Label

Kamis, 27 Mei 2010

Terampil Dalam Hidup

Hidup adalah keterampilan.

Ia akan memiliki makna apabila kita terampil untuk memainkannya.

Seseorang akan bisa menikmati perjalanan, apabila ia terampil mengendarai kendaraannya.

Begitu pula, seseorang akan berbicara dengan baik apabila ia terampil memilih kata dan nada bicara yang tepat.

Untuk terampil kita membutuhkan dua hal, yaitu ilmu dan latihan.

Siapa saja yang tidak mencintai dua hal ini, maka ia celaka dan mencelakakan orang lain.

Masalah terbesar yang kita alami sekarang adalah tidak menguasai keterampilan untuk hidup.

Terkadang, untuk menentukan tujuan hidup pun kita masih kesulitan. Ketika punya tujuan, sering kali tujuan itu salah, ingin kaya, ingin terkenal, ingin memiliki jabatan tinggi, dan lainnya.


Semua itu hanyalah tujuan yang sangat rendah nilainya.

Karenanya, banyak di antara kita menghalalkan segala cara untuk meraihnya, walaupun harus melanggar nilai-nilai moral dan spiritual.

Ia menggadaikan harga dirinya, karena cita-cita yang diinginkan rendah nilainya.

Jangankan untuk membangun bangsa, keterampilan membangun cita-cita pun sangat sulit kita lakukan: apa yang hendak kita kerjakan hari ini dan esok lusa?

Orang yang tahu bahwa kereta akan berangkat jam delapan, pasti akan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri agar tidak ketinggalan kereta.

Hanya orang yang memiliki tujuan jelaslah yang akan memanfaatkan waktunya untuk kemajuan, sehingga setiap detiknya akan terasa efektif dan membawa kebaikan.

Keterampilan menentukan tujuan adalah langkah awal bagi orang-orang yang akan sukses dalam hidupnya.

Mulai sekarang, buat rencana ke depan. Ingin apa saya dalam hidup?
Ingin kaya, ingin berpenghasilan tinggi supaya bisa menyantuni orang lain, supaya bisa menolong orang yang membutuhkan?

Buat target, berapa uang yang harus kita keluarkan dalam sebulan untuk bershadaqah.

Kita sering tidak menyesal ketika tidak bershadaqah, tidak tahajud, tidak belajar, dan lainnya, karena kita tidak punya target untuk mencapainya.


Tawakal itu masalah hati.

Akal dan fisik kita punya urusan lain.

Tawakal akan bermakna apabila kita berusaha semaksimal mungkin untuk memeras pikiran dan mendayagunakan fisik.

Jangankan untuk mengarungi hidup yang demikian kompleks, untuk memasak telur dadar saja, kita membutuhkan proses dan tahapan yang harus benar urutannya.


Sebagai contoh dalam hal keuangan, belilah barang yang benar-benar kita butuhkan dan akan membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Berusaha semaksimal mungkin dalam merencanakan dan bekerja, perkara hasil itu ada dalam genggaman Allah swt.

Tampaknya kita harus mulai terampil untuk memperjelas tujuan dalam hidup dan memperjelas seperti apakah ridha Allah swt tersebut.

Ridha Allah itu harus kita jabarkan dalam pekerjaan yang konkret.

Ridha Allah itu ada dalam menolong orang tua, membangun umat, menyebarkan ilmu yang berguna, sehingga hilang kebodohan di kalangan umat.

Terampil bercita-cita, terampil menyusun rencana, terampil untuk tetap konsisten dan tidak terpengaruh oleh hal-hal kecil adalah kunci kesuksesan kita dalam memanfaatkan waktu yang tersedia.


Kita harus menjadi orang yang mampu berpikir besar, dan berkarya besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar