Label

Minggu, 04 April 2010

JEFF BECK: "Gitaris Dambaan Gitaris"


oleh:Budiarto Shambazy

Medio Februari lalu, Eric Clapton dan Jeff Beck tampil dalam konser di Madison Square Garden, New York, Amerika Serikat, setelah sebelumnya tampil sendiri-sendiri.

Para penggemar langsung terkenang dengan hari-hari di London, Inggris, tahun 1960-an ketika Clapton dan Beck serta seorang lagi, Jimmy Page, muncul sebagai ”Tiga Dewa” yang amat berpengaruh sampai kini.

Beck menggantikan Clapton sebagai gitaris The Yardbirds tahun 1965 dan mereka belum pernah berkolaborasi secara utuh. Konser di New York tersebut merupakan yang pertama bagi keduanya tampil bareng di panggung di empat kota di AS. Kebetulan Beck mau merilis album baru dan Clapton, seperti biasa, menyajikan nomor-nomor blues kegemarannya.

Beck menampilkan pula sebuah nomor The Beatles, ”A Day in the Life” dengan dukungan sebuah orkes kecil. Ia memperdengarkan pula dua nomor dari album barunya, Emotion & Commotion berjudul ”Nessun Dorma” (karya komposer Italia, Giacomo Puccini) dan ”Corpus Christi Carol” (Jeff Buckley). Beck berani bereksperimen menyajikan album orkestra yang seperti menjauh dari harkatnya sebagai gitaris rock yang melodius dan kuat pada nomor-nomor balada.

Clapton dan Beck mula-mula tampil sendiri sebelum bergabung dalam konser di New York itu. Memang berbeda dengan Beck, penampilan Clapton lebih hidup, khususnya ketika menyuguhkan nomor-nomor yang akrab di telinga penonton, seperti ”I’ve Got a Rock and Roll Heart”, ”I Shot the Sheriff”, dan ”Little Queen of Spades”. Suasana seru saat Beck naik panggung dan mereka memainkan ”Shake Your Moneymaker”, ”Moon River”, ”Outside Woman Blues” (karya Cream), serta ”Little Brown Bird” karya Muddy Waters.

Beck berada di AS bukan hanya untuk konser bersama Clapton, tetapi juga menerima anugerah Grammy berkat ”A Day in the Life” untuk kategori Instrumental Rock Terbaik. Ini Grammy kelima baginya. Ia juga mendapat kehormatan memberikan sambutan untuk Les Paul, pelopor gitaris listrik yang belum lama ini wafat. Nah, Beck dikenal sebagi orang yang terlalu rendah hati.

Itulah Beck yang kini berusia 65 tahun. Bagi sebagian besar kalangan penggemar musik rock, namanya nyaris tak dikenal. Sepanjang tahun 2009, ia melancarkan tur dunia dan juga dikukuhkan sebagai artis solo di Rock and Roll Hall of Fame. Dan, pada Oktober 2009, Beck manggung dalam rangka peringatan seperempat abad Rock and Roll Hall of Fame di Madison Square Garden juga. Penampilannya menjadi istimewa karena Beck mengiringi Stevie Wonder melantunkan ”Superstition”, nomor terkenal karya Wonder yang ditulis untuk sahabatnya selama 40 tahun, Beck.

Jarang di atas

Setelah konser di New York bersama Clapton, Beck bersama bandnya segera cabut ke Australia, Hongkong, Jepang, dan Korea Selatan sebelum balik lagi ke AS bulan April. Saat itu album Emotion & Commotion dirilis. ”Saya orang yang senang menyendiri, tetapi sekarang Anda tak bisa mengabaikan saya,” katanya bergurau dalam wawancara khusus dengan The New York Times belum lama ini. ”Saya memilih momentum yang tepat untuk unjuk gigi dan hasil dari komitmen saya selama tahun lalu kini sudah terlihat,” lanjutnya.

Selama 43 tahun menjadi artis solo sejak bersama The Yardbirds, Beck mengukir nama sebagai ”gitaris dambaan gitaris”. Ia sebenarnya kurang percaya diri dengan kemampuannya sekalipun sering merebut penghargaan. Ia jelas memengaruhi sedikitnya tiga generasi gitaris di bawahnya, khususnya mereka yang mengandalkan gitar Fender Stratocaster. ”Ia yang terbaik di dunia. Ia jauh di atas kami dengan talenta yang hanya dimiliki satu atau dua gitaris selama dua generasi terakhir,” ujar gitaris Aerosmith, Joe Perry.

George Martin, produser ternama untuk The Beatles yang memproduksi dua album Beck, Blow by Blow (1975) dan Wired (1976), mengatakan, ”Jika dipaksa memilih gitaris listrik terbaik, saya memilih Beck. Ia mempunyai kemampuan memainkan segala jenis musik, mulai dari rock, jazz, blues, bahkan opera.” Justru karena watak multitalenta itulah yang membuat Beck dianggap kurang fokus walaupun memainkan dawai baginya ibarat menjalani hobi semata karena Beck lebih doyan menikmati kehidupan pribadinya di pedesaan di Inggris.

”Kalau melihat grafik karier saya, Anda akan melihat saya jarang berada di atas,” ujarnya merendah. Oleh sebab itu, semua albumnya kurang laku. Ia sempat membentuk The Jeff Beck Group dengan Rod Stewart sebagai vokalis di akhir 1960-an, tetapi sejak awal 1970-an tak mau lagi memakai vokalis. ”Susah untuk Jeff bermain dengan vokalis karena gitarnyalah yang menjadi penyanyi,” kata sahabatnya, Jan Hammer. Sepanjang kariernya, Beck mencoba sejumlah vokalis, seperti Luciano Pavarotti, Buddy Guy, Macy Gray, Chrissie Hynde, atau Cyndi Lauper. Untuk Emotion & Commotion, yang diproduksi Steve Lipson dan Trevor Horn, ia berkolaborasi dengan vokalis Joss Stone. Untuk tur album ini ia merekrut sejumlah musisi, seperti Michael Warden (drum), Rhonda Smith (bas), Jason Robello (kibor), dan juga Hammer. ”Ia tidak yakin mau melakukan apa dan pada awalnya panik sendiri. Setelah rekaman selesai, barulah Jeff merasa percaya diri untuk melanglang buana,” ungkap Lipson.

”Berurusan dengan Jeff gampang. Sebagai musisi, ia bisa membuat gitar seperti menangis, bisa juga memainkan musik yang funky dan berani mencoba materi apa saja,” kata Walden.

Dulu ia bukan pribadi yang mudah. Rod kabur dari The Jeff Beck Group gara-gara Beck membatalkan rencana tampil di Woodstock 1969. Penyebabnya sederhana: Beck kurang suka kepada bisnis musik pop dan juga kultur selebriti.

”Saya bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup disorot semua orang. Saya lebih suka berada di pinggiran lingkar selebriti. Saya menikmati kehidupan pribadi saya sendiri dan kurang suka kalau ada yang coba-coba ikut campur,” katanya.

Tiap kali ditanyai tentang popularitas dia yang berada di bawah dua gitaris ”Tiga Dewa”, Clapton dan Page, Beck tenang-tenang saja. ”Hal-hal seperti itu tidak berpengaruh kepada saya. Saya senang tidak dilihat siapa pun,” katanya.

Mengukur kualitas musikal Beck sebagai salah seorang gitaris terbaik di dunia memang agak sukar kecuali bagi mereka yang amat menikmati Blow by Blow yang amat reflektif. Untuk memahami Beck pada era pasca-1970-an Anda perlu mendengarkan album solo eks Pink Floyd, Roger Waters, bertajuk Amused to Death (1992) di nomor ”The Ballad of Bill Hubbard”, ”What God Wants, Part I”, ”What God Wants, Part III”, ”Watching TV”, ”Three Wishes”, ”It’s a Miracle”, ”Amused to Death”. Menurut saya, di album inilah ia mencapai grafik tertinggi kariernya.

sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/01/05183682/gitaris.dambaan.gitaris


Tidak ada komentar:

Posting Komentar