Label

Minggu, 02 Mei 2010

Rumah kita sendiri...

(ini surat untu sahabatku, yang sudah berumur 50 an masih belum punya rumah. Dan curhat, dan inilah jawabanku)

Nyambung ngorol kita kemarin siang soal rumah, jadi ingat lagunya God Bless...Rumah kita sendiri....
Lirik lagu ini isinya bagaimanapun bentuknya rumah kita, bagaimanapun sederhananya atau mewahnya rumah itu, yang penting bagi kita adalah "rumah" kita sendiri, aku mengartikannya bukan 'kepemilikan" dalam bentuk ekonomis, dimana kepemilikan harus ada transfer of ownership lewat transaksi ekonomi dengan pertukaran antara rumah dengan asset lainnya.
Rumah bagiku adalah tempat tinggal dimana kita akan merasa "pulang" ketika kita kembali dari bepergian, dari bekerja dan dari mana saja. Tempat kita sekeluarga istirahat, berinteraksi satu sama lain, mencurahkan cinta dan kasih sayang antara semua anggota keluarga. Anak anak merasa "kembali pulang" ketika dia mendatangi kedua orang tuanya yang menyambutnya ditempat yang dikatakan rumah. Tidak perduli status kepemilikan rumah itu apa, apakah rumah kontrakan, rumah sewa, ruko, vila dan lain sebagainya.
Anak anak dan suami merasa kembali dari suatu perjalanan, pengembaraan, petualangan jauh dan melelahkan, dan berkumpul kembali dengan orang orang yang dikasihinya.
Rasa "pulang" itu tidak bisa dibeli oleh seberapapun nilai uang yang kita miliki, rasa itu hanya kita bisa ciptakan dari hati kita masing masing pada setiap anggota keluarga. Bagi orang lain, mungkin rumah itu terlihat begitu bersahaja, tanpa perlengkapan furniture yang mewah, tanpa AC yang menyejukkan, tanpa taman yang luas dan asri.Akan tetapi para anggota keluarga merasa nyaman menetap dan bila kembali dari bepergian

Ingat anakku yang nomor 3, yang tinggal kost diluar kota karena kuliahnya disana. Agar dia merasa nyaman kost diluar sana, dibawanya bantal dan guling kesayangannya. Padahal bentuk bantal guling tersebut sudah tidak karuan. Sudah hampir rata, karena isinya sudah kempes, dan baunya masyaAlloh...
Kenapa begitu?
Mungkin dengan membawa bantal guling favoritnya, dia membawa sebagian suasana "rumah" yang dia rindukan. Padahal kamar kos nya lebih luas dari kamarnya dirumah. Padahal kamar dirumahnyapun harus berbagi dengan adiknya, jadi sangat sempit. Tapi toh, dia lebih menyenangi kamarnya dirumah. Bahkan kalau kami berlibur sekeluarga, dia akan bawa bantal guling itu. Sampai ketika dia dirawat di rumah sakit, dia minta adiknya membawakan bantal gulingnya, agar bisa tidur nyenyak.

Artinya apa...
Rumah itu bisa kita ciptakan dengan suasana yang membuat para anggota keluarga merasa nyaman hatinya. Merasa mereka mendapat perlindungan dan merasa istirahat disitu. Merasa orang yang paling dikasihinya ada disitu.Sudah tidak perduli lagi pendapat orang lain akan bentuk, status rumah itu.
Ada kawanku yang mempunyai rumah luar biasa mewahnya (paling tidak menurut ukuranku ya...), selain luas, rumah itu dilengkapi kolam renang, gym, dan perlengkapan mewah lainnya. Padahal waktu aku sekeluarga masih kontrak, dia masih tinggal bersama mertuanya. Karena kariernya bagus, maka dia dapat membeli rumah sendiri dan bahkan sekarang dia sudah memiliki rumah mewah tersebut. Tapi sekarang dia tidak dapat menikamati rumah tersebut, karena dia tersangkut kasus korupsi sehingga harus menghuni hotel prodeo selama beberapa tahun.

Begitulah kalau yang kita kejar adalah rumah dengan bayangan kepemilikan saja. Kita tidak mengejar "rumah tinggal" yang bisa kita ciptakan dari rasa kasih sayang, penuh cinta seluruh anggota keluarga.
Memang sangat ideal bila kita memiliki rumah yang sebagai tempat tinggal juga tempat tinggal yang berupa rumah yang punya hak kepemilikan resmi. Pengalamanku sendiri Kawan.....rumahku yang kami tempati sekarang tidak begitu besar, tapi cukuplah untuk menampung kami sekeluarga. Sudah sejak tahun 90 kami menempati rumah ini, jadi sudah 20 tahun. Ketika ada rizqi, dari tabungan dan sebagian warisan mertua, aku beli tanah yang lebih luas, lalu beberapa tahun kemudian mulai membangunnya sedikit demi sedikit. Ketika rumah selesai dibangun, anak anaku nggak ada yang mau pindah kesitu. Mereka lebih suka tinggal dirumah yang sekarang, karena katanya sudah PW (Posisi Wuenaak..)
Karena anakku yang bontot mau masuk Perguruan Tinggi, dan memilih study pharmacy dan atau kedokteran gigi. Dan itu perlu biaya banyak, maka ada alasan untuk menjual rumah ini (padahal memang nggak punya duit lagi untuk biaya kuliah...). Itupun mereka usul supaya rumah yang baru saja yang dijual, sehingga aku dan istri mengemukakan alasan lain, bahwa dirumah yang baru berada disebelah musholla yang juga kami bangun bersama sama warga sekitar. Biar kami berdua bisa selalu dekat dengan kegiatan ibadah seperti sholat berjamaah, pengajian yang bisa mengisi hari hari tua kami kelak. Barulah mereka mengerti , mungkin juga mereka kasihan kali ya...kalau kami sudah tua jauh dari kegiatan yang kami senangi. Tapi sampai sekarang belum laku laku juga, sebab orang cuma lihat lihat terus nggak dateng lagi, sebab mereka lihat sudak banyak kerusakan disana sini yang belum diperbaiki.....

Jadi kawan...
Aku koq yakin kalau kita membangun "tempat tinggal" cepat atau lambat kita akan punya rumah sendiri. Tapi kalau kita mengejar membangun "rumah" belum tentu kita dapat suatu "tempat tinggal"
Seperti kita membeli sapi, pasti kita dapat tali yang ada di leher sapi tersebut. Tapi kalau kita beli tali, belum tentu kita dapat sapinya.
Semakin kita kumpulkan harta di dunia, semakin besar pertanggung jawaban kita atas nikmat yang diberikan Alloh Subhana wa ta'ala.."Tsumma latus'alunna yaumaidzin 'aninna'iim"...kemudian akan ditanya pada hari itu atas semua nikmat (yang telah Alloh berikan....)
Sampai sampai Nabi Sholallahu'alayhi wasallam sendiri kuatir dan berdo'a (ini satu satunya do'a yang tidak berani aku panjatkan, karena takut dikabulkan...makanya aku nggak hafal) :
Ya Alloh jadikan aku orang miskin dan matikanlah aku bersama orang orang miskin...

Jadi sangka baiklah pada Gusti Allah, sesuai firmannya: Inna ma'a dhoni abdi bii...Aku (Alloh) bersama sangkaan hambaku...

Mudah mudahan Alloh paring rizqi dan tetap dalam petunjuk dan hidayahNYA, penuh ketenangan dan rahmat dalam keluarga.
Aamiin Ya Robb

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar