Label

Rabu, 11 April 2012

Bau Mulut Indikator Ginjal Terganggu

Untuk mencari tanda-tanda fungsi ginjal mulai terganggu, ternyata tidak sulit. Selain proteinuria atau berlebihnya protein dalam urin, bau mulut akibat terganggunya sistem pencernaan juga bisa dijadikan indikator.

Jika menyebut bau mulut, sebagian orang mungkin akan lebih melihatnya sebagai persoalan kosmetik, berhubungan dengan urusan penampilan, atau adanya masalah pada gigi. Kebanyakan kasus bau mulut memang berhubungan dengan gigi berlubang atau adanya infeksi pada mulut.

Namun, dalam kondisi tertentu, bau mulut yang berlebih dapat dijadikan ukuran fungsi ginjal seseorang mulai bermasalah. Apalagi jika tidak ada masalah pada gigi dan mulut.

Dr. Djoko Hardiman, Sp.PD, menilai bahwa adanya gangguan pada sistem pencernaan dapat dijadikan indikator fungsi ginjal mulai bermasalah. Tidak adanya nafsu makan, mual, hingga muntah-muntah adalah sebagian reaksinya.

Hal ini terjadi karena ginjal terganggu. Metabolisme protein di usus juga terganggu dan terbentuk zat-zat seperti amoniak dan lainnya yang membuat usus menjadi sembab.

Munculnya bau khas yang keluar dari mulut atau fetoruremik, disebabkan ureum yang berlebih pada air liur. Oleh bakteri dimulut (yang biasanya memang ada), ureum diubah menjadi amoniak, sehingga saat bernapas dan berbicara baunya amoniak. Selain itu, bisa timbul luka-luka kecil pada bibir.

Gangguan Pencernaan
Selain bau mulut, menurut Dr. Djoko, kurang darah merupakan tanda lain bila ginjal mulai tergang gu. Hal ini terjadi karena kurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan pada sumsum tulang untuk membentuk sel darah menjadi berkurang. Perhatikan apakah Anda sering mengalami cegukan (di luar kewajaran). Penyebabnya kenapa, memang belum diketahui hingga saat ini, tetapi bisa menjadi pertanda gangguan pada fungsi ginjal. Menderita sakit maag dan peradangan pada usus juga dapat dijadikan tanda.

Gangguan fungsi hormonal jika terjadi terus menerus juga dapat menjadi pertanda ada yang tidak beres pada ginjal. Diantaranya terjadi penurunan libido, fertilitas, dan akibat seksual lainnya. Pada wanita bisa terjadi gangguan menstruasi hingga tidak mengalami menstruasi lagi.

Terjadi pula gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, hingga gangguan produksi insulin yang menyebabkan penyakit kencing manis atau diabetes. Begitu juga gangguan metabolisme lemak yang ditandai oleh meningkatnya kadar trigliserida, kolesterol, dan lainnya dalam darah.

Telapak Kaki Kesemutan

Pada taraf yang lebib parah, yaitu menderita gagal ginjai, tanda-tandanya lebih jelas lagi. Seperti timbulnya gangguan pada sistem saraf dan otot. Kaki sering terasa pegal atau restless leg syndrome, akibatnya sering menggerak-gerakkan kaki. Timbul rasa seperti terbakar atau kesemutan, terutama pada telapak kaki (burning feet syndrome).

Pada kasus gagal ginjal juga terjadi ensefalopati metabolik, yang mengakibatkan perasaan lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, hingga dapat menyebabkan kejang. Satu lagi adalah otot menjadi lemah dan mengecil, terutama pada tungkai.

Jangan lupa perhatikan juga adakah gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). Biasanya ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah (hipertensi).

Penderita sering juga mengalami nyeri dada dan sesak napas. Hal ini disebabkan selaput pembungkus jantung mengalami peradangan. Karena itu, orang yang memiliki masalah jantung agar lebih berhati-hati karena berisiko besar mengalami gangguan ginjal.

Kelebihan Protein

Langkah yang hingga kini cukup efektif untuk mengetahui apakah fungsi ginjal mulai atau sudah terganggu adalah tes proteinuria. Tes ini untuk mengetahui apakah di dalam urin terkandung protein dalam jumlah melebihi nilai normal (150 mg/urin per 24 jam).

Protein bagi tubuh berfungsi sebagai pembangun sistem pertahanan tubuh agar bisa menghadapi serangan penyakit infeksi, membantu sistem pembekuan darah, dan menjaga agar cairan yang beredar dalam tubuh berada dalam jumlah dan komposisi yang tepat.

Beberapa organisasi kesehatan merekomenasikan agar setiap orang harus secara teratur mengecek apakah mengalami proteinuria atau tidak. Dengan demikian, penyakit ginjal dapat dideteksi segera dan diobati sebelum berada dalam kondisi parah atau kronis.

Sebuah penelitian yang disponsori National Institutes of Health di AS pada tahun 1996 mengungkapkan, proteinuria adalah peramal yang paling baik dari gagal ginjal progresif pada mereka yang menyandang penyakit diabetes melitus tipe 2. The National Kidney Foundation maupun Yayasan Ginjal Indonesia juga merekomendasikan check up rutin, termasuk mengetes protein yang terbuang melalui air seni.

Hal ini perlu dilakukan siapa pun, terutama mereka yang termasuk kelompok risiko. Mereka yang termasuk kelompok risiko adalah penderita diabetes melitus, hipertensi, atau mempunyai riwayat keluarga penderita proteinuria.

Air Seni Berbusa
Jika protein sudah sedemikian banyak terbuang melalul air seni, ditandai dengan air seni yang berbusa. Tubuh kekurangan protein yang menyebabkan komposisi darah tidak bisa lagi mempertahankan keseimbangan cairan. Sebagai hasilnya terjadi pembengkakan pada tangan, kaki, dan perut. Meski demikian, tidak semua penderita proteinuria mengalami hal seperti itu. Ada juga yang tanpa gejala dan baru diketahui pada saat tanda-tanda payah ginjal muncul. Karena itu, satu-satunya cara mendeteksi proteinuria adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala (enam atau setahun sekali atau jika perlu lebih sering).

Seperti dianjurkan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (ahli ginjal), untuk mengetahui adanya proteinuria, air seni yang baik buat diperiksa adalah pada saat pagi hari karena telah mengalami pemekatan pada malam harinya.

Biasanya dengan dipsticks, berupa kertas tipis yang akan berubah warna jika urin mengandung protein, dan terlihat berapa kadarnya. Warna yang keluar bisa dicocokkan dengan list warna yang disertakan dalam wadah dipsticks.

Namun, pemeriksaan jenis ini masih terlalu sederhana dan hanya bisa mendeteksi protein jenis albumin saja. Lebih baik lakukan pemeriksaan di laboratorium yang teruji untuk hasil maksimal.

Apakah Anda memiliki beragam tanda-tanda di atas? Jika ya, segeralah perbaiki pola hidup Anda dan konsultasikan ke dokter ahli untuk pengobatan lebih lanjut.


Source: www.kompas.com

Selasa, 03 April 2012

Ini yang Bikin Lemak di Perut Perempuan Menumpuk



Lemak yang menumpuk di perut perempuan tidak hanya meningkatkan risiko beberapa penyakit, tapi juga bisa mengganggu penampilan dan menghambatnya berbusana. Sebenarnya apa yang membuat lemak-lemak ini menumpuk di perut?

Kelebihan lemak di perut adalah masalah umum yang banyak dijumpai oleh perempuan. Lemak yang menumpuk ini bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti jantung, diabetes dan beberapa jenis kanker.

Walaupun diketahui ada berbagai penyebab yang bisa mengembangkan kelebihan lemak di perut, tapi beberapa faktor diketahui menjadi penyebab paling umum dari kondisi ini, seperti dikutip dari Mayoclinic.com, Rabu (28/3/2012) yaitu:

1. Keturunan
Faktor keturunan dari orangtua memainkan peran dalam mengembangkan berlebih di perut pada beberapa perempuan. Genetik tertentu membuat perempuan lebih mudah menumpuk lemak di perut.

Faktor ini umumnya sulit untuk dihilangkan, meski begitu beberapa hal diketahui bisa membantu mengurangi lemak yaitu melalui latihan aerobik dan olahraga pengencangan otot perut.

2. Penuaan
Seiring bertambahnya usia, produksi hormon dehydroepiandrosterone (DHEA) mulai menurun. Studi dari Harvard Women's Health Watch menemukan hubungan penurunan hormon ini dengan peningkatan akumulasi lemak di perut.

Selain itu, pertambahan usia membuat metabolisme tubuh mulai melambat sehingga bisa menjadi penyebab lain yang berkaitan dengan lemak perut berlebih.

3. Stres
Berdasarkan studi tahun 2000 oleh Elissa S Epel, PhD dan rekan dari Yale University, diketahui perempuan yang lebih rentan terhadap stres cenderung memiliki lemak perut berlebih meskipun ia tidak kelebihan berat badan. Hal ini kemungkinan akibat efek dari hormon stres kortisol yang membuat terjadinya akumulasi lemak di sekitar organ perut.

4. Perubahan hormon
Perubahan hormon yang terkait dengan menopause menjadi penyebab umum lemak berlebih di perut. Menopause menyebabkan penurunan dalam produksi hormon seks estrogen yang mengarah pada peningkatan lemak perut.

Selain itu menopause juga menyebabkan pergeseran lokasi tubuh dalam menyimpan lemak, yaitu menyimpan di kaki, lengan, pinggul dan daerah sekitar perut.

Sumber: http://health.detik.com/read/2012/03/28/074530/1878401/763/ini-yang-bikin-lemak-di-perut-perempuan-menumpuk