Label

Sabtu, 29 Mei 2010

Lagi-Lagi DPR Meminta Jatah

PREMANISME politik benar-benar sedang berkembang di Gedung DPR Senayan. Setelah mengeroyok Sri Mulyani, kini para wakil rakyat menggerogoti APBN melalui cara legal konstitusional. Mereka resmi dan terbuka meminta jatah dari APBN.

Dalam Rapat Paripurna DPR pekan lalu (25/5), dengan agenda pemandangan umum fraksi-fraksi atas rencana kerja pemerintah dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2011, Fraksi Partai Golkar mengusulkan agar mulai tahun 2011 setiap anggota DPR mendapat jatah Rp15 miliar. Dana itu dialokasikan ke daerah pemilihan masing-masing anggota dewan.

Ada 560 anggota DPR. Itu berarti, dana APBN akan tersedot Rp8,4 triliun. Uang yang banyak, sangat banyak. DPR memang berbakat menjadi peminta-minta. Pada pembahasan RAPBN-P 2010 yang lalu, Komisi XI DPR juga meminta jatah Rp2 triliun. Alasannya pun sama, yakni untuk daerah pemilihan bagi sekitar 50 anggota Komisi XI DPR.

Badan Anggaran DPR kemudian menolak permintaan Komisi XI itu. Akan tetapi, semangat meminta-minta semakin berkobar. Bahkan, permintaan Komisi XI itu memberi inspirasi secara kelembagaan. Buktinya, muncullah permintaan Partai Golkar agar tiap-tiap anggota dewan mendapat Rp15 miliar.

Sekali lagi, perlu ditekankan, lokomotif permintaan itu adalah Partai Golkar, pemimpin Sekber Koalisi, dan partai terbesar kedua setelah Demokrat. Dapat dipastikan tidak hanya gerbong koalisi yang akan setuju, tetapi semua fraksi dan segenap anggota dewan.

Sangat mengerikan menyaksikan kerakusan anggota dewan akan uang. Sangat memalukan, bahwa anggota dewan tidak lagi punya rasa malu. Lihat saja. Permintaan jatah Rp15 miliar untuk tiap anggota dewan itu disampaikan dalam rapat pleno DPR yang dihadiri tidak lebih dari seratus anggota dewan. Dari jumlah yang hadir itu pun hanya sedikit yang menyimak secara serius. Mereka lebih asyik main SMS atau bertelepon ria.

Bila dikabulkan, akan jadi apakah gerangan uang Rp15 miliar itu, di tangan anggota dewan yang malas, yang tidur saat sidang, yang sibuk main telepon genggam dan SMS saat rapat? Sudah banyak fasilitas yang diberikan negara kepada anggota dewan, tetapi tabiat mereka tidak juga berubah. Tetap malas dan membolos.

Yang pasti, dengan jatah Rp15 miliar itu, setiap anggota dewan otomatis memiliki uang yang banyak sekali untuk memelihara dukungan politik konstituennya secara gratis karena menggunakan uang negara.

Dan terbukalah lebar-lebar kesempatan anggota dewan untuk menjadi makelar anggaran atas dana jatah Rp15 miliar itu. Mereka bisa menjual proyek sekaligus menentukan siapa kontraktor pelaksana proyek. Anggota dewan kemudian menerima fee dari proyek tersebut.

Sebegitu jorokkah tabiat anggota dewan? Jawabnya, bukankah sejumlah anggota dewan dibui oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena membuka praktik sebagai calo anggaran?

sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/29/145635/70/13/Lagi-Lagi-DPR-Meminta-Jatah

Superhero Versus Mahapendekar

BERSAMA arus imperialisme kebudayaan, mereka yang disebut sebagai superheroes menjadi superpopuler di kalangan kaum muda Indonesia.

Nama-nama asing seperti Superman, Superboy, Batman, Robin, Joker, X-Men, Iron Man,Wolverine,Captain America, Thor,Transformer,Magneto,Wonder Woman, Spiderman, Watchmen, Captain Marvel,Ghost Rider, Hulk, Iceman, Fantastic Four, Static, Plastic Man,Quicksilver,Steel, Storm, Blade, Katana, Silver Surfer, Sand Man,Octopus,Dead Man, Jumper,Electra,TheThing,dan entah apa lagi,merajalela di lahan kebudayaan populer Indonesia lewat jalur media komik,film,dan games.

Masing-masing superhero memiliki kelompok fans yang memuja- muja mereka di atas segalagalanya di antara bumi dan langit. Meniru cosplay di Jepang, kaum muda di Jakarta asyik mengenakan busana kostum serbajanggal para superheroes. Busana kostum yang dikenakan seperti aneka ragam tutup kepala, topeng,sampai celana dalam spandex dipakai di luar celana panjang. Superheroes merupakan popcultureyang dilahirkan di Amerika Serikat kemudian merajalela ke seluruh dunia melalui Inggris, Prancis, dan Jepang.

Tidak bisa diingkari, karakter-karakter superheroes memang menarik disimak sebab memiliki kesaktian mandraguna seperti bisa terbang,memanjat dinding, menghilang,kebal peluru, menembus dinding, berubah bentuk, dan berbagai daya yang tidak dimiliki manusia biasa. Namun, kebudayaan Nusantara sebenarnya juga memiliki perbendaharaan tokoh mahapendekar tidak kalah sakti-mandraguna ketimbang para superheroes kebudayaan asing yang begitu dipujapuja generasi muda bangsa Indonesia masa kini itu.

Rentetan nama mahapendekar Nusantara berkepanjangan seperti Bandung Bondowoso, Mundinglaya, Sangkuriang, Damarwulan, Gatotkaca, Antareja,Antaboga,Arjuna,Arjuna Sasrabahu,Bambang Sumantri, Sukrasana,Anoman,Anggada, Bima, Wisanggeni, Kresna,Abimayu, Bambang Irawan, Ekalaya, Bisma, Abimanyu, Rahwana, Sarpakanaka, Kumbakarna, Indrajit, Rama, Laksmana, Parasurama, Jatayu, Semar, Togog, Gareng, Petruk, Bagong, Srikandi, Larasati,Abiyasa, Destarata, Bismadewabrata yang daftarnya bisa dilanjutkan sampai memadati ruang kolom koran yang sedang Anda baca ini.

Ngapain memuja-muja superheroes bangsa asing yang tidak lebih unggul dibanding kesaktian para mahapendekar bangsa Indonesia sendiri! Kesaktian terbang dan kebal peluru Superman dimiliki Gatotkaca maupun Anoman. Dalam hal kekuatan fisik, Bima bahkan dijamin lebih perkasa ketimbang Batman. Tidak ada superheroes asing mampu amblas dan muncul kembali dari permukaan bumi sambil jilatan lidahnya mematikan seperti Antareja! Tidak ada superheroes Barat, apalagi Jepang memiliki kesaktian Arjuna masih ditambah sex-appeal sampai jumlah istrinya berlimpah-ruah.

Putra-putra Arjuna seperti Abimanyu, Wisanggeni,Bambang Irawan tiada tandingan di komik Marvel atau Manga Jepang! Iron Man pasti tak berdaya menghadapi kedahsyatan Kunta Adipati Karna, apalagi cakra Sri Kresna.Tiada superheroes wanita asing mampu mengungguli kesaktian Srikandi atau Sarpakenaka.Kesaktian kepepetisme Sangkuriang, Bandung Bondowoso, dan Sukrasana tidak terpikirkan imajinasi mitologi kebudayaan asing!

Segenap X-Men pasti kelabakan menghadapi laskar Candra-Birawa-nya Prabu Salya! Tidak ada superheroesmemiliki kesaktian Bismadewabrata yang bisa menentukan saat dirinya meninggalkan dunia fana ini.Seluruh superbadheroesbersatu pun mustahil mampu mengalahkan sang mahajahanam Dasamuka yang memiliki aji rawarontekplus pancasona! Dan dijamin superheroesmana pun pasti memilih kabur ketimbang harus menghadapi kemahadahsyatan kentut Semar! (*)

JAYA SUPRANA

sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/327371/

Jumat, 28 Mei 2010

"Negeri ini sangat luar biasa indah, jangan putus asa mencintai negara ini,"

begitulah ungkapan Sri Mulyani,mantan Menkeu yang dideportasi atau diekspor ke Washington DC, USA oleh atasannya, yang merupakan kata penutup saat wawancara di SCTV.
Memang tragis sekali negeri kita ini, ada orang yang berjasa mencegah krisis terjadi, malah dapat ganjaran diasingkan di negeri orang dengan iming iming penghasilan yang lebih besar.
Pers menyebutnya Kartel dan Ani menyebutnya "Perkawinan" walaupun jenis kelaminnya sama,ujarnya. Sama sama tamak, yang satu tamak harta dan yang lainnya tamak kekuasaan.Saya menyebutnya persekongkolan jahat dan keji.

Kalau Ani, dikatakan wartawan seperti Srikandi, lalu seperti apa atasannya. Yang menendang bawahannya karena alasan yang tidak masuk akal sehat.

Lain cerita nih...

Si Buaya hanya ingin melanggengkan kekuasaannya agar aman sampai 2014 dan takut dijatuhkan sebelum tahun itu, lalu melakukan persekongkolan jahat dan keji dengan "buto cakil" yang mempunyai bala raksasa yang banyak, dan mengamankan lumbung makanannya agar aman dari hantaman luapan lumpur di Sidomukti sana.
Dibantu para hakim agung yang memutuskan perusahaan galian tambang butocakil dianggap tidak bersalah atas kewajiban pajaknya, dan terbebas dari kewajiban membayar pajak kepada negara, dan herannya Si Buaya merasa tenang tenang saja, ketika tahu kocek negara terkurangi atas bebasnya perusahaan buto cakil dari kewajiban pajak yang harus dibayarnya.
Lengkap sudah persekongkolan jahat dan keji berjalan dengan mulus tanpa ada yang menghalangi, termasuk oleh wakil rakyat yang tidak berbuat apa apa.
Mari kita tunggu 2014, Srikandi mungkin pulang, Si Buaya tidak bisa ikut pemilu, dan jangan kita pilih partainya Buto cakil dan partainya Si Buaya.

Tapi mau nggak ya, Srikandi kita jadikan Presiden..

She'll be back..!!!

Kamis, 27 Mei 2010

Terampil Dalam Hidup

Hidup adalah keterampilan.

Ia akan memiliki makna apabila kita terampil untuk memainkannya.

Seseorang akan bisa menikmati perjalanan, apabila ia terampil mengendarai kendaraannya.

Begitu pula, seseorang akan berbicara dengan baik apabila ia terampil memilih kata dan nada bicara yang tepat.

Untuk terampil kita membutuhkan dua hal, yaitu ilmu dan latihan.

Siapa saja yang tidak mencintai dua hal ini, maka ia celaka dan mencelakakan orang lain.

Masalah terbesar yang kita alami sekarang adalah tidak menguasai keterampilan untuk hidup.

Terkadang, untuk menentukan tujuan hidup pun kita masih kesulitan. Ketika punya tujuan, sering kali tujuan itu salah, ingin kaya, ingin terkenal, ingin memiliki jabatan tinggi, dan lainnya.


Semua itu hanyalah tujuan yang sangat rendah nilainya.

Karenanya, banyak di antara kita menghalalkan segala cara untuk meraihnya, walaupun harus melanggar nilai-nilai moral dan spiritual.

Ia menggadaikan harga dirinya, karena cita-cita yang diinginkan rendah nilainya.

Jangankan untuk membangun bangsa, keterampilan membangun cita-cita pun sangat sulit kita lakukan: apa yang hendak kita kerjakan hari ini dan esok lusa?

Orang yang tahu bahwa kereta akan berangkat jam delapan, pasti akan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri agar tidak ketinggalan kereta.

Hanya orang yang memiliki tujuan jelaslah yang akan memanfaatkan waktunya untuk kemajuan, sehingga setiap detiknya akan terasa efektif dan membawa kebaikan.

Keterampilan menentukan tujuan adalah langkah awal bagi orang-orang yang akan sukses dalam hidupnya.

Mulai sekarang, buat rencana ke depan. Ingin apa saya dalam hidup?
Ingin kaya, ingin berpenghasilan tinggi supaya bisa menyantuni orang lain, supaya bisa menolong orang yang membutuhkan?

Buat target, berapa uang yang harus kita keluarkan dalam sebulan untuk bershadaqah.

Kita sering tidak menyesal ketika tidak bershadaqah, tidak tahajud, tidak belajar, dan lainnya, karena kita tidak punya target untuk mencapainya.


Tawakal itu masalah hati.

Akal dan fisik kita punya urusan lain.

Tawakal akan bermakna apabila kita berusaha semaksimal mungkin untuk memeras pikiran dan mendayagunakan fisik.

Jangankan untuk mengarungi hidup yang demikian kompleks, untuk memasak telur dadar saja, kita membutuhkan proses dan tahapan yang harus benar urutannya.


Sebagai contoh dalam hal keuangan, belilah barang yang benar-benar kita butuhkan dan akan membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Berusaha semaksimal mungkin dalam merencanakan dan bekerja, perkara hasil itu ada dalam genggaman Allah swt.

Tampaknya kita harus mulai terampil untuk memperjelas tujuan dalam hidup dan memperjelas seperti apakah ridha Allah swt tersebut.

Ridha Allah itu harus kita jabarkan dalam pekerjaan yang konkret.

Ridha Allah itu ada dalam menolong orang tua, membangun umat, menyebarkan ilmu yang berguna, sehingga hilang kebodohan di kalangan umat.

Terampil bercita-cita, terampil menyusun rencana, terampil untuk tetap konsisten dan tidak terpengaruh oleh hal-hal kecil adalah kunci kesuksesan kita dalam memanfaatkan waktu yang tersedia.


Kita harus menjadi orang yang mampu berpikir besar, dan berkarya besar.

Rabu, 26 Mei 2010

PENGANALANLAN DINI DEMAM BERDARAH DENGUE

sumber : milis balita-anda

dr. Syafruddin Mapata, Sp.A.

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue atau lazim disebut Demam Berdarah menjadi pembicaraan
yang hangat belakangan ini. Di tempat umum, seperti di pasar, di perkantoran,
di rumah sakit lebih tinggi lagi. Orang membicarakan kengerian akan demam
berdarah. Umumnya mereka membicarakan tentang keluarga atau sanak kerabatnya
yang menderita demam berdarah, sudah berapa hari dirawat, berapa botol infus
dihabiskan, berapa biaya sudah dikeluarkan bahkan kesedihan karena semua
usahanya sia-sia bila keluarga atau kerabatnya harus direlakan pergi
selama-lamanya.

Memang penyakit DB ini mengalami kenaikan insiden dalam bulan-bulan terakhir
ini sehingga dimasukkan ke dalam kategori Kejadian Luar Biasa. Karena itu
dirasa belum terlambat untuk memberikan pemahaman tentang beberapa hal
menyangkut demam berdarah.

Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan demam,
pilek, atau diare, yaitu sebagai penyesuaian diri seseorang terhadap iklim
tropis. Namun sejak timbulnya wadah Dengue di Filipina pada tahun 1953-1954
yang disertai renjatan, perdarahan saluran cerna, dan berakhir dengan
meninggalnya penderita, maka pAndangan ini pun berubah. Dan sejak itulah
istilah Haemorrhagic Fever atau DB digunakan. Kenyataan sekarang ialah bahwa
penyakit ini menempati urutan ke delapan kesakitan Asia Tenggara dan Pasifik
Barat.

PENYEBAB

Penyakit DB termasuk golongan penyakit Arbovirus, singkatan dari
Arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan binatang
arthropoda. Dalam hal ini DB ditularkan oleh sejenis nyamuk yang disebut
Aedes Aegypti. Nyamuk betina menghisap darah untuk kebuhan reproduksi. Tiga
hari setelah menghisap darah maka ia akan bertelur sebanyak 100 butir.
Selanjutnya mulai menghisap lagi dan bertelur lagi. Nyamuk Aedes tergolong
antropofilik yaitu paling doyan darah manusia. Berbeda dengan spesies nyamuk
lain yang biasanya sudah cukup puas dengan menggigit/menghisap darah satu orang
saja, maka nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
karena nyamuk Aedes sangat sensitif dan mudah terganggu.

Nyamuk Aedes Aegypti diduga berasal dari benua Afrika terutama Etiopia,
kemudian terbawa oleh kapal dagang ke daerah pesisir Asia Tenggara dan kemudian
masuk ke dalam pedalaman. Bila nyamuk betina menggigit/menghisap darah orang
yang menderita DB maka virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Selanjutnya
diperlukan waktu sekitar 9 hari agar nyamuk menjadi infeksius dan dapat
menularkan kepada korban yang lain. Walaupun umur nyamuk dewasa hanya
kira-kira 10 hari, namun dengan sifat menggigit berulang maka cukup banyak
korban yang bisa terinfeksi.

Nyamuk betina biasanya menggigit di dalam rumah pada waktu siang hari, di
tempat yang agak redup. Nyamuk betina meletakkan telurnya di permukaan air
yang jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung. Lebih disukai tempat
air di dalam atau dekat rumah, terutama tempat air yang bertutup longgar atau
jarang dikuras.

PERJALANAN PENYAKIT

Setelah nyamuk infeksius menggigit korban maka virus akan berkembang biak dalam
tubuh korban. Setelah waktu 4-6 hari atau yang disebut juga masa inkubasi maka
penderita mulai demam tinggi. Pada hari ketiga penderita mengalami resiko syok
dan kalau bisa diatasi maka fase penyembuhan dimulai setelah hari sakit ketujuh.

Pada fase awal demam ditandai dengan demam mendadak tinggi disertai muka
kemerahan dan sakit kepala. Kehilangan nafsu makan, muntah dan nyeri di ulu
hati sering dikeluhkan. Selanjutnya timbul bintik merah di kulit yang mirip
gigitan nyamuk.

Fase berikut dari perjalanan penyakit demam berdarah ialah fase syok, yang
merupakan fase kritis penyakit DB. Pada saat ini suhu badan cenderung turun.
Penderita terlihat lemah, gelisah dan berkeringat. Kaki tangan terasa dingin,
denyut nadi sukar diraba. Dapat terjadi mimisan, muntah darah, atau berak
darah. Pada saat ini bila penderita tidak segera diobati dengan pemberian
cairan infus maka kondisi penderita akan terus memburuk dan terjadi syok yang
berakhir dengan kematian.

GEJALA DAN TATA LAKSANA

Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya dari DBD? Sebelumnya perlu dikenal
dahulu gejala dini DBD. DBD merupakan penyakit akut yang ditAndai dengan 4
gejala klinik, yaitu:

- Demam tinggi
- Fenomena perdarahan
- Hepatomegali
- Seringkali kegagalan sirkulasi darah

Bila seorang anak menderita demam tinggi mendadak, muka kemerahan, tidak ada
gejala infeksi saluran nafas (mis.: batuk, pilek, sakit tenggorokan), ditambah
bintik merah di kulit, sebaiknya penderita dibawa segera ke dokter. Dokter
akan melakukan uji Torniquet, yang akan sangat membantu diagnosis awal DBD.

Uji Torniquet dilakukan dengan memasang tensimeter pada lengan atas anak,
memberi tekanan tertentu dan bila positif, maka dalam waktu ± 3 menit akan
timbul bintik-bintik merah di bagian bawah.

Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan laboratorium. Dua fenomena penting yang
selalu dicermati di pemeriksaan laboratorium, yait penurunan jumlah thrombocyte
di darah (thrombocytopenia) dan kenaikan konsentrasi plasma darah
(hemokonsentrasi). Kadar thrombocyte darah normal berkisar sekitar 150.000 –
400.000/mm3.

Seorang tersangka menderita DB sebaiknya dirawat di Puskemas atau di RS. Lebih
baik mencurigai dan merawat sebagai DB walaupun akhirnya ternyata bukan,
daripada menyesal kemudian. Sebelumnya penderita dianjurkan minum banyak, beri
obat penurun panas, dan kalau perlu dikompres dengan air hangat. Obat panas
yang dianjurkan adalah dari golongan parasetamol dan jangan dari aspirin atau
asetosal karena memperparah resiko perdarahan. Golongan metamizole secara umum
dilarang penggunaannya pada anak karena efek samping yang ditakuti berupa
agranulositosis, anemia aplastik dan thrombocytopenia.

Syok pada demam berdarah terjadi karena kebocoran pipa pembuluh darah sehingga
cairan plasma darah merembes ke luar dari pembuluh darah dan berkumpul di
rongga-rongga tubuh yaitu rongga perut dan rongga dada. Akibatnya pipa
pembuluh darah menjadi kolaps dan jalan mengatasinya ialah dengan infus.
Begitu masa kritis dilewati maka kebocoran pipa pembuluh darah akan membaik,
cairan plasma kembali masuk ke pembuluh darah. Keadaan umum penderita membaik
yang ditAndai dengan penderita mulai minta/mau makan.

Keadaan fatal pada DB terjadi bila syok tidak segera diatasi, atau bisa terjadi
perdarahan masif saluran cerna berupa muntah darah dan berak darah. Keadaan
fatal lainnya ialah encephalopatia, yang ditandai dengan penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.

KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa perlunya masyarakat awam mengenal tanda-tanda DB, kapan anak
harus dibawa ke dokter/puskesmas/rumah sakit, untuk mencegah terjadinya hal-hal
fatal yang tidak diinginkan

sumber:http://keluargasehat.wordpress.com/

Jangan Lupakan Ginjal Anda


Ada satu organ penting yang sering kali dilupakan oleh kita semua ,dalam kehidupan sehari-hari seringkali Anda hanya diingatkan oleh bahaya sakit Jantung ,sakit Paru ,Cholesterol , Lever …….jarang Anda diingatkan dengan penyakit Ginjal.
Sesungguhnya kerja Ginjal tak kalah beratnya dengan Organ-organ lainnya dalam tubuh , bahkan akhir-akhir ini kematian sering terjadi karena kegagalan organ Ginjal ini oleh beberapa sebab.
Sebab yang paling sering adalah akibat atau dampak dari gaya hidup kita yang jauh dari sehat.

Fungsi Ginjal :
Ginjal berfungsi untuk mengatur jumlah air di dalam tubuh agar sesuai dengan kebutuhan. Jika air dalam tubuh berlebih, maka ginjal akan mengeluarkan air lebih banyak. Jika kekurangan akan ditahan. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan racun yang diproduksi tubuh.

Air merupakan sumber kehidupan dan komponen terbesar dalam tubuh. Oleh karena itu keberadaannya harus diatur sedemikian rupa. Cara mudah mengetahui fungsi ginjal adalah dengan melihat jumlah urin yang keluar. Dalam keadaan normal, urin berjumlah 1000-1500 cc dalam 24 jam untuk pria dan wanita. Pemeriksaan yang lebih ilmiah juga dapat dilakukan dengan memeriksa kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah zat yang hanya dibuang oleh ginjal, bukan organ tubuh lainnya. Jika zat tersebut naik, maka fungsi ginjal pun harus diwaspadai.

Selain memonitor kadar Kreatinin ,juga kadar Ureum sangat penting untuk diketahui. Ureum yang berasal dari metabolisme protein dibuang lewat Ginjal. Ureum ini bersifat racun ,oleh karena itu kadarnya tak boleh banyak dalam tubuh, ginjal mempunyai tugas untuk mengeluarkan Ureum melalui Urine.

Aapabila kadar Ureum meninggi dapat disimpulkan kerja ginjal sudah mulai menurun ,walau Anda sudah sedikit makan protein ,apalagi bila kadar ureum sampai melewati batas aman atau batas normal ,dapat disimpulkan ginjal dalam keadaan berat dan dapat menuju kegagalan fungsi ginjal.

Kadar kreatinin dalam darah sebenarnya dapat dikondisikan. Jika Anda kurang mengkonsumsi air putih dan kadar kreatinin naik, maka ada gangguan di dalam ginjal. Menurut Prof. DR. Dr. Endang Susalit, SpPD, KGH, kepala divisi Ginjal Hipertensi FKUI/RSCM, setiap laboratorium memiliki standar tersendiri. Selain itu, juga harus dilakukan pemeriksaan darah. Kalau hanya ingin melihat apakah ginjal normal atau tidak, Anda cukup memeriksa urin secara rutin di rumah sakit atau poliklinik.

Warna urin tidak dapat dijadikan patokan karena terkadang menipu, ujar Endang, hal tersebut terkait dengan banyaknya Anda mengkonsumsi air minum. JIka Anda minum banyak, maka urin berwarna jernih. Begitu pula sebaliknya.

Ginjal yang terganggu dapat menyebabkan penyakit pada ginjal dan di luar ginjal, yang seringkali menjadi sebab terganggunya fungsi ginjal.Misalnya: Diabetes, batu ginjal, dan lain sebagainya. Terganggunya fungsi ginjal juga berdampak pada semua sistem dalam tubuh, darah berkurang, kulit gatal, pencernaan terganggu sehingga mengakibatkan mual, muntah, tidak dapat makan, serta paru tertimbun air karena air tidak dapat keluar.

Jangan lupakan Ginjal Anda , mari kita lakukan tes urin secara rutin setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kadar kreatinin dan ureum dalam tubuh Anda .Lebih saya sarankan lagi untuk Anda selalu berkonsultasi dengan dokter keluarga Anda.

sumber: http://formulasehat.com/health-lifestyle/jangan-lupakan-ginjal-anda

Do'a

Ya Allah, segala puji bagiMu sebagai tanda syukur kami, anugerahilah kami rizki duniawi yang sebaik-baiknya dan rizki ukhrawi yang senikmat-nikmatnya, budi pekerti yang seluhur-luhurnya, kecerahan pikiran dan aktifitas yang Engkau berkahi.

Selasa, 25 Mei 2010

Why read the Qur'an when we do not understand arabic?

Recently I found an old note attached on a wall in a friend of mine’s office. It was a printout of an article from the internet with the above title about the virtue or hikmah of reading the holy Qur’an. A beautiful story worth sharing!

Here it is:

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa was up early sitting at the kitchen table reading his Quran. His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in every way he could.

One day the grandson asked, “Grandpa! I try to read the Quran just like you but I don’t understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur’an do?”

The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, “Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water. The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house. The grandfather laughed and said, “You’ll have to move a little faster next time,” and sent him back to the river with the basket to try again.

This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home. Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead.
The old man said, “I don’t want a bucket of water; I want a basket of water. You’re just aganot trying hard enough,” and he went out the door to watch the boy try in.

At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show his grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would leak out before he got back to the house. The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty. Out of breath, he said, “See Grandpa, it’s useless!”
“So you think it is useless?” The old man said, “Look at the basket.”

The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different. It had been transformed from a dirty old coal basket and was now clean, inside and out. Son, that’s what happens when you read the Qur’an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah in our lives.”

Iman, Islam dan Ihsan

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a, Berkata Abu Hurairoh: Suatu hari Rosululloh sholallohu 'alayhi wasallam bersama orang banyak, kemudian beliau didatangi oleh seorang laki laki lalu dia bertanya, "Apa Iman itu?'
Rosululloh sholallohu 'alayhi wasallam menjawab, "Iman adalah percaya kepada Alloh, para malaikatNYA dan pertemuan denganNYA, percaya kepada Rosol RosulNYA dan hari kebangkitan".
Laki laki itu bertanya lagi. "Apa Islam itu?"
Rosululloh sholallohu 'alayhi wasallam menjawab,"Islam ialah menyembah Alloh tanpa mensekutukan sesuatu dengan NYA, mendirikan sholat, membayar zakat, dan berpuasa pada bulan ramadlan".
Laki laki itu bertanya lagi, Apa Ihsan itu?"
Rosululloh sholallohu 'alayhi wasallam menjawab,"Ihsan ialah kau beribadah kepada Alloh seakan akan kamu melihatNYA, jika kamu tidak mampu seperti itu, maka mantapka hatimu bahwa Alloh melihatmu".
Laki laki itu bertanya kembali, "Kapan Kiamat?'
Rosululloh sholallohu 'alyhi wasallam menjawab, "Orang yang ditanya tentang kiamat tidak lebih tahu daripada penanya dan saya akan memberitahukan kepadamu tentang tanda tanda kiamat:
1. Apabila budak perempuan melahirkan majikannya
2. Apabila penggembala onta hitam berlomba mendirikan gedung gedung yang megah.
Hari kiamat adalah salah satu dari lima hal yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Alloh"
Setelah itu Nabi sholallohu 'alayhi wasallam membaca ayat (yang artinya):
"sesungguhnya hanya Alloh lah yang mengetahui tentang kiamat. DIAlah yang menurunkan hujan dan yang mengetahui apa yang ada dalam kandungan. Tiada seorangpun tahu apa yang akan diperolehnya esok hari, dan tidak seorangpun tahu dinegeri mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu". (s. Luqman ayat:34).
Kemudian laki laki itu pergi, lalu Nabi sholallohu 'alayhi wasallam meminta para sahabat agar memanggil kembali laki laki itu, namun mereka tidak melihatnya lagi, kemudian Nabi sholallohu 'alayhi wasallam bersabda, "Lali laki itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama kepada umat manusia.

(hadits Muslim no.47 dan Al Bukhari no. 50)

Minggu, 23 Mei 2010

Pidato SMI

Transkrip Menkeu di Ritz



Saya rasanya lebih berat berdiri disini daripada waktu dipanggil Pansus

Century. Dan saya bisa merasakan itu karena sometimes dari moral dan etikanya

jelas berbeda. Dan itu yang membuat saya jarang sekali merasa grogi sekarang

menjadi grogi. Saya diajari Pak Marsilam untuk memanggil orang tanpa mas

atau bapak, karena diangap itu adalah ekspresi egalitarian. Saya susah

manggil 'Marsilam', selalu pakai 'pak', dan dia marah. Tapi untuk Rocky

saya malam ini saya panggil Rocky (Rocky Gerung dari P2D) yang baik. Terimakasih

atas...... (tepuk tangan)



Tapi saya jelas nggak berani manggil Rahmat Toleng dengan Rahmat Tolengtor,

kasus. Terimakasih atas introduksi yang sangat generous. Saya sebetulnya

agak keberatan diundang malam hari ini untuk dua hal. Pertama karena judulnya

adalah memberi kuliah. Dan biasanya kalau memberi kuliah saya harus, paling

tidak membaca textbook yang harus saya baca dulu dan kemudian berpikir

keras bagaimana menjelaskan.

Dan malam ini tidak ada kuliah di gedung atau di hotel yang begitu bagus

tu biasanya kuliah kelas internasional atau spesial biasanya. Hanya untuk

eksekutif yang bayar SPP nya mahal. Dan pasti neolib itu (disambut tertawa).

Oleh karena itu saya revisi mungkin namanya lebih adalah ekspresi saya

untuk berbicara tentang kebijakan publik dan etika publik.



Yang kedua, meskipun tadi mas Rocky menyampaikan, eh salah lagi. Kalau

tadi disebutkan mengenai ada dua laki-laki, hati kecil saya tetap saya

akan mengatakan sampai hari ini saya adalah pembantu laki-laki itu (tepuk

tangan). Dan malam ini saya akan sekaligus menceritakan tentang konsep

etika yang saya pahami pada saat saya masih pembantu, secara etika saya

tidak boleh untuk mengatakan hal yang buruk kepada siapapun yang saya bantu.

Jadi saya mohon maaf kalau agak berbeda dan aspirasinya tidak sesuai dengan

amanat pada hari ini.

Tapi saya diminta untuk bicara tentang kebijakan publik dan etika publik.

Dan itu adalah suatu topik yang barangkali merupakan suatu pergulatan harian

saya, semenjak hari pertama saya bersedia untuk menerima jabatan sebagai

menteri di kabinet di Republik Indonesia itu.



Suatu penerimaan jabatan yang saya lakukan dengan penuh kesadaran, dengan

segala upaya saya untuk memahami apa itu konsep jabatan publik. Pejabat

negara yang pada dalam dirinya, setiap hari adalah melakukan tindakan,

membuat pernyataan, membuat keputusan, yang semuanya adalah dimensinya

untuk kepentingan publik.

Disitu letak pertama dan sangat sulit bagi orang seperti saya karena saya

tidak belajar, seperti anda semua, termasuk siapa tadi yang menjadi MC,

tentang filosofi. Namun saya dididik oleh keluarga untuk memahami etika

di dalam pemahaman seperti yang saya ketahui. Bahwa sebagai pejabat publik,

hari pertama saya harus mampu untuk membuat garis antara apa yang disebut

sebagai kepentingan publik dengan kepentingan pribadi saya dan keluarga,

atau kelompok.



Dan sebetulnya tidak harus menjadi muridnya Rocky Gerung di filsafat UI

untuk pintar mengenai itu. Karena kita belajar selama 30 tahun dibawah

rezim presiden Soeharto. Dimana begitu acak hubungan, dan acak-acakan hubungan

antara kepentingan publik dan kepentingan pribadi. Dan itu merupakan modal

awal saya untuk memahami konsekuensi menjadi pejabat publik yang setiap

hari harus membuat kebijakan publik dengan domain saya sebagai makhluk,

yang juga punya privacy atau kepentingan pribadi.



Di dalam ranah itulah kemudian dari hari pertama dan sampai lebih dari

5 tahun saya bekerja untuk pemerintahan ini. Topik mengenai apa itu kebijakan

publik dan bagaimana kita harus, dari mulai berpikir, merasakan, bersikap,

dan membuat keputusan menjadi sangat penting. Tentu saya tidak perlu harus

mengulangi, karena itu menyangkut, yang disebut, tujuan konstitusi, yaitu

kepentingan masyarakat banyak. Yaitu mencapai kesejahteraan rakyat yang

adil dan makmur.



Jadi kebijakan pubik dibuat tujuannya adalah untuk melayani masyarakat,

Kebijakan publik dibuat melalui dan oleh kekuasaan. Karena dia dibuat oleh

institusi publik yang eksis karena dia merupakan produk dari suatu proses

politik dan dia memiliki kekuasaan untuk mengeluarkannya. Disitulah letak

bersinggungan, apa yang disebut sebagai ingridient utama dari kebijakan

publik, yaitu unsur kekuasaan. Dan kekuasaan itu sangat mudah menggelincirkan

kita.

Kekuasaan selalu cenderung untuk corrupt. Tanpa adanya pengendalian dan

sistim pengawasan, saya yakin kekuasaan itu pasti corrupt. Itu sudah dikenal

oleh kita semua. Namun pada saat anda berdiri sebagai pejabat publik, memiliki

kekuasan dan kekuasan itu sudah dipastikan akan membuat kita corrupt, maka

pertanyaan 'kalau saya mau menjadi pejabat publik dan tidak ingin corrupt,

apa yang harus saya lakukan?'



Oleh karena itu, di dalam proses-proses yang dilalui atau saya lalui, jadi

ini lebih saya cerita daripada kuliah. Dari hari pertama, karena begitu

khawatirnya, tapi juga pada saat yang sama punya perasaan anxiety untuk

menjalankan kekuasaan, namun saya tidak ingin tergelincir kepada korupsi,

maka pada hari pertama anda masuk kantor, anda bertanya dulu kepada sistem

pengawas internal anda dan staff anda. Apalagi waktu itu jabatan dari Bappenas

menjadi Menteri Keuangan. Dan saya sadar sesadar sadarnya bahwa kewenangan

dan kekuasaan Kementrian Keuangan atau Menteri Keuangan sungguh sangat

besar. Bahkan pada saat saya tidak berpikir corrupt pun orang sudah berpikir

ngeres mengenai hal itu.



Bayangkan, seseorang harus mengelola suatu resources yang omsetnya tiap

tahun sekitar, mulai dari saya mulai dari 400 triliun sampai sekarang diatas

1000 triliun, itu omset. Total asetnya mendekati 3000 triliun lebih.(batuk2)

Saya lihat (ehem!) banyak sekali (ehem lagi) kalau bicara uang terus langsung.... (ada

air putih langsung datang diiringi ketawa hadirin).

Saya sudah melihat banyak sekali apa yang disebut tata kelola atau governance.

pada saat seseorang memegang suatu kewenangan dimana melibatkan uang yang

begitu banyak. Tidak mudah mencari orang yang tidak tergiur, apalagi terpeleset,

sehingga tergoda bahwa apa yang dia kelola menjadi seoalh-olah menjadi

barang atau aset miliknya sendiri.

Dan disitulah hal-hal yang sangat nyata mengenai bagaimana kita harus membuat

garis pembatas yang sangat disiplin. Disiplin pada diri kita sendiri dan

dalam, bahkan, pikiran kita dan perasaan kita untuk menjalankan tugas itu

secara dingin, rasional, dengan penuh perhitungan dan tidak membolehkan

perasaan ataupun godaan apapun untuk, bahkan berpikir untuk meng-abusenya.



Barangkali itu istilah yang disebut teknokratis. Tapi saya sih menganggap

bahwa juga orang yang katanya berasal dari akademik dan disebut tekhnokrat

tapi ternyata 'bau'nya tidak seperti itu. Tingkahnya apalagi lebih-lebih.

Jadi saya biasanya tidak mengklasifikasikan berdasarkan label. Tapi berdasarkan

genuine product nya dia hasilnya apa, tingkah laku yang esensial.

Nah, di dalam hari-hari dimana kita harus membicarakan kebijakan publik,

dan tadi disebutkan bahwa kewenangan begitu besar, menyangkut sebuah atau

nilai resources yang begitu besar. Kita mencoba untuk menegakkan rambu-rambu,

internal maupun eksternal.



Mungkin contoh untuk internal hari pertama saya bertanya kepada Inspektorat

Jenderal saya. "Tolong beri saya list apa yang boleh dan tidak boleh

dari seorang menteri." Biasanya mereka bingung, tidak perndah ada

menteri yang tanya begitu ke saya bu. Saya menetri boleh semuanya termasuk

mecat saya.

Kalau seorang menteri kemudian menanyakan apa yang boleh dan nggak boleh,

buat mereka menjadi suatu pertanyaan yang sangat janggal. Untuk kultur

birokrat, itu sangat sulit dipahami. Di dalam konteks yang lebih besar

dan alasan yang lebih besar adalah dengan rambu-rambu. Kita membuat standart

operating procedure, tata cara, tata kelola untuk membuat bagaimana kebijakan

dibuat. Bahkan menciptakan sistem check and balance.

Karena kebijakan publik dengan menggunakan elemen kekuasaan, dia sangat

mudah untuk memunculkan konflik kepentingan. Saya bisa cerita berhari-hari

kepada anda. Banyak contoh dimana produk-produk kebijakan sangat memungkinkan

seorang, pada jabatan Menteri Keuangan, mudah tergoda. Dari korupsi kecil

hingga korupsi yang besar. Dari korupsi yang sifatnya hilir dan ritel sampai

korupsi yang sifatnya upstream dan hulu.



Dan bahkan dengan kewenangan dan kemampuannya dia pun bisa menyembunyikan

itu. Karena dengan kewenangan yang besar, dia juga sebetulnya bisa membeli

sistem. Dia bisa menciptakan network. Dia bisa menciptakan pengaruh. Dan

pengaruh itu bisa menguntungkan bagi dirinya sendiri atau kelompoknya.

Godaan itulah yang sebetulnya kita selalu ingin bendung. Karena begitu

anda tergelincir pada satu hal, maka tidak akan pernah berhenti.

Namun, meskipun kita mencoba untuk menegakkan aturan, membuat rambu-rambu,

dengan menegakkan pengawasan internal dan eksternal, sering bahwa pengawasan

itu pun masih bisa dilewati. Disinilah kemudian muncul, apa yang disebut

unsur etika. Karena etika menempel dalam diri kita sendiri. Di dalam cara

kita melihat apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, apakah sesuatu

itu menghianati atau tidak menghianati kepentingan publik yang harus kita

layani. Apakah kita punya keyakinan bahwa kita tidak sedang menghianati

kebenaran. Etika itu ada di dalam diri kita.



Dan kemudian kalau kita bicara tentang total, atau di dalam bahasa ekonomi

yang keren namanya agregat, setiap kepala kita dijumlahkan menjadi etika

yang jumlahnya agregat atau publik, pertanyaannya adalah apakah di dalam

domain publik ini setiap etika pribadi kita bisa dijumlahkan dan menghasilkan

barang publik yang kita inginkan, yaitu suatu rambu-rambu norma yang mengatur

dan memberikan guidance kepada kita.

Saya termasuk yang sungguh sangat merasakan penderitaan selama menjadi

menteri. Karena itu tidak terjadi. Waktu saya menjadi menteri, sering saya

harus berdiri atau duduk berjam-jam di DPR. Disitu anggota DPR bertanya

banyak hal. Kadang-kadang bernada pura-pura sungguh-sungguh. Merek emngkritik

begitu keras. Tapi kemudian mereka dengan tenangnya mengatakan 'Ini adalah

panggung politik bu.'



Waktu saya dulu masuk menteri keuangan pertama saya masih punya dua Dirjen

yang sangat terkenal, Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai saya. Mereka sangat

powerfull. Karena pengaruhnya, dan respectability karena saya tidak tahu

karena kepada angota dewan sangat luar biasa. Dan waktu saya ditanya, mulainya

dari...? Segala macem. Setiap keputusan, statemen saya dan yang lain-lain

selalu ditanya dengan sangat keras. Saya tadinya cukup naif mengatakan,

"Oh ini ongkos demokrasi yang harus dibayar." Dan saya legowo

saja dengan tenang menulis pertanyaan-pertanya an mereka.

Waktu sudah ditulis mereka keluar ruangan, nggak pernah peduli mau dijawab

atau tidak. Kemudian saya dinasehati oleh Dirjen saya itu, "Ibu tidak

usah dimasukkan ke hati bu. Hal seperti itu hanya satu episod drama saja.

" Tapi kemudian itu menimbulkan satu pergolakan batin orang seperti

saya. Karena saya kemudian bertanya. Tadi dikaitkan dengan etika publik,

kalau orang bisa secara terus menerus berpura-pura, dan media memuat, dan

tidak ada satu kelompokpun mengatakan bahwa itu kepura-puraan maka kita

bertanya, apalagi? siapa lagi yang akan menjadi guidance? yang mengingatkan

kita dengan, apa yang disebut, norma kepantasan. Dan itu sungguh berat.

Karena saya terus mengatakan kalau saya menjadi pejabat publik, ongkos

untuk menjadi pejabat publik, pertama, kalau saya tidak corrupt, jelas

saya legowo nggak ada masalah. Tapi yang kedua saya menjadi khawatir saya

akan split personality.



Waktu di dewan saya menjadi personality yang lain, nanti di kantor saya

akan menjadi lain lagi, waktu di rumah saya lain lagi. Untung suami dan

anak-anak saya tidak pernah bingung yang mana saya waktu itu. Dan itu sesuatu

yang sangat sulit untuk seorang seperti saya untuk harus berubah-ubah.

Kalau pagi lain nilainya dengan sore, dan sore lain dengan malam. Malam

lain lagi dengan tengah malam. Kan itu sesuatu yang sangat sulit untuk

diterima. Itu ongkos yang paling mahal bagi seorang pejabat publik yang

harus menjalankan dan ingin menjalankan secara konsisten.

Nah, oleh karena itu, didalam konteks inilah kita kan bicara mengenai kebijakan

publik, etika publik yang seharusnya menjadi landasan, arahan bagi bagaimana

kita memproduksi suatu tindakan, keputusan, yang itu adalah untuk urusan

rakyat. Yaitu kesejahteraan rakyat, mengurangi penderitaan mereka, menaikkan

suasana atau situasi yang baik di masyarakat, namun di sisi lain kita harus

berhadapan dengan konteks kekuasaan dan struktur politik. Dimana buat mereka

norma dan etika itu nampaknya bisa tidak hanya double standrart, triple

standart.



Dan bahkan kalau kita bicara tentang istilah dan konsep mengenai konflik

kepentingan, saya betul-betul terpana. Waktu saya menjadi executive director

di IMF, pertama kali saya mengenal apa yang disebut birokrat dari negara

maju. HAri pertama saya diminta untuk melihat dan tandatangan mengenai

etika sebagai seorang executive director, do dan don'ts. Disitu juga disebutkan

mengenai konsep konflik kepentingan. Bagaimana suatu institusi yang memprodusir

suatu policy publik, untuk level internasional, mengharuskan setiap elemen,

orang yang terlibat di dalam proses politik atau proses kebijakan itu harus

menanggalkan konflik kepentingannya. Dan kalau kita ragu kita boleh tanya,

apakah kalau saya melakukan ini atau menjabat yang ini apakah masuk dalam

domain konflik kepentingan. Dan mereka memberikan counsel untuk kita untuk

bisa membuat keputusan yang baik.

Sehingga bekerja di institusi seperti itu menurut saya mudah. Dan kalau

sampai anda tergelincir ya kebangetan aja anda. Namun waktu kembali ke

Indonesia dan saya dengan pemahaman pengenai konsep konflik kepentingan,

saya sering menghadiri suatu rapat membuat suatu kebijakan, dimana kebijakan

itu akan berimplikasi kepada anggaran, entah belanja, entah insentif, dan

pihak yang ikut duduk dalam proses kebijakan itu adalah pihak yang akan

mendapatkan keuntungan itu. Dan tidak ada rasa risih. Hanya untuk menunjukkan

yang penting pemerintahan efektif, jalan. Kuenya dibagi ke siapa itu adalah

urusan sekunder.



Anda bisa melihat bahwa kalau pejabat itu adalah background nya pengusaha,

meskipun yang bersangkutan mengatakan telah meninggalkan seluruh bisnisnya,

tapi semua orang tahu bahwa adiknya, kakaknya, anaknya, dan teteh, mamah,

aa' semuanya masih run. Dan dengan tenangnya, berbagai kebijakan, bahkan

yang membuat saya terpana, kalau dalam hal ini apa disebutnya? kalau dalam

bahasa inggris apa disebutnya?i drop my job atau apa..bengong itu.

Kita bingung bahwa ada suatu keputusan dibuat, dan saya banyak catatan

pribadi saya di buku saya. Ada keputusan ini, tiba-tiba besok lagi keputusan

itu ternyata yang menimport adalah perusahaannya dia.



Nah ini merupakan sesuatu hal yang barangkali tanpa harus mendramatisir

yang dikatakan oleh Rocky tadi seolah-olah menjadi the most reason phenomena.

Kita semua tahu, itulah penyakit yang terjadi di jaman orde baru. Hanya

dulu dibuatnya secara tertutup, tapi sekarang dengan kecanggihan, karena

kemampuan dari kekuasaan, dia mengkooptasi decision making process juga.

Kelihatannya demokrasi, kelihatannya melalui proses check and balance,

tapi di dalam dirinya, unsur mengenai konflik kepentingan dan tanpa etika

begitu kental. Etika itu barang yang jarang disebut pak.



Ada suatu saat saya membuat rapat dan rapat ini jelas berhubungan dengan

beberapa perusahaan. Kebetulan ada beberapa dari yang kita undang, dia

adalah komisaris dari beberapa perusahaan itu. Kami biasa, dan saya mengatakan

dengan tenang, bagi yang punya aviliasi dengan apa yang kita diskusikan

silahkan keluar dari ruangan. Memang itu adalah tradisi yang coba kita

lakukan di kementrian keuangan. Kebetulan mereka adlaah teman-teman saya.

Jadi teman-teman saya itu dengan bitter mengatakan, "Mba ani jangan

sadis-sadis amat lah kayak gitu. Kalaupun kita disuruh keluar juga diem-diem

aja. Nggak usah caranya kayak gitu."



Saya ingin menceritakan cerita seperti ini kepada anda bagaimana ternyata

konsep mengenai etika dan konflik kepentingan itu, bisa dikatakan sangat

langka di republik ini. Dan kalau kita berusaha untuk menjalankan dan menegakkan,

kita dianggap menjadi barang yang aneh. Jadi tadi kalau MC nya menjelaskan

bahwa saya ingin menjelaskan bahwa di luar gua itu ada sinar dan dunia

yang begitu bagus, di dalam saya dianggap seperti orang yang cerita yang

nggak nggak aja. Belum kalau di dalam konteks politik besar, kemudian,

wah ini konsep barat pasti 'Lihat saja Sri Mulyani, neolib.'



Jadi saya mungkin akan mengatakan bagaimana ke depan di dalam proses politik.

Tentu adalah suatu keresahan buat kita. Karena episod yang terjadi beberapa

kali adalah bahwa di dalam ruangan publik, rakyat atau masyarakat yang

harusnya menjadi the ultimate shareholder dari kekuasaan. Dia memilih,

kepada siapapun CEO di republik ini dan dia juga memilih dari orang-orang

yang diminta untuk menjadi pengawas atau check terhadap CEO nya.

Dan proses ini ternyata juga tidak murah dan mudah. Sudah banyak orang

yang mengatakan untuk menjadi seorang jabatan eksekutif dari level kabupaten,

kota, propinsi, membutuhkan biaya yang luar biasa, apalagi presiden pastinya.

Dan biayanya sungguh sangat tidak bisa dibayangkan untuk suatu beban seseorang.

Saya menteri keuangan saya biasa mengurusi ratusan triliun bahkan ribuan,

tapi saya tidak kaget dengan angka. Tapi saya akan kaget kalau itu menjadi

beban personal.



Seseorang akan menjadi kandidat mengeluarkan biaya sebesar itu. Kalkulasi

mengenai return of investment saja tidak masuk. Bagaimana anda mengatakan

dan waktu saya mengatakan sya lihat struktur gaji pejabat negara sungguh

sangat tidak rasional. Dan kita pura-pura tidak boleh menaikkan karena

kalau menaikkan kita dianggap mau mensejahterakan diri sebelum mensejahterakan

rakyat. Sehingga muncullah anomali yang sangat tidak bisa dijelaskan oleh

logika akal sehat, bahkan Rocky bilangnya ada akal miring. Saya mencoba

sebagai pejabat negara untuk mengembalikan akal sehat dengan mengatakan

strukturnya harus dibenahi lagi. Namun toh tetap tidak bisa menjelaskan

suatu proses politik yang begitu sangat mahalnya.

Sehingga memunculkan suatu kebutuhan untuk berkolaborasi dengan sumber

finansialnya. Dan disitulah kontrak terjadi. Di tingkat daerah, tidak mungkin

itu dilakukan dengan membayar melalui gajinya. Bahkan melalui APBD nya

pun tidak mungkin karena size dari APBN nya kadang-kadang tidak sebesar

atau mungkin juga lebih sulit. Sehingga yang bisa adalah melalui policy.

Policy yang bisa dijual belikan. Dan itu adalah adalah bentuk hasil dari

suatu kolaborasi.

pertanyaan untuk kita semua, bagaimana kita menyikapi hal ini didalam konteks

bahwa produk dari kebijakan publik, melalui sebuah proses politik yang

begitu mahal sudah pasti akan distated dengan struktur yang membentuk awalnya.

KArena kebijakan publik adalah hilirnya, hasil akhir. Hulunya yang memegang

kekuasaan, lebih hulu lagi adalah prosesnya untuk mendapatkan kekuasaan

itu demikian mahal.

Dan itu akan menjadi pertanyaan yang concern untuk sebuah sistem demokrasi.

Maka pada saat kita dipilih atau diminta untuk menjadi pembantu atau menjadibagian

dari pemerintah, Tentu kita tidak punya ilusi bahwa ruangan politik itu

vakum atau hampa dari kepentingan. politik dimana saja pasti tentang kepentingan.

Dan kepentingan itu kawin diantara beberapa kelompok untuk mendapatkan

kekuasaan itu. Pasti itu perkawinannya adalah pada siapa saja yang menjadi

pemenang.



Kalau pada hari ini tadi disebutkan ada yang menanyakan atau menyesalkan

atau ada yang menangisi ada yang gelo (jawa:menyesal. red), kenapa kok Sri

Mulyani memutuskan untuk mundur dari Menteri Keuangan. Tentu ini adalah

suatu kalkulasi dimana saya menganggap bahwa sumbangan saya, atau apapun

yang saya putuskan sebagai pejabat publik tidak lagi dikehendaki di dalam

sistem politik. Dimana perkawinan kepentingan itu begitu sangat dominan

dan nyata. Banyak yang mengatakan itu adalah kartel, saya lebih suka pakai

kata kawin, walaupun jenis kelaminnya sama. (ketawa dan tepuktangan)

Karena politik itu lebih banyak lakinya daripada perempuan makanya saya

katakan tadi. Hampir semua ketua partai politik laki kecuali satu. Dan

di dalam bahwa dimana sistem politik tidak menghendaki lagi atau dalam

hal ini tidak memungkinkan etika publik itu bisa dimnculkan, maka untuk

orang seperti saya akan menjadi sangat tidak mungkin untuk eksis. Karena

pada saat saya menerima tangungjawab untuk menjadi pejabat publik, saya

sudah berjanji kepada diri saya sendiri, saya tidak ingin menjadi orang

yang akan menghianati dengan berbuat corrupt. Saya tidak mengatakan itu

gampang. Sangat painful. Sungguh painful sekali. Dan saya tidak mengatakan

bahwa saya tidak pernah mengucurkan atau meneteskan airmata untuk menegakkan

prinsip itu. Karena ironinya begitu besar. Sangat besar. Anda memegang

kekuasaan begitu besar. Anda bisa, anda mampu, anda bahkan boleh, bahkan

diharapkan untuk meng abuse nya oleh sekelompok yang sebetulnya menginginkan

itu terjadi agar nyaman dan anda tidak mau. (tepuk tangan) Pada saat yang

sama anda tidak selalu di apresiasi. P2D kan baru muncul sesudah saya mundur

(ketawa, disini dia terlihat mengusapkan saputangan ke matanya).



Jadi ya terlambat tidak apa-apa, terbiasa. Saya masih bisa menyelamatkan

republik ini lah.

Jadi saya tidak tahu tadi, Rocky tidak ngasih tahu saya berapa menit atau

berapa jam. Soalnya diatas jam 9 argonya lain lagi nanti. Jadi saya gimana

harus menutupnya. Nanti kayaknya nyanyi aja balik terus nanti.

Mungkin saya akan mengatakan bahwa pada bagian akhir kuliah saya ini atau

cerita saya ini saya ingin menyampaikan kepada semua kawan-kawan disini.

Saya bukan dari partai politik, saya bukan politisi, tapi tidak berarti

saya tidak tahu politik. Selama lebih dari 5 tahun saya tahu persis bagaimana

proses politik terjadi. Kita punya perasaan yang bergumul atau bergelora

atau resah. Keresahan itu memuncak pada saat kita menghadapi realita jangan-jangan

banyak orang yang ingin berbuat baik merasa frustasi. Atau mungkin saya

akan less dramatic. Banyak orang-orang yang harus dipaksa untuk berkompromi

dan sering kita menghibur diri dengan mengatakan kompromi ini perlu untuk

kepentingan yang lebih besar. Sebetulnya cerita itu bukan cerita baru,

karena saya tahu betul pergumulan para teknokrat jaman Pak Harto, untuk

memutuskan stay atau out adalah pada dilema, apakah dengan stay saya bisa

membuat kebijakan publik yang lebih baik sehingga menyelamatkan suatu kerusakan

yang lebih besar. Atau anda out dan anda disitu akan punya kans untuk berbuat

atau tidak, paling tidak resiko getting associated with menjadi less. Personal

gain, public loss. If you are stay, dan itu yang saya rasakan 5 tahun,

you suddenly feel that everybody is your enemy.



Karena no one yang sangat simpati dan tahu kita pun akan tidak terlalu

happy karena kita tetap berada di dalam sistem. Yang tidak sejalan dengan

ktia juga jengkel karena kita tidak bisa masuk kelompok yang bisa diajak

enak-enakan. Sehingga anda di dalam di sandwich di dua hal itu. Dan itu

bukan suatu pengalaman yang mudah. Sehingga kita harus berkolaborasi untuk

membuat space yang lebih enak, lebih banyak sehingga kita bisa menemukan

kesamaan.



Nah kalau kita ingin kembali kepada topiknya untuk menutup juga, saya rasa

forum-forum semacam ini atau saya mengatakan kelompok seperti anda yang

duduk pada malam hari ini adalah kelompok kelas menengah. YAng sangat sadar

membayar pajak. Membayarnya tentu tidak sukarela, tidak seorang yang patriotik

yang mengatakan dia membayar pajak sukarela. Tapi meskipun tidak sukarela,

anda sadar bahwa itu adalah suatu kewajiban untuk menjaga republik ini

tetap berdaulat. Dan orang seperti anda yang tau membayar pajak adalah

kewajiban dan sekaligus hak untuk menagih kepada negara, mengembalikan

dalam bentuk sistim politik yang kita inginkan. Maka sebetulnya di tangan

orang-orang seperti anda lah republik ini harus dijaga. Sungguh berat,

dan saya ditanya atau berkali-kali di banyak forum untuk ditanya, kenapa

ibu pergi? Bagaimana reformasi, kan yang dikerjakan semua penting. Apakah

ibu tidak melihat Indonesia sebagai tempat untuk pengabdian yang lebih

penting dibandingkan bank dunia.



Seolah-olah sepertinya negara ini menjadi tanggungjawab Sri Mulyani. Dan

saya keberatan. Dan saya ingin sampaikan di forum ini karena anda juga

bertanggungjawab kalau bertama hal yang sama ke saya. Anda semua bertanggungjawab

sama seperti saya. Mencintai republik ini dengan banyak sekali pengorbanan

sampai saya harus menyampaikan kepada jajaran pajak, jajaran bea cukai,

jajaran perbendaharaan, "Jangan pernah putus asa mencintai republik."

Saya tahu, sungguh sulit mengurusnya pada masa-masa transisi yang sangat

pelik.



Kecintaan itu paling tidak akan terus memelihara suara hati kita. Dan bahkan

menjaga etika kita di dalam betindak dan berbuat serta membuat keputusan.

Dan saya ingin membagi kepada teman-teman disini, karena terlalu banyak

di media seolah-olah ditunjukkan yang terjadi dari aparat di kementrian

keuangan yang sudah direformasi masih terjadi kasus seperti Gayus.

Saya ingin memberikan testimoni bahwa banyak sekali aparat yang betul-betul

genuinly adalah orang-orang yang dedicated. Mereka yang cinta republik

sama seperti anda. Mereka juga kritis, mereka punya nurani, mereka punya

harga diri. Dia bekerja pada masing-masing unit, mungkin mereka tidak bersuara

karena mereka adalah bagian dari birokrat yang tidak boleh bersuara banyak

tapi harus bekerja.



Sebagian kecil adalah kelompok rakus, dan dengan kekuasaan sangat senang

untuk meng abuse. Tapi saya katakan sebagian besar adalah orang-orang baik

dan terhormat. Saya ingin tolong dibantu, berilah ruang untuk orang-orang

ini untuk dikenali oleh anda juga dan oleh masyarakat. Sehingga landscape

negara ini tidak hanya didominasi oleh cerita, oleh tokoh, apalagi dipublikasi

dengan seolah-oalh menggambarkan bahwa seluruh sistem ini adalah buruk

dan runtuh. Selama seminggu ini saya terus melakukan pertemuan dan sekaligus

perpisahan dengan jajaran di kementrian keuangan dan saya bisa memberikan,

sekali lagi, testimoni bahwa perasaan mereka untuk membuktikan bahwa reform

bisa jalan ada disana. Bantu mereka untuk tetap menjaga api itu. Dan jangan

kemudian anda disini bicara dengan saya, ya bisa diselamatkan kalau sri

mulyani tetap menjadi Menteri keuangan. Saya rasa tidak juga.



Suasana yang kita rasakan pada minggu-minggu yang lalu, bulan-bulan yang

lalu, seolah-olah persoalan negara ini disandera oleh satu orang, sri mulyani.

Sedemikian pandainya proses politik itu diramu sedemikian sehingga seolah-olah

persoalannya menjadi persoalan satu orang. Seseorang yang pada sautu ketika

dia harus membuat keputusan yang sungguh tidak mudah, dengan berbagai pergumulan,

kejengkelan, kemarahan, kecapekan, kelelahan, namun dia harus tetap membuat

kebijakan publik. Dia berusaha, berusaha di setiap pertemuan, mencoba untuk

meneliti dirinya sendiri apakah dia punya kepentingan pribadi atau kelompok,

dan apakah dia diintervensi atau tidak, apakah dia membuat keputusan karena

ada tujuan yang lain. Berhari-hari, berjam-jam dia bertanya, dia minta,

dia mengundang orang dan orang-orang ini yang tidak akan segan mengingatkan

kepada saya. Meskipun mereka tahu saya menteri, mereka lebih tua dari saya.

Orang seperti pak Darmin, siapa yang bisa bilang atau marahin pak marsilam?Wong

semua orang dimarahin duluan sama dia.



Mereka ada disana hanya untuk mengingatkan saya berbagai rambu-rambu, berbagai

pilihan dan pilihan sudah dibuat. Dan itu dilaporkan, dan itu diaudit dan

itu kemudian dirapatkan secara terbuka. Dan itu kemudian dirapatkerjakan

di DPR. Bagaimana mungkin itu kemudia 18 bulan kemudian dia seolah-olah

menjadi keputusan individu seorang Sri Mulyani. Proses itu berjalan dan

etika sunyi. Akal sehat tidak ada. Dan itu memunculkan suatu perasaan apakah

pejabat publik yang tugasnya membuat kebijakan publik pada saat dia sudah

mengikuti rambu-rambu, dia masih bisa divictimize oleh sebuah proses politik.

SAya hanya mengatakan, kalau dulu pergantian rezim orde lama ke orde baru,

semua orang di stigma komunis, kalau ini khusus didisain pada era reformasi

seorang distigma dengan sri mulyani identik dengan century. Mungkin kejadiannya

di satu orang saja, tapi sebetulnya analogi dan kesamaan mengenai suatu

penghakiman telah terjadi.



Sebetulnya disitulah letak kita untuk mulai bertanya, apakah proses politik

yang didorong, yang dimotivate, yang ditunggangi oleh suatu kepentingan

membolehkan seseorang untuk dihakimi, bahkan tanpa pengadilan. Divonis

tanpa pengadilan. Itu barangkali adalah suatu episod yang sebetulnya sudah

berturut-turut kita memahami konsekuensi sebagai pejabat publik yang tujuannya

membuat kebijakan publik, dan berpura-pura seolah-olah ada etika dan norma

yang menjadi guidance kita dibenturkan dengan realita-realita politik.



Dan untuk itu, saya hanya ingin mengatakan sebagai penutup, sebagian dari

anda mengatakan apakah Sri mulyani kalah, apakah sri mulyani lari? Dan

saya yakin banyak yang menyesalkan keputusan saya. Banyak yang menganggap

itu adalah suatu loss atau kehilangan. Diantara anda semua yang ada disini,

saya ingin mengatakan bahwa saya menang. Saya berhasil. Kemenangan dan

keberhasilan saya definisikan menurut saya karena tidak didikte oleh siapapun

termasuk mereka yang menginginkan saya tidak disini. (applause)

Saya merasa berhasil dan saya merasa menang karena definisi saya adalah

tiga. Selama saya tidak menghianati kebenaran, selama saya tidak mengingkari

nurani saya, dan selama saya masih bisa menjaga martabat dan harga diri

saya, maka disitu saya menang. Terimakasih.

(standing applause)

Sri Mulyani, Nasionalisme, dan Tinju

Muhammad Chatib Basri*



Pittsburgh, 25 September 2009. Saya catat hari itu dalam ingatan. Presiden Obama meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membagikan pengalaman Indonesia dalam menurunkan subsidi bahan bakar minyak, dalam forum amat penting G-20. Kita ingat pada 2005 dan 2008, Indonesia menaikkan harga BBM dan mengalokasikan subsidinya untuk rakyat miskin. Mungkin aneh bagi sebagian di antara kita, mengapa kebijakan yang di dalam negeri dicaci maki justru layak dijadikan contoh oleh negara anggota G-20.



Siang itu, Presiden SBY sudah bersiap memberikan paparannya. Sayangnya, waktu dalam sesi makan siang itu amat terbatas, padahal ada tiga topik yang dibahas, dan giliran SBY yang terakhir. Waktu habis dan Presiden pun tak jadi bicara. Tentu kami semua-Menteri Keuangan Sri Mulyani; juru bicara Presiden, Dino Patti Djalal; Mahendra Siregar; dan saya-amat kecewa.



Kami berusaha meminta keterangan dari delegasi Amerika Serikat, tapi jawabannya tak memuaskan. Mereka tentu tak berani menanyakan kepada Obama. Saya ingat Sri Mulyani setengah berbisik kemudian mengatakan, "Kayaknya saya mesti ngomong langsung dengan Obama." Saya kira dia bergurau. Tapi kemudian saya sadar, ia serius. Sri menghampiri Presiden Obama yang baru memasuki ruangan setelah jeda makan siang. Mereka berbicara berdua. Saya kebetulan berjarak sekitar dua meter dari mereka, sehingga saya bisa mendengar percakapan tersebut.



Dengan terus terang-khas Sri Mulyani-ia menyampaikan kekecewaannya. Ia mengatakan bahwa Presiden Obama sudah meminta Presiden SBY berpidato, tapi waktunya habis. Karena itu, ia meminta Presiden Obama menyampaikan maaf kepada Presiden SBY dan memberikan kesempatan di sesi berikutnya. Saya terkejut. Presiden Obama-saya kutip dari ingatan-tersenyum dan mengatakan, "Itu kesalahan saya, saya minta maaf, akan saya berikan kesempatan di sesi berikutnya."



Setelah itu, saya melihat Presiden Obama menghampiri Presiden SBY dan berbicara berdua. Di sesi berikutnya, Presiden Obama meminta maaf secara terbuka. SBY kemudian berpidato dengan sangat meyakinkan. Bahkan, kemudian ada satu bagian dari komunike yang menganjurkan agar kebijakan ini dicontoh anggota G-20. Sri Mulyani kelihatan tersenyum. Sambil bercanda kami mengatakan kepada Sri Mulyani, sebetulnya ia lebih cocok menjadi Menteri Pertahanan!



Itu adalah contoh kecil dari kiprah Sri Mulyani di forum internasional. Tentu naif bila kita menyimpulkan bahwa Indonesia berperan dalam G-20 hanya dari cerita itu. Yang jauh lebih serius adalah ketika pada pembicaraan di tingkat Menteri Keuangan, Sri Mulyani memperjuangkan pembiayaan stimulus fiskal bagi negara berkembang. Negara berkembang-termasuk Indonesia-sampai September 2008, tumbuh relatif tinggi. Namun krisis keuangan global telah membawa dampak yang dalam bagi negara berkembang.

Untuk mengatasi itu, sisi permintaan-seperti resep Keynes lebih dari 70 tahun lalu-harus didorong. Dan ini mesti dilakukan di tingkat global. Masalahnya, tak semua negara, terutama negara berkembang, memiliki kemampuan untuk membiayai stimulusnya. Dalam situasi krisis keuangan global, akses terhadap pasar keuangan praktis tertutup. Kalaupun terbuka, harganya amat mahal.



Di sini, usulan Indonesia agar dibentuk global expenditure support fund diadopsi. G-20 sepakat mengguyurkan sedikitnya US$ 100 miliar melalui Bank Pembangunan Multilateral untuk membantu bujet negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, disediakan trade financing US$ 250 miliar untuk memulihkan perdagangan global.



Saya yang hadir di sana melihat bagaimana Sri Mulyani berdebat mengenai hal ini. Ia begitu dihormati dan didengar oleh para menteri keuangan lain, seperti Alistair Darling dari Inggris, Tim Geithner dari Amerika, atau Christine Lagarde dari Prancis. Saya ingat bagaimana dalam diskusi, Sri Mulyani kerap diminta menjadi pembicara pembuka. Saya catat, Darling atau Geithner di beberapa kesempatan, setelah mereka bicara, berpaling dan menanyakan, "Sri Mulyani, what do you think...."



Di sana, saya bangga menjadi orang Indonesia karena Indonesia dihormati dan didengar dalam forum yang boleh dibilang paling penting di dunia saat ini. Sebab, Indonesia berani memperjuangkan nasib negara berkembang di pentas global. Di masa lalu, sentimen nasionalisme kita kerap dibangun lewat tinju atau bulu tangkis. Keindonesiaan kita menjadi begitu bergelora ketika Ellyas Pical juara dunia, atau saat Susi Susanti dan Alan Budikusuma meraih emas olimpiade. Atau di tempat lain, nasionalisme kita bergelora ketika kita marah, atau terusik atau takut, lalu berteriak "awas asing".



Sri Mulyani membangkitkan kebanggaan akan Indonesia dengan cara lain. Maka, bukan hal yang aneh jika Sri Mulyani ditawari posisi nomor dua di Bank Dunia. Kiprahnya di dunia internasional memang membuat Indonesia yang tadinya sunyi dalam pentas global menjadi berbunyi. Kini, sentimen nasionalisme kita justru dibangun oleh Sri Mulyani lewat perasaan dihargai dan dihormati, karena Indonesia didengar, karena Indonesia mewakili emerging economies memiliki peran mengatasi krisis global. Kita tak lagi menjadi tawanan rasa rendah diri kita atau kita tak lagi melihat dunia dengan kecemasan di tiap tikungan.



*) Mantan anggota staf khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Deputi Menteri Keuangan untuk G-20--yansen lokanata .

Jumat, 21 Mei 2010

Pemilik Perut Buncit Lebih Cepat Pikun


Orang-orang dengan perut besar sebelum berusia 50 tahun cenderung miliki otak lebih kecil.

VIVAnews - Sebuah studi terbaru menunjukkan, orang-orang dengan perut besar alias buncit sebelum berusia 50 tahun secara signifikan lebih cenderung memiliki otak lebih kecil. Sehingga meningkatkan risiko menderita alzheimer serta menderita bentuk lain dari penyakit demensia di kemudian hari.

Dikutip dari laman dailymail.co.uk, ilmuwan AS mengukur perut para penderita obesitas. Penelitian terhadap 733 orang berusia rata-rata 60 tahun ini melakukan perbandingan volume otak pada CT scan.

Mereka yang memiliki jumlah tertinggi lemak pinggang memiliki otak lebih kecil dibandingkan dengan lemak pinggang dengan jumlah terendah.

"Data kami menunjukkan hubungan kuat antara obesitas sentral dan risiko demensia dan penyakit Alzheimer," kata Sudha Seshadri, dari Boston University School of Medicine, dan pemimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Neurology.

Dr. Susanne Sorensen, dari Alzheimer's Society juga mengatakan, "Salah satu penyebab perut buncit adalah akibat konsumsi minuman beralkohol. Tapi kini, perut buncit tak hanya bisa menyebabkan penyakit jantung, tapi juga dapat meningkatkan risiko terkena demensia."

Lemak perut diakui sebagai jenis lemak paling berbahaya dan sebagai lemak tersembunyi, yang lebih berbahaya daripada lemak di pinggul.

Lemak tambahan ini dikemas di sekitar organ dalam perut yang melepaskan lebih banyak asam yang meningkatkan risiko penyakit jantung, bersama dengan faktor-faktor yang meningkatkan tekanan darah dan gula darah.

Penelitian lain sudah menghubungkan antara obesitas untuk penyakit pembuluh darah yang berperan dalam demensia, sebagian melalui pengerasan arteri.

Penelitian ini diakui para ilmuwan, meskipun belum bisa secara detail membeberkan kriteria tingkat lingkar pinggang yang sehat. Namun, sebagai panduan kasar, para dokter menyarankan pria sebaiknya memiliki ketebalan perut tidak lebih besar dari 40 inci atau 100 cm dan wanita harus tetap berada pada lingkar sekitar 35 inci atau 88 cm.

Penelitian sebelumnya yang melibatkan autopsi menunjukkan bahwa perubahan dalam otak yang berhubungan dengan penyakit alzheimer dapat dimulai pada usia muda, dan studi lain menunjukkan bahwa lemak perut tinggi pada dewasa tua diikat atrofi otak yang lebih besar.

Para ahli percaya, efek berbahaya dari obesitas abdominal pada otak dapat mulai jauh sebelum muncul tanda-tanda demensia. Sementara, perut besar yang diderita orang usia setengah baya telah terbukti meningkatkan risiko diabetes, stroke dan penyakit jantung koroner. (umi)
• VIVAnews

Kamis, 20 Mei 2010

Manfaat Jahe Merah

Manfaat Jahe Merah untuk Kebugaran
Manfaat Jahe Merah untuk Kebugaran

Manfaat Jahe MerahSebagai bahan obat tradisional, jahe merah banyak dipilih karena memberikan rasa pahit dan pedas lebih tinggi dibanding jenis jahe lain. Khasiat umumnya bisa menambah nafsu makan dan menghangatkan badan.

Karena pengaruh inilah orang cepat merasa bugar dan gairah seksnya meningkat. Selain ukurannya lebih kecil dibanding dua jenis jahe lain, yakni jahe emprit dan gajah, warna kulit jahe merah juga berbeda. Kulitnya berwarna merah muda, dagingnya sedikit cokelat, dan memiliki serat lebih kasar.

Tanaman ini lebih dikenal berkhasiat sebagai pencahar, antirematik, dan peluruh masuk angin. Rimpang jahe merah mengandung minyak asiri yang terdiri dari zingeberin, kamfena, lemonin, zingiberen, zingiberal, gingeral, dan shogool. Kandungan lainnya, yakni minyak damar, pati, asam organik, asam malat, asam aksolat, dan gingerin.

Khasiat umumnya menghangatkan badan, penambah nafsu makan, peluruh keringat, serta mencegah dan mengobati masuk angin. Di samping itu, juga berguna untuk mengatasi radang tenggorokan (bronkitis), rematik, sakit pinggang, lemah syahwat, nyeri lambung, meningkatkan stamina, meredakan asma, mengobati pusing, nyeri otot, ejakulasi dini, dan melancarkan air susu ibu.

Bentuk Tanduk

Hingga saat ini memang belum ada penelitian tentang khasiat jahe merah untuk mengatasi asma.

Namun, menurut DR. Suwijiyo Pramono, ahli fitofarmaka dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kemungkinan rasa hangat karena kandungan minyak asiri itulah yang menyebabkan rasa lega bagi penderita asma.

"Pada dasarnya jahe merah tidak memiliki kandungan zat yang bersifat bronko splasmolitika (zat pelega saluran napas). Kemungkinan lain efek antihistamin pada jahe yang menyebabkan asma mereda," tutur doktor fitokimia lulusan Universite Toulose Perancis itu.

Namun, bagi Anda penderita asma sekaligus maag, sebaiknya menghindari konsumsi jahe merah. "Karena gingerolnya bisa bikin lambung panas dan iritasi," ujar dosen Fakultas Farmasi UGM ini.

Tanaman bernama Latin Zingiber officinale ini memang kaya manfaat. Dibuat sebagai minuman juga menyegarkan. Nama genus Zingiber yang berbentuk tanduk diberikan karena rimpangnya mirip cula yang tumbuh di kepala badak.

Kata Zingiber sendiri diadopsi dari bahasa Arab, Zanjabil. Kitab suci Alquran pada surat Al Insaan ayat 17 juga menyebut-nyebut soal jahe. Kurang lebih isinya: "Di dalam surga itu mereka diberi segelas minuman yang campurannya jahe."

Produk olahan jahe merah kini telah dijual bebas di pasaran. Bentuknya berupa rajangan kering atau simplisia, jahe instan, serbuk jahe, sirop jahe, dan permen, sehingga memudahkan Anda untuk menikmatinya. Selamat mencoba!

Beberapa Ramuan Jahe Merah

1. Untuk Atasi Rematik

Ramuan 1:

Siapkan jahe merah segar 20 gram, temulawak 20 gram, cabe jawa 20 gram, kumis kucing 30 gram, daun komfrey 30 gram, dan air untuk minum 4 gelas.

Semua bahan dicuci bersih, rajang atau diiris tipis, lalu direbus. Tunggu hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian saring.

Minum 2 kali pada pagi dan sore hari, sekali minum 1 gelas. Agar rasanya lebih segar, tambahkan 2 sendok makan madu dan perasan jeruk nipis.

Ramuan 2:

Siapkan jahe merah segar 20 gram, daun dewa segar 30 gram, irisan kering mahkota dewa 20 gram, daun meniran segar 30 gram, daun sendok 30 gram, dan air untuk minum 4 gelas. Semua bahan dicuci bersih, diiris atau dirajang kecil-kecil, lalu direbus. Tunggu hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian saring.

Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, sekali minum 1 gelas. Bila suka, tambahkan madu.

2. Untuk Atasi Keropos Tulang

Siapkan jahe merah segar 20 gram, kacang hijau 30 gram, biji cengkih 10 gram, kapulaga 10 gram, merica 15 gram, kayumanis 20 gram, dan air 4 gelas.

Bahan-bahan dicuci bersih dan dilumatkan atau dimemarkan. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian disaring. Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas. Agar rasanya nikmat, bisa ditambahkan 2 sendok makan madu.

3. Untuk Atasi Asma

Siapkan jahe merah segar 20 gram, daun sambiloto 30 gram, daun randu 30 gram, daun lampes 20 gram, dan air untuk minum 4 gelas. Semua bahan setelah dicuci bersih, diiris atau dirajang kecil. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, lalu saring.

Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas. agar rasanya segar, bisa ditambahkan madu dan perasan jeruk nipis.

4. Untuk Atasi Stroke

Siapkan jahe merah 20 gram, mengkudu 40 gram, pule pandak 20 gram, daun dewa 30 gram, daun ciremai 20 gram, air untuk minum 4 gelas. Setelah semua dicuci, dirajang atau diiris. Rebus dengan air 4 gelas hingga air rebusan tersisa 1,5 (satu setengah) gelas, kemudian saring.

Minum tiga kali pada pagi, siang, dan sore setelah makan. Sekali minum 0.5 (setengah) gelas.

5. Menambah Gairah Seks

Siapkan jahe merah 15 gram, gingseng 30 gram, cabe jawa 20 gram, lada hitam 20 gram, air untuk minum 4 gelas. Semua bahan dicuci, direbus hingga air rebusan tersisa 2 gelas kemudian disaring.

Minum 2 kali pada pagi dan sore. Sekali minum 1 gelas. Bisa tambahkan kuning telur 1 butir dan 2 sendok makan madu murni. Aduk hingga merata sebelum diminum.

Catatan: Agar lebih aman, tetaplah berkonsultasi dengan ahli tanaman obat atau ahli penyembuhan herbal.

Rabu, 19 Mei 2010

The Gibson Interview: Peter Frampton Talks Guitars


Russell Hall
|
04.29.2010

Had Peter Frampton done nothing more than release Frampton Comes Alive! — the gazillion-selling live set that changed the music industry — his place in rock history would be assured. Fact is, however, Frampton was never comfortable in the role of pop star, and always held firm to the nobler goal of becoming the best guitarist he could possibly be.

Those six-string skills are on full display on Thank You Mr. Churchill, Frampton’s just-released follow-up to his Grammy-winning instrumental album, Fingerprints. Rife with riff-laden songs that evoke the guitar legend’s classic ’70s work, the album unfolds, thematically, as the most autobiographical disc of Frampton’s career.

High points include “Solution,” a ferocious rocker fitted with ringing power chords; “I’m Due a You,” a shimmering pop-rocker flavored with stinging lead lines; and “Suite Liberte,” an instrumental that blends rock, jazz, and blues into a seamless tapestry.

In the following interview, the veteran guitarist talks about the making of the album, and the instruments he used to bring the songs to life.

The songs on Thank You Mr. Churchill have a classic-rock vibe, in a ’70s sort of way. Did that direction unfold in a natural way?

Absolutely. I wanted the album to be more rock and roll, even though it also contains some of the most introspective songs I’ve ever done. Take the song “I Want it Back,” for instance. I wrote that song during a break while on tour, year before last. I was trying to come up with something new to do as an encore, really. I wanted something that worked live, in a sort of Humble Pie-ish way. And that’s what came out. I had the riff, which was sort of an ad-lib piece I was doing on-stage, just before we played “While My Guitar Gently Weeps.” When I got home, I started to see that riff as part of a much bigger piece. So yes, I agree that the album is very much “classic rock.”

For Fingerprints, your main electric guitar was your Gibson Signature Les Paul Custom. What did you play on the new album?

I used that same electric, along with some others. There’s a bit of a story there. I used to have a real 1960 Les Paul Standard Sunburst, which I foolishly sold. The Gibson Custom Shop then did a very nice thing. They surprised me with a ’60 reissue, a “vintaged” Les Paul that’s phenomenal. It’s a wonderful guitar. It’s very light, and has all the things you would expect. It’s very close to the ’60 Les Paul that I sold.

Did you pick up the Les Paul Standard – the guitar you sold – as a replacement for your original Les Paul, which was lost in a 1980 plane crash?

Well, when I lost all my guitars in that horrible plane crash, I went and got a lot of guitars. Smaller necks work better for me – I have small fingers – so the ’60 neck is much better for me. In fact, all my Les Pauls, the Peter Frampton models, are modeled on a ’60 neck. Anyway, after the plane crash I got the Standard Sunburst, and stuff like that. But nothing was quite like my original Les Paul. I went through a period of not knowing what to play, because I hadn’t known anything except my original Les Paul, for so many years.

How does the ’60 Les Paul Standard reissue compare to the guitar you sold?

To be honest, it sounds better than I remember the other one sounding. Not every guitar – just because it was made in 1960 or something – sounds amazing. It depends on which day of the week it was built, who built it, what care went into it, and all sorts of things. Every guitar sounds different. But anyway, I’ve now got this wonderful ’60 reissue, and I’ve also got my original ’62, Humble Pie-era SG – the guitar I played on the [1969 Humble Pie] Town and Country album. John Nady, of Nady Wireless, somehow ended up with it, and he graciously sold it back to me.

The SG is the guitar you were playing prior to getting the Black Beauty?

Yes. I’ve been trying lately to reach out for as many guitars that I used to have as possible. I also have a ’61 SG, which sounds amazing. I love SGs, and I always have. For me, the SG is halfway between a Strat and a Les Paul. It has a thinner sound, it’s not quite as weighty as a Les Paul, and it cuts through a bit better in certain situation. Both SGs are on the new album – the ’61 and the Humble Pie-era one – as well as my main Les Paul, and the reissue.

You mentioned “Restraint.” That song has a very unusual riff. How did you come up with that?

That came to me while I was jamming on the couch, watching TV with the sound turned down. I noodle like that all the time. It was such an ominous riff. I think the “D” may be tuned down. In any case, it’s a low tuning. I was just jamming with some loops. A lot of the guitar parts on the album started in front of the TV, with the sound turned off.

Did you come up with the solos in the studio, on the spot?

Pretty much. Maybe I’m lazy, but I don’t like to work solos out. When I’m recording, my usual method is to do three solos, all the way through, and then stop, have a cup of tea or coffee, make a phone call, and go back and do another three. Then I go through them all, and choose bits. Usually one of the solos done at the beginning sounds right, nearly all the way through. But I don’t grade them as I’m going along. I’m not thinking, “Oh, we need another bit here, or something.” I just do them.

That said, though, I would have already played around with the songs, getting used to the chords, and playing along, and jamming along with myself. It’s not as if I haven’t practiced the solos, or messed with them before I actually blast away.

You once said your best guitar playing nearly always happens when you play live. Is that still the case?

I would adjust that comment a bit. I would say, “Yes, in essence,” but I’m finding that because I have my own studio, and can work any time, day or night, I’m more fluent now. Sometimes, out of the blue, at home, I’ll come up with something that’s just as good as what I do on the road. It may be different, but that’s what I’m always searching for. I want things to be different, to be new, and to be something I haven’t played before. And I want to get better, as a guitar player.

You won a prestigious Grammy, in the category of “Best Pop Instrumental Album,” for Fingerprints. Did winning the Grammy make you contemplate doing another all-instrumental album?

It did, although not straightaway. The beauty of it is that the music business is sort of artist-driven, these days, because we have such direct contact to the fans. I’m basically doing what I want, all the time, and not following any trends. But yes, at some point I think I’ll do another instrumental album. It may even be a film soundtrack.

Photo Credit: Sandy Campbell

Selasa, 18 Mei 2010

Mewaspadai Pembungkus Makanan

Hampir setiap kita membeli makanan, pasti makanan tersebut dibungkus atau dalam wadah tertentu. Memang lebih praktis, karena kita tidak perlu membawa-bawa wadah. Beli bakso untuk dibawa pulang, kita tidak perlu rantang, cukup dibungkus plastik. Beli gorengan, para pedagang kreatif dengan mendaur ulang kertas koran atau kertas bekas sebagai kantong. Mau beli buah utuh dirasa terlalu besar, pihak supermarket menyediakan buah potongan dalam styrofoam yang ditutup dengan plastik tipis tembus pandang. Beli sup di restoran fast food, tak perlu mangkuk keramik yang mudah pecah, cukup dengan mangkuk styrofoam yang langsung buang setelah dipakai. Begitupun bila ingin menikmati mie panas saat kemping atau di perjalanan, kita tak perlu repot bawa mangkuk.

Bahan-bahan pembungkus dan wadah itu begitu akrab dengan kehidupan kita. Tapi, ternyata bahan-bahan itu menyimpan bahaya bila penggunaannya tidak tepat. Plastik Apa yang tidak terbuat dari plastik pada zaman sekarang ? Memang, bahan ini sangat populer dipakai. Mulai dari perabotan rumah, alat-alat dapur, mainan anak sampai bahan pembungkus. Jenis plastik sendiri memang beraneka ragam. Ada Poli Etilen, Poli Propilen, Poli Vinil Chlorida, Vinylidene Chloride Resin, dan sebagainya. Yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Poli Etilen yang tampak bening, dan Poli Propilen yang lebih lembut dan agak tebal. Poli Vinil Chlorida (PVC) biasanya dipakai untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan transparan. Jenis-jenis plastik ini memiliki tingkat bahaya berbeda-beda tergantung dari material plastik, jenis makanan yang dibungkus, lama kontak antara makanan dengan plastik, serta suhu makanan atau ruang penyimpan. Plastik tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan-bahan pembentuk plastik).

Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, Poli Stiren dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan Poli Vynil Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.

Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam kemasan yang terpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas.

Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas. Pilih makanan yang dikukus dengan dibungkus daun, bukan plastik seperti lemper, lontong kue lupis dan sejenisnya. Bahan makanan yang mengandung lemak dan asam juga memicu perpindahan monomer. Sayur bersantan, susu, buah-buahan yang mengandung asam organik, sebaiknya tidak dibungkus plastik. Memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin. Plastik ini boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas. Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus , usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah ke makanan. Styrofoam Ia masih tergolong “keluarga” plastik karena terbuat dari Poli Stiren.

Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik. Dari hasil survei di AS th. 1986, 100 persen jaringan lemak orang Amerika mengandung stiren yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun berikut, kandungan stiren sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75 persen ASI mengalami kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi ibu yang menggunakan wadah styrofoam. Pada ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta. Dampak jangka panjang dari menumpuknya stiren di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia.

Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian stiren juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi stiren juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi. Padahal, salah satu kelebihan styrofoam yang banyak diambil manfaatnya adalah kemampuannya menahan panas. Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji menggunakan wadah ini. Begitu pula produk-produk makanan instan, mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat dari styrofoam. Mie instan, bubur ayam instan misalnya. Stiren, bahan dasar styrofoam bersifat larut l;emak dan alkohol. Berarti wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yang mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim.

Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum `memasukkan dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan restoran yang menggunakan wadah ini, sebaiknya dihindari demi kesehatan kita dan keluarga kita. Kertas

Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus telah meluas di masyarakat. Umumnya kertas yang digunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Mulai dari untuk membungkus sayuran, ikan kering, bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal, bila bagian kertas yang bertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan. Tinta mengandung unsur dasar timbal atau timah hitam yang beracun. Unsur ini sama dengan yang terdapat pada polutan dari kendaraan bermotor. Dalam tubuh, timbal akan disimpan dan terakumulasi. Akumulasi timbal akan memicu munculnya gangguan saraf dan kanker.

Pada wanita hamil, timbal dapat mengakibatkan cacat bawaan pada janin dan merusak otak sehingga kecerdasan anak rendah. Pada laki-laki dewasa, timbal menurunkan kualitas sperma sehingga mempersulit punya keturunan. Dan pada anak-anak, timbal mengakibatkan penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan. Penggunaan kertas yang berwarna putih juga berbahaya bagi tubuh. Kertas jenis ini diputihkan dengan penambahan chlor, suatu unsur yang dapat menimbulkan kanker.

Contoh yang menggunakan kertas ini adalah teh celup dan tissue. Itulah bahan-bahan pembungkus dan wadah makanan yang berbahaya. Dengan kondisi masih rendahnya kesadaran masyarakat, maka selain pensosialisasian masalah, kita juga mulai harus meningkatkan kehati-hatian. Penggunaan bahan-bahan yang aman seperti daun pisang, alumunium foil, atau wadah tahan panas selayaknya kita jadikan alternatif. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati ?

Sumber: Jurnal Halal LP POM MUI

Menanti Kesadaran Halal Umat

Mengonsumsi makanan halal dan baik merupakan hal yang tak bisa ditawar oleh seorang Muslim, kecuali dalam keadaan darurat. Islam memandu umatnya untuk hanya mengomsumsi yang halal dan baik. Meski dalam kenyataannya, banyak umat Islam mengabaikan hal ini.

Mereka jarang bersikap kritis pada makanan yang mereka konsumsi. Padahal, kata Auditor LPPOM MUI, Anton Apriyantono, makanan memberikan pengaruh dalam perilaku keseharian seorang Muslim. Secara spiritual pun berpengaruh. Ia menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa terkabulnya doa bergantung pula pada makanan.

Jika makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan halal, Allah akan mengabulkan doa seorang hamba. ”Bukankah Allah adalah Mahabersih dan tentunya hanya menerima mereka yang bersih pula, yaitu mereka yang mengonsumsi makanan halal dan baik saja,” katanya di Jakarta, pekan lalu.

Sekali lagi, cermati produk
Ia menyarankan agar umat Islam disarankan untuk sangat berhati-hati dengan makanan yang mereka konsumsi. Satu hal sepele tapi penting, katanya, adalah bersikap cermat dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Untuk produk kemasan, misalnya, perhatikan labelnya.

Lihatlah apakah dalam label itu terdapat nomor pendaftaran produk tersebut. Menurut Anton, pada setiap kemasan sebuah produk akan terdapat nomor pendaftaran baik pada Departemen Kesehatan maupun Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang mengindikasikan bahwa produk tersebut sehat untuk dikonsumsi.

Untuk produk dalam negeri nomor pendaftaran diawali dengan huruf MD. Sedangkan produk luar negeri tertera huruf ML yang disertai serangkaian nomor. Apabila tak ada nomor pendaftaran pada kemasan, dapat disimpulkan bahwa itu merupakan produk ilegal. Kini banyak produk yang merupakan produk ilegal.

Selain nomor pendaftaran, jelas Anton, perhatikan pula label halal pada kemasan produk tersebut. Jika tidak ada lebih baik tak mengonsumsinya. Ini lebih aman daripada kita was-was apakah produk itu berstatus halal atau tidak. Telusuri pula produk mana saja yang telah mendapatkan sertifikat halal dari LP POM.

Demikian pula dengan daging. Ia menyatakan bahwa banyak daging yang rentan kehalalannya. Ini terkait dengan cara penyembelihan hewan penghasil daging tersebut. Di pasar, banyak pedagang yang menjual ayam, misalnya, yang tak jarang menyembelihnya serampangan saja. Para pedagang menyembelih ayam secara tak sempurna.

Urat leher ayam belum putus, ayam pun belum menemui kematian tetapi mereka telah menaruhnya ke dalam bejana berisi air mendidih. Bila memungkinkan lacak pula rumah pemotongannya. Agar semakin yakin atas kehalalan daging yang dikonsumsi. Menurutnya, ada beberapa rumah pemotongan yang telah bersertifikat halal diantaranya Charoen Phokpan dan Five Star. Ketelitian pada daging juga mestinya berlaku ketika berbelanja daging di supermarket. Konsumen muslim, kata Anton, mestinya selalu bertanya apakah daging itu bersertifikat halal.

Namun ia pun mengingatkan. Meski telah jelas kehalalan daging tersebut, lihat pula apakah daging itu dideretkan dengan daging yang haram. Daging babi misalnya. Jika demikian adanya, Anton menyarankan untuk tak membeli daging tersebut. Bisa saja peralatan untuk memotong, menimbang atau peralatan lainnya tercampur.

”Kita mestinya yakin benar akan kehalalan produk yang akan kita konsumsi. Makanya hal ini harus selalu ditanyakan kepada pihak produsen atau pedagang. Ini merupakan hak konsumen untuk mengetahui secara detail mengenai barang yang akan dibeli. Umat islam harus kritis mengenai hal ini,” tandasnya.

Namun dalam kenyataannya, tambah Anton, banyak umat islam yang mengabaikannya. Ada dua kemungkinan yang menyebabkannya. Pertama, pengetahuan umat islam yang minim akan produk halal. Penyebab kedua, adalah bahwa umat islam tak memedulikan apa yang mereka konsumsi. Penyadaran akan produk halal memang harus terus digalakkan.

Ustadz Muhammad Thamrin juga menyatakan akan pentingnya mengonsumsi produk halal dan baik. Ia menyatakan bahwa umat islam yang mengabaikan kehalalan produk yang mereka konsumsi berarti mengabaikan seruan Rasulullah Muhammad. Padahal Muhammad telah memerintahkan umat Islam untuk mengonsumsi produk yang halal dan baik.

”Bukankah kita diperintahkan untuk mendengar perintah dan mentaatinya. Demikian pula dengan perintah mengonsumsi produk halal ini. Semestinya umat islam juga memberikan perhatian penuh atas produk yang mereka konsumsi. Jangan sampai produk haram masuk ke dalam tubuh mereka,” katanya.

Sebab apa yang masuk ke dalam tubuh akan memberikan pengaruh. Jika produk haram yang masuk ke dalam tubuh maka pengaruhnya pun buruk. Bahkan ia menengarai bahwa banyaknya anak-anak orang muslim yang tak menaati aturan agamanya, akibat makanan yang mereka konsumsi. Orang tua mereka telah memasukan barang haram ke dalam tubuh anak-anak tersebut.

sumber: http://www.halalguide.info/2009/08/31/menanti-kesadaran-halal-umat/

Kamis, 13 Mei 2010

Membuang Kebodohan Dengan NLP

Setiap manusia pada dasarnya dikaruniai potensi kecerdasan agar dirinya sebagai individu bisa beradaptasi dengan lingkungan. Setiap manusia memiliki keunikan dan kecerdasan yang berbeda yang siap dikembangkan untuk disumbangkan dalam bentuk keterampilan kepada kehidupan. Perbedaan keunikan inilah yang menjadikan manusia saling belajar dan memberi keterampilan agar kehidupan ini menjadi dinamis dan bermakna. Kelebihan pada satu orang tidak dimiliki oleh orang lainnya dan sebaliknya.

Hanya saja, potensi kecerdasan atau keunikan itu sering kali tidak teraktualisasikan seiring dengan waktu dan tempat di mana seseorang itu tinggal. Lingkungan keluarga dan sekolah dengan metode pembelajarannya justru sering sekali ”membenamkan” potensi seorang siswa. Tidak jarang, pembelajaran di sekolah baik secara langsung atau tidak, menghasilkan persepsi keliru pada siswa: ”Akulah siswa yang pantas gagal!” atau ”Akulah anak paling bodoh di kelas ini!”

Ketika sebuah pembelajaran menghasilkan persepsi keliru seperti itu yang kemudian siswa meyakininya bahwa dirinya adalah ”anak bodoh” selama persepsi itu belum dirubah, selama itu pula potensi unik siswa sulit untuk berkembang. Persepsi keliru itu tersimpan di pikiran bawah sadar (batin) si anak yang menjadi operating system perilaku dirinya: begitu menghadapi soal yang sedikit sulit saja, ia segera menggunakan operating system-nya ”bahwa aku anak bodoh yang tidak mungkin mengerjakan soal seperti itu”.

Bagaimana merubah persepsi keliru itu? NLP atau neuro linguistic programming adalah cabang ilmu psikologi kognitif yang mempelajari dan memberikan sejumlah alat untuk merubah persepsi keliru. Dengan pendekatan NLP seseorang dapat merubah pola pikir keliru menuju pola pikir yang benar, dan memberdayakan diri. NLP memberikan sejumlah tools, agar persepsi keliru tentang dirinya dan tentang orang lain benar-benar memberayakan, bukan menjerumuskan.

Map is not Territory

Dalam NLP dikenal sebuah asumsi yang popular, map is not territory, peta bukanlah wilayah itu sendiri atau persepsi bukanlah realitas itu sendiri. Perssepsi adalah apa yang kita bayangkan dan rasakan dalam benak kita. Apa yang kita bayangkan berbeda dengan objek itu sendiri. Apa yang kita bayangkan atau persepsikan tergantung pada pengalaman subjektif kita. Contoh kata ”Gagal”, masing-masing orang berbeda menafsirkannya, ada yang menafsirkannya berarti ”menyerah dan tidak ada upaya lagi” namun bagi orang yang bermental sukses berarti, ”melipatkangandakan komitmen untuk bangkit lagi”.

Map is not territory, berarti juga segala sesuatu di luar pikiran (objek) itu netral adanya, hanya pikiran yang membuat makna. Contoh, apabila suatu pagi yang cerah Anda mendapatkan seonggok tas kresek (tas plastik) di halaman depan rumah. Anda penasaran ingin tahu apa isinya. Setelah dibuka, ternyata kotoran sapi! Dan berlebel ”Kiriman tetangga sebelah”. Anda marah? Boleh jadi apalagi tetangga itu sudah dikenal reseh dan suka usil. Namun demikian, boleh jadi tidak marah alih-alih mengucapkan ”Alhamdulillah” kotoran itu untuk dijadikan pupuk bunga di halaman belakang. Yang ingin saya katakan bahwa barangnya atau objeknya sama yakni tas kresek berisi kotoran sapi, namun marah atau tidaknya sangat tergantung pada pikiran kita dalam memberikan makna atau persepsi pada objek itu.

Map is not territory dapat diartikan pula “peta menentukan wilayah”. Pengertian ini berbeda dengan pengertian di bidang geografi yang berarti “wilayah menentukan peta”. Peta dalam pengertian NLP berarti “apa yang dipersepsikan” menentukan “tindakan”. Marah atau tidaknya seserorang terhadap tas kresek tadi tegantung apa yang dipersepsikan. Bila Anda menganggap sebagai bentuk ”penghinaan” Anda bisa marah namun bila menganggap sebagai ”pupuk”, Anda akan bersyukur.

Intinya manusia bertindak berdasarkan persepsinya, berdasarkan apa yang ada dalam benaknya, bukan bertindak karena objek-itu sendiri. Sebab, sekali lagi, objeknya tetap tetapi setiap orang punya persepsi yang berbeda terhadap objek itu.

Anatomi Pembodohan

Kenapa seorang siswa menjadi bodoh? Secara genetik mungkin iya. Namun, menurut hemat saya, lebih banyak karena persepsi yang keliru atau persepsi negatif si anak terhadap dirinya sendiri. Tidak sedikit siswa yang secara potensial itu cerdas tetapi karena menganggap (persepsi) yang keliru menjadikan dirinya terperangkap dalam pembodohan diri. Bila seorang anak terlanjur menganggap dirinya bahwa ”anak kampung”, ”anak gembel”, ”anak cacad”, ”anak tidak bakat”, bodoh”, dan persepsi negatif lainnya, maka selama itu pula ia tidak bisa berkembang karena terbelenggu oleh persepsinya sendiri.

Dari mana persepsi keliru itu terjadi? Dari lingkungan, sekolah, keluarga, dan orang-orang sekitar seperti guru, orang tua dan teman sebaya yang secara intens mempengaruhinya. Lingkungan adalah pembentuk atau programer bagi diri siswa yang paling berpengaruh. Misal, suatu ketika seorang siswa tidak dapat mengerjakan PR (pekerjaan rumah) lantas dimarahi sambil diamaki-maki ”Kamu bodoh!” oleh orang tua, saudara dan teman kelasnya, maka di situlah mulai bersemi dalam benaknya, ”bahwa aku anak bodoh!”

Kata ”bodoh” itu sendiri netral, dan hanya lima huruf. Kata itu tidak bernyawa dan apa adanya. Namun, bila kata itu diucapkan dengan intonasi tepat (seperti mamaki), dalam intensitas emosional yang tinggi dan ditujukan pada seorang anak, maka si anak mulai membuat makna, mulai membuat persepsi bahwa dirinya adalah ”anak bodoh”. Makian yang intens atau terlalu sering ditambah pengalaman seorang anak yang memang sering salah dalam mengerjakan PR-nya, maka di situlah muncul perubahan status ”persepsi bodoh” menjadi ”keyakinan bahwa dirinya benar-benar bodoh”.

Apabila persepsi sudah menjadi keyakinan (belief system) di batin siswa maka keyakinan inilah yang akan menjerumuskan hidupnya. Kalau seorang anak sudah terlanjur yakin bahwa dirinya adalah anak bodoh, sudah memvonis diri bahwa dirinya tidak pantas sukses, ia menjadi anak pesimis atau anak yang tidak percaya bahwa dirinya secara potensial itu cerdas. Contoh, bila ada seorang siswa yang sudah merasa bahwa dirinya tidak bakat Bahasa Inggris, meski diberi kesempatan kursus gratis pun ia akan menolak!

Di dalam diri siswa, dalam pikiran bawah sadar siswa banyak bersemayam keyakinan negatif, penghambat kemajuan belajar. Dalam pikiran bawah sadar siswa atau batin siswa banyak file negatif atau virus-virus yang merusak dan menghambat berkembangnya potensi diri. Dimulai dari merasa bodoh, merasa tidak percaya diri, pesimis, hingga muncul rasa takut untuk mencoba dan takut bertanya kepada guru. Apabila virus-virus itu tetap dibiarkan, maka pembodohan diri sedang berlangsung.

Bangun Prestasi Kecil Harian

Sekali lagi saya tekankan bahwa segala sesuatu (objek) di luar pikiran itu netral adanya, hanya pikiran –karena pengalaman subjektifnya—yang membuat persepsi. Seseorang menjadi marah atau malah berterimah kasih karena tas kresek berisi kotoran, karena pengalaman subjektifnya. Seorang siswa merasa bodoh juga karena pengalaman subjektifnya yakni sering dimaki bodoh dan punya banyak pengalaman mengerjakan PR tidak bisa misalnya.

Lebih dari itu sesungguhnya kenapa seseorang sampai terperangkap dalam persepsi negatif? Karena ia memaknainya secara negatif. Ia membingkai pengalamannya secara negatif atau keliru. Kalau segala sesuatunya (objek) adalah netral maka sesungguhnya seseorang memiliki pilihan: membingkai persepsinya secara negatif atau positif. Apabila seorang siswa setiap saat mendapatkan pengalaman buruk (dimaki bodoh pada saat tidak dapat mengerjakan PR) membingkainya secara negatif maka yang muncul kemudian adalah keyakinan negatif (dirinya bodoh). Sebaliknya apabila ia membingkainya secara positif, maka beda hasilnya yakni makian bodoh justru diartikan sebagai pemicu untuk membuktikan bahwa dirinya adalah anak pintar. Ia bebas memilih, bingkai mana yang hendak digunakan.

Meskipun demikian, adalah tidak mudah untuk memilih bagi seorang anak. Ia cenderung membingkai pengalamanya secara negatif saat dimaki-maki. Sebab, pada umumnya anak-anak khususnya pada saat masih SD, ketika dimaki secara intens bahwa ia bodoh, ia langsung mempercayainya. Pikiran kritisnya belum mampu menolak bahwa misalnya, ia memang bodoh di bidang matematika, tetapi ia cerdas di bidang bahasa, seni atau yang lain. Sepanjang tidak ada orang lain yang memberi tahu bahwa ia sesungguhnya anak cerdas di bidang seni dan bahasa, atau ia sesungguhnya bisa matematika asal tekun dan sabar, maka persepsi negatif tetap terbingkai menjadi keyakinan keliru. Singkatnya, guru hendaknya membantu membingkai ulang agar siswa tidak terjerumus dalam persepsi keliru/keyakinan keliru.

Caranya, bangun keyakinan baru bahwa sesungguhnya ia pun cerdas. Bangun pemahaman baru tentang dirinya bahwa ia bukan anak bodoh agar mulai mucul rasa percaya diri. Upayakan ia memiliki prestasi kecil harian, seperti mampu mngerjakan PR, mampu tepat waktu, mampu bertanya, mampu menulis karangan kecil, mampu membuat kerajinan, mampu memenangkan lomba-lomba tingkat kelas dan lain-lain. Demikian juga orang tuanya, harus memberikan kesempatan padanya untuk berpresatasi kecil di rumah.

Semakin sering seorang anak mampu menciptakan prestasi harian, rasa percaya dirinya naik. Persepsi tentang dirinya bodoh lambat laun mulai terkikis. Sampai akhirnya ia memiliki persepsi yang benar atas dirinya seperti; ”Kalau orang lain bisa aku juga bisa”, ”Aku bisa matematika asal tekun”, ”Aku agak lambat dalam memahami matematika tetapi cepat dalam pelajaran bahasa” dan lain-lain. Pada akhirnya, ia akan berjanji pada dirinya, ”Aku ingin membuktikan pada dunia bahwa aku bisa!”. Optimisme yang dibangun berdasarkan prestasi harian akan mampu menghancurkan virus-virus penghambat kemajuan anak.

Melalui prestasi harian itu, seorang anak akan memiliki keyakinan positif terhadap dirinya. Bila keyakinan positif muncul, ia akn mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih baik (usahanya akan naik); bila naik usahanya maka naik pula hasilnya, bila naik maka keyakinannya pun naik dan seterusnya. Sampai di sini saya ingin mengatakan bahwa keyakinan positif akan menghancurkan segala bentuk virus pembodohan diri.

Bangkitlah anak Indonesia, Anda bisa!

sumber: http://portalnlp.com/?p=347