Label

Kamis, 12 Agustus 2010

Melatih Kemembalan


PDF Print
Thursday, 12 August 2010
BEBERAPA waktu lalu diberitakan seorang remaja perempuan tega membunuh teman sekelasnya. Tubuh temannya itu dibuang di tepi sebuah hutan dalam keadaan membusuk di dekat sepeda motornya.


Warga desa gempar karena tersangka adalah seorang remaja cerdas dan paling populer di sekolah. Hal serupa juga dialami seorang mahasiswi yang nyaris tewas di tangan temannya yang menumpang mobil sedannya. Penyerang ternyata juga seorang mahasiswi cerdas. Berita yang saya baca menyebutkan, mereka berkelahi berebut cowok yang sama, tapi setelah kejadian, si penyerang diberitakan menderita depresi hebat dan polisi menghentikan penyidikan. Teman-teman korban menyebut “perasaan dikalahkan”ada di balik kejadian tragis itu. Kedua kejadian itu mengingatkan saya pada peristiwa yang menggemparkan Desa Orinda di California, saat seorang remaja berusia 15 tahun menembak temannya.

Dia juga cerdas dan populer. Namun “merasa nol, tak ada apa-apanya” karena tetanggatetangganya relatif hidup lebih baik, dengan mobil, sepeda motor, dan rumah yang lebih bagus. Dia merasa tertekan dengan status ekonominya, sementara orang tua tetangga tampak penuh percaya diri, bahagia, dan teramat baik. Ketika ekonomi Indonesia membaik dan jumlah orang kaya membesar di negeri ini,tak banyak orang yang bisa berpikir bahwa jumlah orang miskin yang hidupnya semakin tertekan juga meningkat.

Mereka bukan hanya miskin materi, melainkan juga miskin tenaga dan kebahagiaan. Miskin mental, hidup tertekan saat dunia tak mengulurkan tangan dan mudah pecah.Bisakah kita melatih kemembalan bagi mereka?

Mentalitas Pemenang

Di atas mobil yang membawa saya pulang pada suatu petang yang basah, saya melihat ratusan sepeda motor yang marah.Mereka menggerung-gerungkan gas dan membunyikan klakson begitu keras saat sebuah mobil menutup jalan. Setiap kali mereka menunjukkan amarah, sulit bagi saya untuk tidak menaruh perhatian. Mata mereka yang tersembunyi di balik kaca plastik helm yang dipakai mendelik, melotot. Bibir menggerutu dan siap berkelahi.

Sopir saya memberi tahu bahwa rumah mereka masih sangat jauh dari titik ini. Dari Pondok Indah, sebagian menuju ke arah Karawang, sebagian lagi tinggal di Citayam, Bogor, dan bahkan lebih jauh dari itu. Dia memberi tahu saya bahwa teman-teman pengemudi motor yang dia kenal terpaksa menggenjot lalu-lintas agar sampai lebih cepat. Sudah hampir pasti, maut telah menjadi sahabat mereka. Dukun-dukun patah tulang yang saya kenal memberi tahu pasien mereka meningkat empat hingga enam kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Pasien-pasien itu adalah pengendara sepeda motor.

Tegang,cemas,merasa tak berarti telah menemani hari-hari sebagian besar masyarakat kita. Dalam situasi itu, mati tak lagi dipikirkan. Pikiran mereka sama tegangnya dengan para remaja yang saya sebut di pembukaan tulisan ini. Pikiran mereka berbeda dengan sejumlah orang yang tetap bisa tersenyum dalam menghadapi kemiskinan. Seorang pak tua tukang tambal ban asal Medan menyediakan meja belajar beserta secangkir susu kepada anaknya yang duduk di bangku sekolah dasar.Atau seorang salesman yang setiap pagi begitu ceria menurunkan anaknya di Taman Kanakkanak Kutilang yang diasuh istri saya di beranda rumah kami.

Mereka hidup miskin, lantai rumahnya beralaskan tanah, atapnya bocor, dan lampu rumahnya remang-remang.Namun setiap sore istri mereka mengantar anak-anaknya belajar dan membaca di Rumah Baca. Saya mendengar anak-anak yang dulu belajar di rumah kami sudah ada yang kuliah di universitas yang dulu membesarkan saya. Ayah mereka semakin tua, tetapi mata mereka tetap bersinar,penuh harap agar anak-anak mereka maju dan berhasil. Mereka adalah orang-orang yang saya sebut bermental pemenang, seperti kata pepatah, “Winners never quit. Only quitters never win.” Mereka tahu hidup tidak melulu dari kumpulan kemenangan dan kemenangan.

Bahkan masa kecil mereka dihadapi dengan penuh kepahitan,kumpulan dari kesulitan-kesulitan dan kekalahan. Pemenang bukan tak boleh dikalahkan, melainkan harus menerima kekalahan. Justru karena tahu apa artinya dikalahkan, mereka menjadi membal, tak mudah hancur seperti telur yang jatuh. Mereka bertarung untuk menang, bukan sekadar tak kehilangan. Mereka tahu menang itu tidaklah mudah. Butuh kerja keras, keuletan, dan risiko.

Bahkan menang tak bisa didelegasikan kepada orang lain. Lebih dari itu pemenang tak harus menang terus. Kalau kalah,yang penting kita bisa segera kembali bertarung. Bukan menangisi kekalahan, marahmarah, dan membalas dendam tiada henti. Sikap pemenang ini sering digambarkan Nick Voichick yang tak memiliki tangan maupun kaki, tapi dia bisa hidup bahagia, tetap ceria, dan memberi semangat kepada banyak orang. Dia sering mempertontonkan kepada anakanak muda betapa tidak enaknya jatuh ke bawah.“Kalau Anda jatuh seperti ini, apa yang Anda lakukan?” “Bangun, ayo bangun! Tapi selalu saya katakan, bangun pakai apa? Anda bilang bangunlah dengan kaki dan tangan Anda.Tapi saya tidak punya apa-apa.

Bukankah dalam hidup ini suatu ketika Anda juga akan mengalami jatuh seperti saya dan sekalipun Anda punya kaki dan tangan,Anda akan merasakan seperti tak memilikinya? Maka apa yang Anda lakukan?” tanyanya. Anda pun mungkin akan menjawab, ya coba terus,“Saya sudah mencoba bangun dan belajar kembali tegak 100 kali.Tapi saya selalu gagal. Apakah yang harus saya lakukan?” Kalau saya mencoba 100 kali dan tetap gagal,apakah saya mampu berdiri? Tentu tidak.

Saya pun terus mencobanya. Meski 100 kali gagal, 110 kali saya coba berdiri lagi.Hanya kalau saya berhentilah, maka saya akan gagal. Setelah mencoba berkali-kali, saya menemukan caranya, seperti ini....”Dia pun mempertontonkan cara berdiri dengan menggunakan kepalanya yang dijadikan telapak tangan, lalu tubuhnya dilengkungkan. Ajaib.Dia bisa berdiri tegak.

Wirausaha = Kemembalan

Berkali-kali saya selalu mengatakan cara terbaik melatih entrepreneur bukanlah dengan menjadikan mereka berorientasi pada kekayaan atau pengetahuan. Namun latihlah mereka menghadapi kenyataan hidup,yaitu siap menerima kekalahan, kerugian, atau kesulitan-kesulitan.

Sebab entrepreneur adalah seorang pengambil risiko. Hidupnya berada pada tembok-tembok ketidakpastian.Ada masa senang, untung, kaya, tumbuh, dan bergerak ke atas, tapi ada pula masamasa sulit, tertipu, salah prediksi, rugi,miskin,turun,dan bergerak ke bawah.Pengalaman hidup itu tidak melulu bergerak ke atas, melainkan juga bisa berlawanan arah.

Tanpa kemampuan memembalkan diri, entrepreneur akan bernasib malang,sama seperti remajaremaja putri yang kisahnya saya angkat di awal tulisan ini.Mereka hancur seperti telur, tidak mampu keluar dari himpitan dan ketegangan, tidak berani menatap realitas dan terkurung dalam kesulitan. Apakah Anda membiarkan anakanak Anda hidup dalam kekalahan yang demikian? (*)

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/344153/

Minggu, 01 Agustus 2010

Atasi Hipertensi dengan Food Therapy

Food Therapy Sukses Atasi Hipertensi. Dalam sebuah seminarnya di C3 Building, pakar Food Combining Wied Harry Apriadji mengungkapkan bahwa seseorang bisa menjalani food therapy dengan pola makan sehat alami untuk mencegah hipertensi atau mengatasi masalah hipertensi. Ia bahkan menjamin food therapy ini membuat seseorang tetap bisa makan enak.

Hipertensi adalah sebutan untuk tekanan darah yang melebihi batas nilai tertentu. Angka sakti itu adalah 120/80 mm Hg (sistolik/diastolik). Sistolik saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, diastolik saat jatung menerima darah dari seluruh tubuh. Jika angkanya 120-139/80-89 mmHg (pra), 140-159/90-99 mmHg (stadium 1), > 160/100 mmHg (stadium 2), sementara disebut sehat bila di bawah 120/80 mmHg.

Ada pesan popular untuk penderita hipertensi yaitu: jangan makan garam! Pesan itu ternyata tidak selalu benar. Tak jarang seseorang yang sudah mengurangi konsumsi garam tapi tensinya toh masih bisa tinggi. Demikian pula dengan obat hipertensi. Memang ada obat untuk membuat tensi darah normal kembali. Tapi obat hanya menghilangkan gejala dan tidak mengatasi sumber masalah. Pemakaian obat-obatan sebenarnya juga artinya kita telah meremehkan kemampuan tubuh dalam menyembuhkan diri sendiri (self healing).

Sehat itu ditandai dengan tingkat keasaman darah dan jaringan berkisar pH 7,2-7,4 (netral cenderung basa). Jika darah dan jaringan terlalu asam, maka akan mengganggu sistem metabolisme sehingga fungsi organ menjadi amburadul!

Ada dua jenis hipertensi, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi Primer, tidak terkait gangguan penyakit/penyakit lain. Kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup, seperti kegemukan, rokok, stres, stimulan berlebihan (kopi, teh, alkohol, dll), malas bergerak/olah raga, begadang, asupan tinggi Natrium (Na), usia, dan keturunan. Keturunan porsinya sekitar 30%, sementara 70%-nya adalah karena gaya hidup kita sendiri. Hipertensi Sekunder, karena kelainan fungsi tubuh, seperti tumor, gagal ginjal/jantung, gangguan hormonal, dll.

Sementara itu paling tidak ada 4 kondisi karena gaya hidup seseorang yang bisa mempengaruhi masalah hipertensi.

(1) Merusak SENDIRI keseimbangan ASAM-BASA darah & jaringan. Kondisi pH darah yang terlalu asam akan membuat darah pekat. Jika pekat, jantung akan bekerja lebih keras (tensi tinggi).

- Berlebihan karbohidrat, terutama karbohidrat yang diproses (tepung, gula, dll): nasi putih/mi/pasta/dll, kue-kue, cake, tart, donat, gula, meises, sirup, susu kental manis, selai.

- Berlebihan protein hewani, terutama ayam/daging (darah menjadi asam).

- Berlebihan makanan olahan/kalengan/kemasan/instant/sejenisnya.

- Kurang makanan segar alami: buah segar, sayuran segar.

(2) Merusak SENDIRI keseimbangan KALIUM-NATRIUM darah (yang wajar K:Na adalah 14-20 mg% vs 315-340 mg%). Menjadi tidak wajar karena BANJIR NATRIUM dalam “menu harian” kita.

- GARAM DAPUR: masakan asin, ikan asin, peda, sawi asin, mentega/margarine, keju.

- MSG + turunannya: vetsin, kaldu bubuk/blok, bumbu instant (bumbu instan tempe goreng, dll).

- SODA KUE (bakng soda)/baking powder – termasuk double-acting baking powder: fast food, kue-kue, biskuit, crackers, roti.

- MINUMAN SODA: soft drink, teh soda.

- NATRIUM BENZOAT: corned beef, ikan kalengan, sosis, kecap, saus tomat/cabe, abon, kue basah curah.

- NATRIUM ALAMI: susu bubuk, coklat bubuk, bebek, jeron, lemak/minyak babi.

(3) Kekurangan KALSIUM-MAGNESIUM

Ini karena asupan rendah sumber kalsium alami, seperti ikan teri, ikan/ayam presto, sayuran daun hijau gelap, plain yoghurt. Atau asupan sebenarnya sudah cukup, tapi…. konsumsi gula berlebih (> 2 sdm/hari).

(4) Kelebihan asupan lemak jenuh & lemak trans seperti:

- makanan gorengan à terutama minyak bekas,

- masakan bersantan pekat & berminyak: gulai, kalio/rendang dll,

- makanan hewani: daging, ayam,

- mentega, margarin.

Tips Terapi Nutrisi Hipertensi

  1. Hindari/batasi [1], [2], [4], perhatikan [3]
  2. Nasi merah
  3. Hindari makanan diproses à total makanan alami: 60% buah + sayuran segar, 40% karbo + protein
  4. Makanan kaya kalsium magnesium: yogurht tawar (plain yoghurt)
  5. Stop kopi, the, alcohol (termasuk durian, buah terlalu matang, tape, sari tape/brem bali/angciu).

Untuk memenuhi keseimbangan gizi dalam tubuh, konsumsi suplemen bisa dilakukan jika perlu.

- Garlic: 3X sehari @1-2 kapsul

- Vitamin C + biflavonoid: 2x sehari @1.000-1.500 mg

- Kalsium: 2 sehari @500-750 mg

- Magnesium: 2X sehari @ 300-750 mg

- Vitamin E (emulsi, d-alpha-tocoferol): 1X sehari @100 IU, bln berikutnya 200 IU

- Vitamin B kompleks 3X sehari @50 mg


sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/group/alternatif/2010/07/31/atasi-hipertensi-dg-food-therapy/

Ibu Rumah Tangga - Muliakah?

Seringkali kita mendengar ungkapan orang terhadap seorang perempuan:"untuk apa kamu sekolah tingi-tinggi kalau akhirnya kamu ngurusi dapur juga"
Atau ada lagi yang lebih kejam: "sekolahlah yang tinggi, agar kelak jangan cuma jadi perempuan yang ngurusin dapur saja"

Seakan akan profesi ibu rumah tangga adalah profesi yang rendah, tidak perlu pendididkan tinggi, pekerjaan yg marginal, dan bagi ekonom jasa seorang ibu rumah tangga tidak dihitung sebagai bagian dari Pendapatan Nasional Bruto.
Apakah benar pendapat diatas?

Mari kita tengok sejarah manusia purba, bukankah ilmu pertanian, pada mulanya diciptakan oleh ibu rumah tangga. Pada jaman dulu manusia purba, makan dari berburu binatang yang dikerjakan oleh laki-laki. Sementara kaum perempuan tetap tinggal dirumah mengurus anak. Nah, pada saat itulah, untuk mengisi waktunya para kaum ibu ini, sambil mengasuh anaknya, mereka mencoba untuk menanam tanaman yang dapat dimakan. Jadi tidak mengandalkan mencari tanaman dihutan. Dari sinilah budi daya tanaman untuk konsumsi manusia dimulai.
Bayangkan, kalau tidak ada penemuan cocok tanam yang ditemukan kaum ibu pada saat itu, adakah kita bisa mempunyai teknologi pertanian modern seperti sekarang ini?
Justru pekerjaan berburu menjadi pekerjaan purba, dan di jaman modern hanya jadi kegemaran atau hobby orang tertentu.
Apa jadinya dunia saat ini, jika tidak ada ilmu pengetahuan pertanian modern? Bisa bisa ras manusia musnah...!

Anehnya, di jaman modern ini, justru profesi ibu rumah tangga seperti jadi profesi marginal. Perempuan yang tidak bisa bekerja di sektor formal, katakanlah sebagai orang kantoran, maka profesi ibu rumah tangga menjadi pilihan terakhir. Seakan akan ibu rumah tangga adalah "pekerjaan sisa" yang dianggap kurang bergengsi, tidak perlu keahlian khusus dan bisa dikerjakan oleh semua perempuan.
Apakah benar begitu?

Sejatinya, pekerjaan ibu rumah tangga tidak mudah. Tidak semua perempuan walau berpendidikan tinggi sekalipun bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Seorang wanita yang sehat, bisa dipastikan bisa menjadi seorang ibu, manakala dia bisa melahirkan seorang anak. Tapi untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik?...nanti dulu...
Dia boleh saja mempunyai pendidikan yang tinggi, profesi yang dihormati, tapi jika dia tidak dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa mempunyai hati yang "ikhlash" untukmenjadi seorang ibu rumah tangga, mustahil dia akan menjadi ibu yang baik. Dan sangat tidak mungkin dia bisa menghasilkan putra putri yang mumpuni, cerdas, trengginas dan menjadi pemimpin yang bermanfaat bagi orang lain.

Ya..."ikhlash" adalah kata kuncinya...

Kata ikhlash berasal dari bahasa arab, yang artinya kurang lebih murni, bersih, tulus, rela (bisa dilihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia atau Tesaurus Bahasa Indonesia)
Jadi kalau tidak memiliki hati yang bersih, bekerja hanya untuk kepentingan orang lain, untuk menjadikan orang lain menjadi mahluk yang semakin hari semakin baik dan sama sekali tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun, sangat mustahil seseorang bisa menjadi seorang Ibu Rumah Tangga...
Dalam Islam kedudukan ibu begitu sangat dimuliakan, banyak ayat ayat dalam Al Qur'an dan sabda Rosululloh Muhammad Sholallohu 'alayhi wasallam yang begitu memuliakan seorang ibu.
Tidak cukup satu dua lembar untuk menulis begitu mulianya seorang ibu dimata Alloh Subhana wa Ta'ala

Marbot
4 Oktober 2010