Label

Rabu, 02 Juni 2010

Copas Fenomena

Assalaamu'alaikum,

Kafa bil-mar-i kadziban ay-yuhadditsa bikulli maa sami'a {HR.Muslim Kitab Muqoddimah}. Bisa diartikan: Cukup bagi seseorg utk dikatakan berdusta jika ia menceritakan segala apa yg didengarnya.

Dlm HR.Abi Dawud Kitab Adab ada hadits yg mirip dan senada dgn HR.Muslim tsb tetapi ia menggunakan "itsman" sebagai pengganti "kadziban". Kalau “kadziban” dpt berarti “berdusta” atau “tidak benar” maka “itsman” dpt berarti "bersalah" atau "berbuat tdk benar" atau "berdosa" dst.

Setidaknya dua dalil itu dpt memberikan pengertian: cukup bagi seseorg utk dikatakan berdusta, bersalah, berbuat tdk benar, berdosa dst, jika ia menceritakan atau menyampaikan segala apa yang didengarnya atau dibacanya dengan tanpa terlebih dahulu mencari tahu akan kebenaran dari apa-apa yg ia dengar atau ia baca.

Oleh karena itu kita umat Islam, yg ingin mengurangi kesalahan, yg ingin mengurangi dosa mendosakan, yang ingin tetap menjaga kemurnian agamanya, supaya berhati-hati ketika bicara, menulis, menyampaikan, dst, tentang sebuah dalil, hukum dan atau apalah istilahnya. Kita ingat dalil yg intinya mengatakan: barang siapa yg mengajak kearah hidayah maka bagi orang (yg mengajak) pahala semisal pahala orang yg mengikuti, tanpa mengurangi pahala mereka (yg mengikuti) sedikitpun. Dan barang siapa mengajak kearah kesesatan maka dosa bagi org (yg mengajak) semisal dosa orang yang mengikuti, tanpa mengurangi dosa mereka (yang mengikuti) sedikitpun {lihat HR. Muslim Kitab Ilmu}. Perkataan atau tulisan siapa saja, dpt mempengaruhi seseorg utk percaya dan mengamalkannya, apalagi dari seseorg yg mrk “anggap”.

Phenomena CoPas harus menjadi perhatian kita sebagai umat Islam. Kita atau sebagian dari kita, mungkin merasa atau melihat banyak yg hanya dgn mendengar dari seseorg atau membaca sebuah buku, koran, majalah, internet dst, lalu merasa cukup untuk mengamalkannya dan atau bahkan menyampaikannya dengan tanpa mempelajarinya, mengkajinya, atau minimal membandingkan dengan referensi aslinya sehingga apa yang akan diamalkan atau disampaikan itu bisa dipertanggung-jawabkan dan benar-benar berdasarkan kedua referensi Islam.

Kita harus mencontoh Para Sahabat, Ulama dan atau Muhaditsin masa lalu, mrk bersungguh-sungguh serta sangat teliti dan berhati-hati dlm menerima sebuah riwayat. Dengan usaha yg maksimal mrk mencari kepastian tentang keshohihan setiap riwayat, cerita, dst. Sebagai contoh dpt kita baca cerita tentang Umar bin Khoththob dgn Hisyaam bin Hakiim sehubungan dgn masalah Al-Furqon {lihat HR. Bukhori Kitab Fadhoo-ilil-Qur-an}. Atau tentang Jabir bin ‘Abdillah melakukan perjalanan dlm hitungan bulan utk menemui ‘Abdullah bin Unais hanya utk meyakinkan satu hadits saja. {lihat HR.Bukhori, Bab Mencari Ilmu}.

Suatu berita yang belum pasti dapat disebut desas-desus, isyu, gosip, hayalan, angan-angan, dugaan, dst. Jika seseorang mengatakan atau menulis bahwa ini adalah dari HR.Bukhori, maka itu masih merupakan desas-desus, isyu, gosip yang menimbulkan hayalan, angan-angan, dugaan, dst. Utk itu, pelajarilah, kajilah, buktikanlah bahwa dalil itu benar adanya, tidak selisih dgn aslinya, tdk menyimpang dari aslinya, dst. Sehingga tdk menjadi sebagaimana umat di zaman Taurot yg dpt kita baca pada Al-Baqoroh, dimana mrk percaya saja ktk dikatakan "ini dari sisi Allah". Padahal hanyalah dongengan bohong dan menduga-duga. Mrk asing dgn kitabnya, mrk percaya saja dgn tulisan org-org.

Umat Islam hanya mempunyai dua referensi sebagai pegangan yang ditinggalkan Rosulullah yang mana tidak akan tersesat dan atau tidak juga menyesatkan jika umat Islam berpegang teguh pada kedua referensi tersebut sebagaimana disebutkan minimal dlm HR.Malik Al-Muwaththo' Kitab Al-Jami'.


Qur'an Al-Hujuroot 6, ia diturunkan sehubungan dgn suatu kejadian dimana Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengutus Walid bin Uqbah (dipercaya Rosulullah berarti termasuk org beriman saat itu) mengambil harta zakat dari Harits dan kaumnya. Ternyata Walid bin Uqbah kembali dgn membawa berita dusta {lengkapnya lihat HR.Ahmad Musnad Al-Kufiyyin Hadits Al-Harits bin Dhiroor Al-Khuzaa’iyyi atau Tafsir Ibnu Katsir tentang Al-Hujuroot 6}.

Al-Hujuroot 6 menjelaskan bahwa Allah memerintah org-org yg beriman agar spy, jika ada orang fasik dtg dgn membawa suatu berita, maka haruslah diperiksa terlebih dahulu dgn teliti, agar tdk menimpakan suatu musibah kpd seseorg atau suatu kaum yang menyebabkan penyesalan dikemudian hari.

Setidaknya, Al-Qur-an memberikan pengertian bahwa org yg fasik adalah org-org yg (pernah) beriman kpd Allah, tetapi ia mengganti perintah (yg harus dikerjakan) dgn (mengerjakan) yg tdk diperintahkan Allah {lihat Al-Baqoroh 59}. Tidak taat {lihat Ali-Imroon 82}. Ingkar terhadap ayat-ayat dari Allah {lihat Al-Baqoroh 99}. Tidak memutuskan perkara menurut apa yg diturunkan Allah {lihat Al-Maaidah 47}. Ada juga lainnya seperti yg disebutkan pd Al-Baqoroh 282, Al-Maaidah 49, Al-An’aam 49, dlsbst. Dan disebutkan juga bahwa bisa jadi org-org yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan sendiri {lihat An-Nuur 11}.

Seandainya saja, yg dtg membawa berita kpd kita itu adalah musuh, atau sejenisnya, tentulah serta-merta secara refleks kewaspadaan yg akan kedepan, atau bahkan bisa jadi langsung menolak walaupun terkadang berita itu benar adanya. Akan tetapi yg jadi permasalahan adalah krn “mrk dari golongan kita”. Maka pemikiran mudah tapi berbahaya yg otomatis berfungsi. Krn percaya saja, akhirnya bisa lengah dlm buaian copas.

Oleh sebab itu jika membaca atau mendengar dari majalah, koran, buku, internet, atau manusia dst, itu bukanlah merupakan akhir dari sebuah usaha utk/sblm mengamalkan ibadah kpd Allah. Semua itu baru merupakan informasi sementara dan sangat membutuhkan pengesyahan. Itulah sebabnya, kita harus memeriksa dan membandingkan dgn Al-Qur-an dan Al-Hadits aslinya jika ingin tergolong org-org yg mempertahankan kemurnian Islam. Sdh saatnya kita bertanya-tanya sekaligus menjawabnya dgn jujur, brp dalil yg sdh kita ketahui dan sdh brp lama kita amalkan atau kita sampaikan kpd org lain. Lalu baru brp yg sdh kita bandingkan dgn Al-Qur-an dan Al-Hadits aslinya?.

Sangat berbahaya menyamakan (menganggap sama) Al-Qur-an dan Al-Hadits dgn buku-buku lain, majalah, koran, internet atau sarana lainnya termasuk para da’i, mubaligh, kiyai atau apalah istilahnya dgn cara langsung mengamalkan informasi yg didpt dari semua itu tanpa chech/recheck. Walaupun semua itu (selain Al-Qur-an dan Al-Hadits asli) adalah sama-sama merupakan sarana perantara, kita tentu tdk ingin mengkultuskan suatu sumber informasi dgn menelan segala apa yg sampai kpd kita. Jika kita terus menerus terbiasa menggunakan sumber atau referensi selain dari Al-Qur-an dan Al-Hadits yg asli, tentu akan jadi asing terhadap kedua sumber tsb pd akhirnya.


Muslimin wal Muslimat, ayo perbaiki kinerja kita. Kalau anda punya botol galonan air mineral, walaupun sedikit-sedikit tetapi isilah dgn air yg sdh melalui water treatment, yg sdh pula melalui lorong ultraviolet, spy minimal bisa utk penghilang dahaga. Dari pada diisi secepat mungkin dan sebanyak mungkin bahkan sampe luber, tetapi tdk pilih-pilih. Ada air ledeng isi, ada air hujan isi, ketemu air accu isi, liat air comberan isi, ada air seni isi. Isi aja terus sampe luber-luber. Lalu utk apa?

Yuuukkk … buanglah sampah pd tempatnya.


harapan kita agar semua umat Islam (imposibble tapi terus berharap) tdk lagi hanya “copy-paste”, tetapi setidaknya “copy-check-if match then paste”


Kecanggihan teknologi informasi membuat hampir semua org ternina bobok oleh kemudahan. Demikian juga segala urusan sehubungan Al-Qur-an dan Al-Hadits. Semakin banyak umat Islam merasa cukup dgn mengambil dari berbagai kitab ringkasan, berbagai milis, berbagai diskusi, berbagai tulisan, dst, kemudian mengambil keputusan utk cukup sampai disitu dan segera mengamalkannya bahkan menyampaikannya. Waspadalah, jgn terhanyut arus informasi yg mengatas namakan Al-Qur-an dan Al-Hadits, sebab, minimal bisa jadi sbgmn yg di katakan dlm Al-Baqoroh 79 atau HR.Bukhori di atas. Sengaja atau tdk, bisa jadi informasi tsb tdk memenuhi persyaratan yg sdh di tentukan oleh Al-Qur-an dan Al-Hadits itu sendiri.

Periksalah sblm diamalkan.

Alhamdulillah wallaahu a’lam

p.s.
Jgn lupa membandingkan dalil-dalil yg saya gunakan dgn aslinya. Mulai sekarang, bulatkan tekad utk tdk “copy-paste”, tetapi “copy-check-if match then paste” okey..?

Dari millist (hasil Copas)
Mohon dimaafken jika ada yang keliru...Peace

Sumber:http://www.forumbebas.com/printthread.php?tid=36400
Alhamdulillah Jazakallohu khoyron Pak Abdul Hadi atas izin “copy-check-if match then paste” nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar