Label

Rabu, 26 Mei 2010

PENGANALANLAN DINI DEMAM BERDARAH DENGUE

sumber : milis balita-anda

dr. Syafruddin Mapata, Sp.A.

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue atau lazim disebut Demam Berdarah menjadi pembicaraan
yang hangat belakangan ini. Di tempat umum, seperti di pasar, di perkantoran,
di rumah sakit lebih tinggi lagi. Orang membicarakan kengerian akan demam
berdarah. Umumnya mereka membicarakan tentang keluarga atau sanak kerabatnya
yang menderita demam berdarah, sudah berapa hari dirawat, berapa botol infus
dihabiskan, berapa biaya sudah dikeluarkan bahkan kesedihan karena semua
usahanya sia-sia bila keluarga atau kerabatnya harus direlakan pergi
selama-lamanya.

Memang penyakit DB ini mengalami kenaikan insiden dalam bulan-bulan terakhir
ini sehingga dimasukkan ke dalam kategori Kejadian Luar Biasa. Karena itu
dirasa belum terlambat untuk memberikan pemahaman tentang beberapa hal
menyangkut demam berdarah.

Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan demam,
pilek, atau diare, yaitu sebagai penyesuaian diri seseorang terhadap iklim
tropis. Namun sejak timbulnya wadah Dengue di Filipina pada tahun 1953-1954
yang disertai renjatan, perdarahan saluran cerna, dan berakhir dengan
meninggalnya penderita, maka pAndangan ini pun berubah. Dan sejak itulah
istilah Haemorrhagic Fever atau DB digunakan. Kenyataan sekarang ialah bahwa
penyakit ini menempati urutan ke delapan kesakitan Asia Tenggara dan Pasifik
Barat.

PENYEBAB

Penyakit DB termasuk golongan penyakit Arbovirus, singkatan dari
Arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan binatang
arthropoda. Dalam hal ini DB ditularkan oleh sejenis nyamuk yang disebut
Aedes Aegypti. Nyamuk betina menghisap darah untuk kebuhan reproduksi. Tiga
hari setelah menghisap darah maka ia akan bertelur sebanyak 100 butir.
Selanjutnya mulai menghisap lagi dan bertelur lagi. Nyamuk Aedes tergolong
antropofilik yaitu paling doyan darah manusia. Berbeda dengan spesies nyamuk
lain yang biasanya sudah cukup puas dengan menggigit/menghisap darah satu orang
saja, maka nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
karena nyamuk Aedes sangat sensitif dan mudah terganggu.

Nyamuk Aedes Aegypti diduga berasal dari benua Afrika terutama Etiopia,
kemudian terbawa oleh kapal dagang ke daerah pesisir Asia Tenggara dan kemudian
masuk ke dalam pedalaman. Bila nyamuk betina menggigit/menghisap darah orang
yang menderita DB maka virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Selanjutnya
diperlukan waktu sekitar 9 hari agar nyamuk menjadi infeksius dan dapat
menularkan kepada korban yang lain. Walaupun umur nyamuk dewasa hanya
kira-kira 10 hari, namun dengan sifat menggigit berulang maka cukup banyak
korban yang bisa terinfeksi.

Nyamuk betina biasanya menggigit di dalam rumah pada waktu siang hari, di
tempat yang agak redup. Nyamuk betina meletakkan telurnya di permukaan air
yang jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung. Lebih disukai tempat
air di dalam atau dekat rumah, terutama tempat air yang bertutup longgar atau
jarang dikuras.

PERJALANAN PENYAKIT

Setelah nyamuk infeksius menggigit korban maka virus akan berkembang biak dalam
tubuh korban. Setelah waktu 4-6 hari atau yang disebut juga masa inkubasi maka
penderita mulai demam tinggi. Pada hari ketiga penderita mengalami resiko syok
dan kalau bisa diatasi maka fase penyembuhan dimulai setelah hari sakit ketujuh.

Pada fase awal demam ditandai dengan demam mendadak tinggi disertai muka
kemerahan dan sakit kepala. Kehilangan nafsu makan, muntah dan nyeri di ulu
hati sering dikeluhkan. Selanjutnya timbul bintik merah di kulit yang mirip
gigitan nyamuk.

Fase berikut dari perjalanan penyakit demam berdarah ialah fase syok, yang
merupakan fase kritis penyakit DB. Pada saat ini suhu badan cenderung turun.
Penderita terlihat lemah, gelisah dan berkeringat. Kaki tangan terasa dingin,
denyut nadi sukar diraba. Dapat terjadi mimisan, muntah darah, atau berak
darah. Pada saat ini bila penderita tidak segera diobati dengan pemberian
cairan infus maka kondisi penderita akan terus memburuk dan terjadi syok yang
berakhir dengan kematian.

GEJALA DAN TATA LAKSANA

Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya dari DBD? Sebelumnya perlu dikenal
dahulu gejala dini DBD. DBD merupakan penyakit akut yang ditAndai dengan 4
gejala klinik, yaitu:

- Demam tinggi
- Fenomena perdarahan
- Hepatomegali
- Seringkali kegagalan sirkulasi darah

Bila seorang anak menderita demam tinggi mendadak, muka kemerahan, tidak ada
gejala infeksi saluran nafas (mis.: batuk, pilek, sakit tenggorokan), ditambah
bintik merah di kulit, sebaiknya penderita dibawa segera ke dokter. Dokter
akan melakukan uji Torniquet, yang akan sangat membantu diagnosis awal DBD.

Uji Torniquet dilakukan dengan memasang tensimeter pada lengan atas anak,
memberi tekanan tertentu dan bila positif, maka dalam waktu ± 3 menit akan
timbul bintik-bintik merah di bagian bawah.

Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan laboratorium. Dua fenomena penting yang
selalu dicermati di pemeriksaan laboratorium, yait penurunan jumlah thrombocyte
di darah (thrombocytopenia) dan kenaikan konsentrasi plasma darah
(hemokonsentrasi). Kadar thrombocyte darah normal berkisar sekitar 150.000 –
400.000/mm3.

Seorang tersangka menderita DB sebaiknya dirawat di Puskemas atau di RS. Lebih
baik mencurigai dan merawat sebagai DB walaupun akhirnya ternyata bukan,
daripada menyesal kemudian. Sebelumnya penderita dianjurkan minum banyak, beri
obat penurun panas, dan kalau perlu dikompres dengan air hangat. Obat panas
yang dianjurkan adalah dari golongan parasetamol dan jangan dari aspirin atau
asetosal karena memperparah resiko perdarahan. Golongan metamizole secara umum
dilarang penggunaannya pada anak karena efek samping yang ditakuti berupa
agranulositosis, anemia aplastik dan thrombocytopenia.

Syok pada demam berdarah terjadi karena kebocoran pipa pembuluh darah sehingga
cairan plasma darah merembes ke luar dari pembuluh darah dan berkumpul di
rongga-rongga tubuh yaitu rongga perut dan rongga dada. Akibatnya pipa
pembuluh darah menjadi kolaps dan jalan mengatasinya ialah dengan infus.
Begitu masa kritis dilewati maka kebocoran pipa pembuluh darah akan membaik,
cairan plasma kembali masuk ke pembuluh darah. Keadaan umum penderita membaik
yang ditAndai dengan penderita mulai minta/mau makan.

Keadaan fatal pada DB terjadi bila syok tidak segera diatasi, atau bisa terjadi
perdarahan masif saluran cerna berupa muntah darah dan berak darah. Keadaan
fatal lainnya ialah encephalopatia, yang ditandai dengan penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.

KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa perlunya masyarakat awam mengenal tanda-tanda DB, kapan anak
harus dibawa ke dokter/puskesmas/rumah sakit, untuk mencegah terjadinya hal-hal
fatal yang tidak diinginkan

sumber:http://keluargasehat.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar