeri ini gampang marah tapi juga gampang lupa. Ingat kasus lumpur Lapindo, yang begitu banyak menyengsarakan rakyat? Yang sampai saat ini, detik ini, masih belum diselesaikan dengan baik. Bahkan Pemerintah dengan seenaknya mengatakan bahwa itu bencana alam. Jadi penanggulangannya ditanggung negara, yang berarti ditanggung rakyat. Sementara pemilik Lapindo tenang tenang saja, bahkan masuk diberita gosip murahan, karena putra kesayangannya menyunting artis terkenal.

Jadi bagaimana dong, kita menyikapinya....

Nggak usah pusing, mumet..dan lain lain, ikuti saja, nikmati saja Concerto Susno alunannya, bunyi bunyiannya, gesekan biola, tiupan flutenya dan dentuman bass dan seterusnya, sambil mengasah daya fikir kita dan tontonlah dengan seksama.

S. Mardjono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar