Label

Sabtu, 15 November 2014

YANG TERSISA

YANG TERSISA

Ini kisah seorang ibu dan ketiga anaknya.
Suatu hari Ibu menyuruh anaknya membeli minyak goreng untuk memasak. Maka diberikannya uang dan botol kosong untuk membawa minyak goreng curah. Ditengah jalan dalam perjalanan pulang, botol itu terjatuh, dan separuh dari minyak goreng tumpah tak dapat diselamatkan. Maka dengan menangis dia melapor kepada ibunya bahwa separuh dari minyak goreng yang dibeli tumpah dan tak dapat diselamatkan.

Sang ibu tidak memarahinya, hanya menyuruh anak yang kedua untuk kembali membeli minyal goreng dengan membawa uang dan satu botol kosong untuk membawa minyak goreng. Dalam perjalanan pulang, anak kedua menumpahkan kembali minyak goreng dalam botol hingga separuhnya. Kemudian anak kedua melapor kepada ibunya, bahwa separuh dari minyak goreng telah tumpah. Tapi dengan bangga anak kedua berkata:"Lihatlah ibu, aku berhasil menyelamatkan separuh botol dan bisa aku bawa pulang !"

Sang Ibu dengan sabar dan bijak tidak memarahi anaknya, hanya dia menyuruh anak ketiga untuk kembali membeli minyak goreng dengan membawa botol kosong. Kejadian kembali terjadi dalam perjalanan pulang. Anak ketiga berkata:" Ibu mohon maaf, minyak goreng yang aku beli tumpah dijalan dan ini separuh dari minyak yang dapat aku selamatkan. Tapi aku akan kembali kepasar, untuk bekerja apa saja agar dapat upah dan upah itu akan aku belikan minyak goreng, untuk memenuhi minyak yang aku tumpahkan..."

Dari cerita tersebut diatas, kita bisa mengambil hikmah.

Sudah berapa tahun kita mengarungi hidup. Sudah berapa tahun kita habiskan waktu dan umur kita untuk hal hal yang tidak berguna. Padahal waktu terus berjalan dan tak akan bisa kembali. Dan kita tahu ada yang pasti didepan kita, yaitu KEMATIAN.

Kenapa kita tidak merancang, mendesign, menata sisa umur kita untuk hal yang sudah pasti kita hadapi.  Tidak semua usia kita diisi dengan kebaikan, banyak kejelekan yang telah kita perbuat, dari mulai lalai dalam menjalani kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya, menyakiti perasaan orang lain, bergunjing bersama teman dan menjelekkan teman yang lain, marah dan meremehkan pasangan dan anak sendiri, menyakiti dan mengabaikan pesan dan nasehat orang tua dan masih banyak lagi kejelekan yang telah kita perbuat. Tapi itu sudah berlalu, nasi sudah menjadi kotoran, dan tak bisa diperbaiki.
Tapi kita harus optimis, seperti anak ketiga dari cerita diatas. Umur yang tersisa, kita rancang dan tata untuk menatap hari depan yang sudah pasti kita temui. Rancanglah dengan indah dengan hati yang ikhlash, agar KEMATIAN yang kita hadapi menjadi indah dan tidak menakutkan.

Jalankan kewajiban kita sebagai hamba TUHAN, sebarkan kebaikan kepada sesama, tuntun generasi anak kita menjadi manusia unggul yang menjadi pemimpin generasinya...
Sehingga ketika ajal menjemput, kita akan berani berkata: "Hidupku tidak sia-sia..."