Label

Rabu, 29 September 2010

Piala Budi Pekerti

Setiap produk barang atau jasa adalah suatu hasil dari suatu proses, yang bisa jadi makan waktu panjang dan banyak ditempa dengan proses keras dan berat. Seperti halnya sebuah Piala atau Trophy atau[un Medali.
Piala saja contohnya, sebelum diusung usung diatas kepala dan diarak keliling lapangan oleh sang juara, harus menempuh proses pemanasan, peleburan dan bahkan pemukulan berkali kali dan selanjutnya masih disikat, dipoles samapai kinclong. barulah menjadi suatu Piala yang layak dipertontonkan dan diperebutkan para calon juara.

Begitu pula kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan, merupakan sempurna sempurnanya ciptaan Allah SWT seperti ayat dibawah ini:

'Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan(amal sholih), maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus putusnya"

(s. At-Tin ayat 4;5;6)

Begitulah manusia diciptakan dengan postur yang baik, sempurna, hardware maupun softwarenya. Anggota tubuh, tangan, kaki, penglihatan. penciuman, perasaan. Sungguh luar biasa satu ciptaan Allah ini.
Bahkan sampai saat ini. detik inipun, masih berkembang terus kemampuan manusianya. Dari sudut hardware, rekor lari 100 meter masih terus berkembang semakin cepat, walaupun dengan selilsih sepersekian detik, lompat galah, lompat jauh, berenang, lempar lembing dan seterusnya. Jadi masih bisa terus semakin cepat, semakin jauh dan semakin tinggi. Apalagi softwarenya, semakin banyak temuan manusia, yang begitu mencengangkan, dibidang ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi ras manusia sampai kepada ilmu yang juga bisa menghancurkan ras manusia dalam hitungan detik.
Akan tetapi kita sebagai orang beriman, harus waspada, sebab pada ayat selanjutnya Allah mengancam, akan menyeret manusia yang begitu sempurna kejadiannya kedalam jurang neraka, seburuk-buruknya dan sehina-hinanya tempat. Sehingga akan dihinakan dan dijadikan sejelek jeleknya mahluk, jika mereka kufur dan menentang kepada Allah,dan tidak mau beribadah padaNYA seperti dalam surat Al-Bayyinah ayat 5,6 dan 7:

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlash menta'atiNYA, semata-mata karena(menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, dan demikianlah itu agama yang lurus (benar)
Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan ahli kitab dan orang orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahanam; mereka kekal selama-lamanya. Mereka adalah seburuk-buruknya mahluk"

Bayangkan, dari ciptaan yang begitu sempurna, hanya karena tidak beribadah padaNYA, dengan menjalankan ibadah jasmani yang paling mulia, yaitu sholat, dan ibadah yang yang bermanfaat bagi fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya, yakni zakat, maka Allah mengganjar dengan hukuman yang luar biasa, neraka jahanam selama-lamanya.
Semua itu akan dikecualikan, jika manusia mau berbuat baik, beramal sholih, perilaku yang mulia, budi pekerti yang santun, kasih sayang dengan sesamanya.

Nah, yang mau kita telaah disini adalah budi pekerti yang baik. Sifat baik itu adalah hasil proses suatu pendidikan yang terus menerus dari sejak lahir hingga akhir masanya. Lingkungan banyak berperan dalam pembentukan budi pekerti, pendidikan, keluarga dan agama sangat berpengaruh.

Sebagai muslim, tentunya pegangan kita adalah kitabullah Al Qur'an dan sunnah Rosulullah sholallahu 'alayhi wa sallam.
Budi pekerti kita adalam tempaan dari pendidikan, keluarga dan yang utama adalah pemahaman kita kepada dua pegangan seorang muslim.
Jika budi pekerti kita belum dianggap baik, maka sudah dipastikan belum sepenuhnya kita memahami dan menjalankan tuntunan dasar seorang muslim.
Biarpun seorang Kyai dengan sorban sebesar ban vespa dan jidat hitam seperti pantat panci, jika budi pekertinya buruk, sudah dipastikan dia belum bisa memahami dan menjalankan kesehariannya berdasrkan Al Qur'an dan sunah RosulNYA. Dia harus lebih banyak belajar, merenung dan mengambil hikmah dari tuntunan utama tersebut.

Itu yang banyak terjadi sekarang, ulama menguasai ilmu agama, tapi tidak berhasil mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamiin. Sebab dakwahnya tidak ikhlash,tidak mukhlish, murni untuk meluhurkan kalimatullah. Dahwah menjadi profesi, materi dakwah dibungkus selayaknya entertainment, memang menghibur, tapi sudah kehilangan maknanya, kehilangan sari patinya. Umat tidak mendapatkan apa-apa, kecuali hiburan semata, yang akan dilupakan setelah mereka beranjak dari majelis tersebut. Bercampur lagi dengan kemaksiatan sehari-hari.

Budi pekerti atau amal sholih adalah satu kesatuan dengan sebutan orang-orang yang beriman. Barulah kemudian dia bisa disebut sebagai "khoyrul bariyyah", mahluk yang mulia, yang layak dimasukkan kedalam surga..jannatun na'im...

marbot
29 september 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar