Label

Jumat, 30 April 2010

Membaca (1)

Membaca Al-Qur'an itu nikmat. Namun, tidak semua orang dapat merasakan kenikmatan itu.
Sebab, ternyata membaca saja tidak cukup, dibutuhkan penghayatan dan pemahaman untuk bisa merasakan kenikmatan itu.

Orang yang membaca tapi tidak paham seperti rakyat yg menerima surat dari raja. Dalam surat itu raja menitahkan rakyatnya untuk tidak melintasi satu jalan, karena musuh selalu mengintai mereka. Merekapun menghormati surat itu, bahkan menjunjungnya di atas kepala. Sayangnya, mereka malah menempuh jalan tersebut hingga musuh membunuh mereka.

Waspadalah..waspadalah...jangan sampai menjadi orang yang meninggalkan Al Qur'an sebagai bekal, perisai dari syeitan, dan bacaan di berbagai kesempatan.

Demikianlah Al Qur'an, amat sayang apabila kita lewatkan begitu saja dalam hidup kita.

Mudah2an kita termasuk orang yg menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup di dunia dan penyelamat kita di akhirat kelak.

Semoga..

Wassalam

N.B:
Jika belum bisa baca Al Qur'an, belajarlah. Jangan malu untuk belajar, walau umur sudah tidak muda lagi. Sungguh banyak buku yang sudah kita baca sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ribuan surat kabar dan majalah kita lahap semuanya. Adakah rasa malu di hati kita sebagai hamba Alloh, kita belum bisa membaca Kitab yang diturunkannya untuk kita sebagai hujjah, hukum dan panduan kita dalam menjalani hidup? Belajarlah..sebelum ajal menjemput kita

Membaca (2)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)




Menurut Ibni Katsir: Surat Al Anfal merupakan surat Madaniyah, ayatnya berjumlah 76, dan jumlah katanya ada 1031 kata dan hurufnya berjumlah 5294 huruf..



Pada ayat sebelumnya ayat 1, adalah mengenai pertanyaan para sahabat mengenai rampasan perang. Terjadi perdebatan antara para pemuda yang maju ke medan tempur dan para orang yang tua dibelakang memegang Panji panji, lalu yang tua berkata, "Beri kami sebagian sebab kami adalah tulung punggung kalian. Jika seandainya terjadi sesuatu pada kalian maka kalian akan mundur kepada kami. Selanjutnya mereka bertengkar, dan lalu mereka menghadap Nabi Sholallohu 'alayhi wa sallam, maka turunlah ayat
"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang...
al ayah


Dan Rosulullah diperintahkan Alloh untuk mengatakan bahwa semua rampasan perang itu dibawah ketentuan Alloh dan RosulNYA, maka bertakwalah pada Alloh dan perbaiki hubungan diantara sesamamu dan taatlah pada Alloh dan Rosul NYA, jika kamu orang yang beriman.(QS.8.1)


Nah pada ayat selanjutnya, lebih dijelaskan lagi seperti apa orang yang beriman itu. Yang menarik adalah begitu besarnya Alloh Subhana Wa Ta'ala dimata orang beriman, sehingga ketika disebut namaNYA saja (dengan menyebutkan sifat sifat yang mengagungkan dan memuliakan NYA) maka hati orang iman akan bergetar.



Pantaslah atau seharusnyalah ketika kita bertakbir dalam memulai sholat: Allohu Akbar..(Alloh Maha Besar), maka putuslah hubungan hati dan jazad kita dengan keduniaan. Semua kita pasrahkan pada Alloh semata, sholat kita, hidup dan mati kita, semuanya lilLahi Robbil 'alamin. Tidak ada yang menyamaiNYA dan tidak berhak kita mensekutukanNYA dengan apapun. Kita singkirkan sejenak pangkat, kedudukan, status dan sebagainya yang membuat kita dihargai, dipuja, dihormati orang lain. Kita menghadap Sang Pencipta, memohon ampunan padaNYA, memohon jalan yang lurus yang merupakan jalan orang orang yang dicintainya, orang orang yang DIA beri nikmat dan bukan jalannya orang orang yang sesat.

Sebegitu besar dan agung namaNYA, sehingga ketika disebut namaNYA, bergetarlah hati orang beriman.

Dan ketika dibacakan ayatnya maka bertambahlah imannya.


Jadi kalau kita ingin digolongkan sebagaiorang beriman, maka bacalah Al Qur'an, dan rasakanlah dalam hati sanubari kita, adakah bertambah keimanan ini? Adakah keinginan selanjutnya untuk mengamalkan perintahNYA dan keinginan menjauhilaranganN YA?

Jika jawabannya Ya...maka itulah keimanan, seperti yang dikatakan dalam ayat diatas.


Setelah kita membaca banyak berita di surat kabar pada hari ini, membaca buku buku untuk referensi mengajar, rujukan dalam keputusan bisnis dan atau membaca untuk santai saja, luangkanlah sedikit untuk membaca ayat ayat Al Qur'an, mungkin sebagai penutup menjelang istirahat menuju peraduan.


Mudah mudahan ayat ini sedikit menambah keimanan dan ketakwaan kita, sehingga bisa kita terapkan esok hari kedalam tindakan kita sehari hari.

Semoga..

Senin, 26 April 2010

Manfaat Sholat Malam

Jika kita terbangun di keheningan malam, sunyi, sepi, sendiri tak ada orang menemani, tak ada teman disisi, hanya kita seorang yang terjaga. Kita teruskan dengan berwudlu, menggelar sajadah, dan menunaikan sholat tahajjud. Seakan kita dalam keadaan tenang layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi. Khusyuk tidak diganggu kebisingan, hiruk pikuk dunia yang kita alami dari pagi hingga sore hari, di kantor, di pasar, di mall, di kampus dimana saja seharian demi mengais rizqi Alloh, mencari Ilmu yang bermanfaat.

Hanya ada kita dan Rabb, Sang Pencipta.
Bukankah sholat malam juga merupakan obat hati, tombo ati seperti lagu ciptaan Sunan Bonang, salah satu dari Wali dari wali Songo.
...Kaping Pindo sholat wengi lakono....Yang kedua sholat malam lakukanlah...
Pada saat itulah, seorang hamba begitu dekat dengan Penciptanya, hatinya begitu tenang, sebab dia berjumpa dengan Dzat yang sangat dicintainya, melebihi apapun yang dia miliki di dunia. Perasaannya begitu damai, karena yakin dihadapannya ada Alloh Azza waJalla, yang bersabda: Anaa Malik..Anaa Malik 'ud unii astajiblakum...Aku adalah Raja ..Aku adalah Raja..mintalah padaKU maka akan Ku kabulkan..

Disisihkan waktu tidurnya, menjauhkan lambung dari tempat peraduannya, untuk bertemu, menghadap Penciptanya.
Walaupun banyak pendapat orang bahwa tidur yang baik adalah 8 jam sehari, yang mengistirahatkan tubuh dan memberikan energi tambahan untuk aktivitas esok harinya

Namun ada sebuah pendapat lain dari seorang ilmuwan bernama ray meddis. ia menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. seseorang akan mengalami deep sleep sekitar tiga hingga empat jam saja. Nah... seorang muslim dapat memanfaatkan sisa masa tidur itu untuk memadu cinta dengan Tuhannya, melalui shalat tahajud.

“Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah alquran dengan perlahan-lahan.” (al-muzammil [73]: 2-4).

Ada lagi pendapat seorang ilmuwan dan pebisnis muslim asal mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa ayat tersebut memberikan panduan bagi muslim untuk mencapai keseimbangan. di sisa masa istirahatnya, tiga jam masa efektif tidur malam, maka ia pun semestinya bangun untuk menjalankan aktivitas yang bermanfaat. bangun di waktu malam adalah salah satu aktivitas yang memberikan manfaat.

Iamenambahkan, pada saat itu energi didalam tubuh seseorang berada dalam kondisi rendah. selain itu, medan refleksi juga begitu bersih. Dalam tradisi india, kondisi seperti itu disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. Dampaknya, akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif.

Menurut Haeri, pada saat seseorang menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. ini akan menspiritualkan intelektual sesorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada allah serta menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya.

Tak hanya itu, pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. hormon inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah besar pula.

Tahukah anda? tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. Namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20-30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia misalnya pestisida, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dan sakit kepala. pada titik tertentu bahkan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

Kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam, dan soda tertentu juga akan menyebabkan kemampuan antioksidan melatonin berkurang. keadaan ini akan membahayakan sel-sel tubuh saat seseorang tengah terjaga. Dengan demikian, kata Haeri, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu.

Tahajud tidak hanya memberikan pengaruh pada posisi melatonin. Gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. Setidaknya, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya. Ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. Pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai jumlah rakaat shalat tahajud yang kita lakukan.

setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama ruku’ dan sujud. Selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari kaki, dan lainnya. tentu peredaran oksigen akan menjadi lancar.

Karena itu, marilah kita tunaikan sholat tahajjud, yang merupakan sholat sunah yang paling utama, tentunya setelah sholat wajib. Mudah mudahan kita termasuk hamba yang beruntung, yang mendapat petunjuk dan hidayahNYA.

Aamiin

Sabtu, 24 April 2010

Resensi: Resep Mudah Tetap Sehat

Buku : Resep Mudah Tetap Sehat

oleh : dr. Handrawan Nadesul

Hari ini, saya mengantar anak yang nomor 4 untuk mengikuti ujian masuk Universitas Padjadjaran di sebuah SMA Islam di kawasan Cijantung. Sambil menunggu anak mengikuti ujian, saya jalan jalan menuju Mall yang dekat dengan sekolah tempat anak saya ujian. Seperti biasa saya menuju toko kegemaran saya , ya..toko buku.
Sebetulnya tidak ada niat untuk membeli atau mencari buku tertentu, tapi hanya iseng saja sambil mengisi waktu menunggu si bontot ujian. Maka sampailah saya di deretan buku kesehatan. Di deretan buku kesehatan dan kedokteran ada buku yang menarik karangan dr. Handrawan Nadesul.
Sebelumnya saya sudah pernah membeli dan membaca dua buku sebelumnya karangan Pak Dokter ini, yaitu: Sehat Itu Murah dan Jurus Sehat Tanpa Ongkos. Saya termasuk penggemar Pak Dokter ini, sebab tulisannya disurat kabar maupun majalah sering tampil dengan bahasa sehari hari, yang mudah dicerna oleh kita yang tidak mempunyai latar belakang medis. Tulisannya mudah dicerna dan gaya bahasanya yang populer membantu kita memahami sesuatu hal yang sebenarnya rumit, tapi bisa difahami dengan mudah. Kali ini buku karangan dr. Handrawan Nadesul adalah " Resep Mudah Tetap Sehat"
Buku ini terdiri dari 357 halaman, 31 Bab dan dilengkapi dengan Indeks dan Daftar Pustaka.

Seperti kata Penulisnya buku ini merupakan kompilasi dari tulisan tulisan penulis di rubrik kesehatan. Maksud buku ini adalah untuk menambah wawasan dan membangun sikap realistis kita agar tidak jatuh sakit yang sebetulnya tidak perlu. Menurut Pak Dokter kita ini, lebih separuh penyakit yang menimpa diri kita sekarang dan nanti, bisa kita cegah kalau tahu caranya.

Bab dalam buku ini berdasarkan jenis penyakit dan topik penting yang rasanya wajib kita ketahui. Jadi membaca buku ini tidak harus berurutan dar bab 1 sampai dengan bab 31. Cukup kita baca Daftar Isi, dan cari penyakit apa yang ingin kita ketahui. Bukan hanya penyakit, tetap hal hal lain yang berkaitan dengan kesehatan dapat kita temui di buku ini. Misalnya Tentang Kolesterol Bab 2 halaman 13 atau kiat ingin tahu tentang vitamin, ada pada Bab 24:Apa Masih Perlu Minum Vitamin? halaman 263.
Bahkan pada Bab terakhir, Bab 31 ada Manajemen Stres.....nah ini hal yang sangat penting bagi kita yang sudah diatas lima puluhan.

Stres pada puncak karir yang sebentar lagi menurun sebab mau pensiun, atau sudah 50 tahun tapi belum mencapai puncak karir terbaiknya. Sebab hidup ini berjalan terus, dunia terus berputar, orang yang tidak mau dan tidak sadar akan perubahan akan habis tergilas roda kehidupan. Macam macam perubahan terjadi. mulai dari perubahan kecil sampai kepada perubahan yang besar, dan dampaknya stres juga mengikuti perubahan tersebut. Jadi ada stres yang skala kecil ada juga stres yang berskala besar. Seperti gempa bumi saja. Bagi kita yang dari kecil terbiasa dengan beban hidup yang berat, untuk kuliah harus juga banting tulang untuk mencari tambahan guna menutupi biaya kuliah, beli buku, bayar SPP, bayar biaya kos dan lain lain, mungkin beban berat seperti itu sudah biasa kita tanggung. Tapi bagi yang tidak terlatih menahan beban hidup dan perubahan yang begitu cepat, bisa berakibat fatal, bahkan sampai kematian.

Dijelaskan dengan gamblang dan mudah dicerna, bagian bagian mana saja ditubuh kita yang akan terkena dampak hantaman stressor ini dan tidak lupa diberikan resep untuk menangkalnya.

Diakhir buku Pak Dokter berujar:

Hidup begini pendek dan kematian begitu panjang. Kita hanya direpotkan oleh urusan hidup. Kita acap lupa dan lengah tidak mengisi dan mempersiapkan hidup untuk kematian yang lebih panjang dan abadi.
Tersedia banyak cara untuk merancang hidup, tapi sedikit tersedia cara untuk merancang kematian yang indah. Nikmatilah hidup dengan cara yang elok di mata orang, dan elok pula di mata Tuhan. Berniscayalah


Dokter Handrawan Nadesul adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Lulus ujian negara di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahu 1981

S. Mardjono

Kamis, 22 April 2010

Manfaat Mahkota Dewa

(Phaleria Macrocarpa)

Mengenal Mahkota Dewa

Termasuk famili Thymelaece. Batang utama bercabang-cabang setinggi 1,5-2,5m, daunnya tunggal berbentuk lonjong, berujung lancip. Buahnya bulat, warnanya merah tua jika matang. Tanaman dari Irian ini tumbuh subur pada ketinggian 10-1.200m dpl.

Khasiat dan Kandungan

Ekstrak daging buahnya berkhasiat sebagai antihistamin, antialergi, bersifat sitotoksik terhadap sel kanker rahim, bersifat hapatoprotektif. Juga menurunkan kadar gula darah, antioksidan, menurunkan kadar asam urat.

Alkaloid, senyawa organic berfungsi sebagai detoksifikasi, menetralisir racun-racun di dalam tubuh.

Saponin merupakan fitonutrien, sering disebut “deterjen alam”. Senyawa ini bersifat antibakteri dan antivirus. Juga meningkatkan system kekebalan tubuh, meningkatkan daya tahan, mengurangi kadar gula darah, mengurangi penggumpalan darah.

Flavonoid berindikasi antiperadangan dan mencegah pertumbuhan kanker. Polifenol berfungsi sebagai antihistamin. Zat lain adalah tannin, sterol, terpen.

Hasil Penelitian

Dra. Lucie Widowati dari Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional-Depertemen Kesehatan. “Saya meneliti mahkota dewa dari tahun 2003,”ujar Lucie. Hasilnya menunjukkan, biji mahkora dewa sangat toksik. Sementara buahnya tidak. Lucie juga menyimpulkan zat dalam buah mahkota dewa meliputi alkaloid, tanin, saponin,, flavonoid, polifenol.

Dalam abstraksi laporannya, Lucie menyebutkan buah mahkota dewa bersifat sitotoksik terhadap sel kanker rahim (sel HeLa) dan sel leukemia. Menurunkan kadar gula darah, menurunkan asam urat. Bersifat antioksidan sebagai scavenger radikal bebas. Juga menurunkan kadar asam urat.

Laporan itu juga mengungkapkan hasil penelitian Vivi Lisdayati dari Departemen Farmasi, Fakultas MIPA UI. “Riset Vivi menyebutkan kalau mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan kanker darah putih sebesar 50% pada larva udang.”

Sedangkan Sumastuti dari Fakultas Kedokteran UGM yang melakukan uji bioassay terhadap sel kanker rahim menarik kesimpulan awal. Ekstrak air buah mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan sel HeLa (sel kanker rahim) dengan Inhibitory Concentration (IC50) sebesar 196,74 mg/ml pada sel kanker orang.

Uji khasiat mahkota dewa sebagai penurun kadar gula darah, juga dilakukan Lucie. Ia menggunakan ekstrak etanol 70% buah mahkota dewa. Hasilnya, pada dosis 110mg/200g bb, kadar gula darah pada tikus bakal menurun.

Untuk melihat pengaruh mahkota dewa terhadap kadar asam urat, Lucie mencatat hasil penelitian Endah Hasturani dari Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma pada 2003. penelitian pada ayam jantan jenis lohman brown umur 2-4 bulan. Hasilnya, perasan daging mahkota dewa punya efek antihiperuresemia, dengan dosis tengah 13,16g/kg bb. Jadi dengan dosis diatas kadar asam urat sudah bisa turun.

Untuk menganalisa khasiat mahkota dewa mengatasi eksem, gatal-gatal, penyakit kulit karena alergi, Sumastuti melakukan uji efek antihistamin dengan ekstrak air daun dan buah mahkota dewa. Hewan percobaan dipilih marmot. Hasilnya pemberian 0,5 ml ekstrak dengan konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50; dan 100% dapat mengurangi kontraksi ileum marmot akibat histamine.

Sumber : Majalah Flona Edisi 27/II-mei 2005 hal 13,14 dan 23

http://safuan.wordpress.com/2008/03/24/manfaat-mahkota-dewa/

Sabtu, 17 April 2010

Benar dan Jujur belum Cukup...

Mendengar berita hari ini di TV, ada demonstrasi para santri yang mendemo DirJen Pajak untuk memohon ma'af atas ucapannya, bahwa petugas pajak (baca: Gayus) juga mengalami naik turunnya keimanan, sama seperti Ulama, yang bisa naik dan turun keimanannya.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan ucapan dari Pak DirJen Pajak itu. Bukankah Ulama juga manusia..sama seperti rocker, blogger,gamer dan lain lain...juga manusia.
Dan manusia biasa juga mengalami naik dan turunnya keimanan, seperti yang dikatakan Rasulullah sholallohu 'alayhi wa sallam. Beliau bersabda "Al imanu yazid wa yankus". Iman itu naik dan turun.
Layaknya keimanan manusia yang naik dan turun, pada semangat pun dapat terjadi hal tersebut. Memang, semangat dan keimanan memiliki suatu hubungan yang dekat. Seseorang yang sedang turun keimanannya pasti akan turun pula semangatnya untuk beribadah, belajar, ataupun segala macam perbuatan yang baik dan bermanfaat. Begitu pula sebaliknya.

Ketika godaan syaithon datang, dan keimanan sedang turun, maka terjadilah perbuatan tercela. Kita tidak usah protes terhadan syaithon, iblis dan kawan kawannya. Sebab itu sudah menjadi tugas syaithon, iblis dan kawan kawannya untuk menggoda manusia.

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٲطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ لَأَتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَـٰنِہِمۡ وَعَن شَمَآٮِٕلِهِمۡ‌ۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَـٰكِرِينَ

(Iblis menjawab): Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari Jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.
(S. Al A'rof ayat 16-17)

Jadi semua manusia termasuk kyai, ulama, santri, rocker, gamer dan lain lain, pasti tidak luput dari godaan syaithon dan iblis.

Cuma mungkin, Pak Dirjen harusnya lebih bijak dalam mengatakannya atau menyampaika maksudnya. Coba kalau beliau berkata: "Petugas pajak (baca; Gayus) seperti manusia lainnya, keimanannya bisa naik dan turun"
Jadi tidak menyebut ulama dalam satu kalimat dengan Gayus, insyaAlloh, para santri tidak tersinggung.

Itulah yang mau saya sampaikan, benar dan jujur ternyata tidak cukup. Harus ditambah bijaksana. Itu pula yang sering kita lihat kelakuan para pemimpin, calon pemimpin, tokoh masyarakat yang sering tampil dalam berita sehari hari. Kurang bijaksana dalam memilih kata maupun tindakannya. Tapi begitulah resiko kalau kita sudah menjadi tokoh yang dilihat orang banyak perbuatannya.

Enakan jadi Blogger saja, kalau salah, tinggal minta ma'af dan dikoreksi saja. Lagian siapa yang perduli sama blogger...sebab... blogger juga manusia (sambil nyanyi dengan gaya Candil)

S. Mardjono

Jumat, 16 April 2010

Alangkah Lucunya (Presiden) kita (Jilid II)

Ahli waris Habib Hassan bin Muhammad Al Haddad bertemu dan berdialog dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai salat Jumat di Wisma Negara.
Habib Ali, bersama Habib Salim bertemu secara informal dengan Kepala Negara didampingi Mensesneg Sudi Silalahi dan ulama Habib Munzier Al Musawwa.

"Saya prihatin dengan peristiwa itu. Seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi bila ada komunikasi yang baik," kata Presiden.

Sehari sebelumnya diadakan mediasi antara ahli waris, Pemda DKI dan PT. Pelindo II yang menghasilkan sembilan kesepakatan.
Ke-9 kesepakatan itu adalah, makam Mbah Priok tidak akan dipindah. Kemudian pendopo majelis taklim dan gapura makam akan digeser posisinya agar tidak mengganggu aktivitas pelabuhan serta terminal yang berfungsi sesuai standar internasional. “Terkait posisi gapura dan pendopo majelis akan digeser ke sebelah mana, kita serahkan kepada ahli waris dan PT Pelindo serta para tokoh agama,” ujarnya.

Kesepakatan berikutnya adalah, sisa tanah yang tengah dalam sengketa akan terus dibicarakan oleh kedua belah pihak hingga ditemukan solusinya. Untuk peristiwa bentrokan massal antara Satpol PP dan warga akan diserahkan pada hukum yang berlaku. Kesepakatan berikutnya adalah perlunya mengajak serta tokoh mayarakat dan tokoh agama untuk penyelesaian masalah. Kemudian PT Pelindo menyetujui untuk membuat MoU (perjanjian) hasil pembicaraan lebih lanjut dengan ahli waris.

Berikutnya, secara administrasi PT Pelindo II akan berkomunikasi dengan pihak ahli waris melalui tembusan Komisi A DPRD DKI Jakarta. Kemudian, PT Pelindo dan Pemprov DKI akan memperhatikan orang-orang yang menjadi korban dalam bentrokan pada Rabu (14/4) kemarin. Yakni biaya berobat di rumah sakit dan juga berobat jalan para korban bentrokan akan ditanggung oleh Pemprov DKI. Kesepakatan terakhir atau kesembilan adalah, pembicaraan antara ahli waris dan Pelindo akan dilangsungkan di Komnas HAM pada Jumat (16/5).

Sedangkan kerugian terjadi di kedua belah pihak, yang dapat kita baca di harian ibukota, kerugian yang dialami Pemrov DKI Jakarta, Jumat (16/4/2010), berasal dar beberapa sarana milik Satpol PP yang dibakar sebagai berikut:

1. Truk : 24 unit x Rp 295.800.000= Rp 7.099.200.000
2. Operasional Panther : 43 unit x Rp 225.500.000 = Rp 9.696.500.000
3. Operasional KIA Pick Up : 14 unit x Rp 727.500.000 = Rp 1.785.000.000
4. Kendaraan Komando : 2 unit x 226.725.454 = Rp 453.450.000
5. Kijang : 2 unit x Rp 120.000.000 = Rp 240.000.000
6. Sepeda Motor Trail : 1 unit x 24. Rp 499.000 = Rp 24.499.000
7. Helm Antihuruhara : 575 x Rp 500.000 = Rp 287.500.000
8. Tameng Antihuruhara : 575 x Rp 979.000 = Rp 562.925.000
9. Rompi Pulset : 575 buah x Rp 4.888. 000 = Rp 2.806.000.000

Total Rp 22. 955.074.000
(sumber: detik.com)

Selain kerugian material korban manusia juga berjatuhan di kedua belah pihak yang menewaskan tiga anggota Satpol PP dan ratusan orang luka luka dari kedua pihak.

Apakah tidak sebaiknya Presiden memanggil terlebih dahulu bawahannya, Gubernir DKI, Menteri Dalam Negri, Kapolri dan mungkin ditambah Menko Polhukkam, dan berkomunikasi denga mereka untuk menjelaskan kejadian Tanjung Priok secara lengkap dan baru berbicara, tatap muka dengan ahli waris Mbah Priok?
Ataukah Presiden punya masalah komunikasi dengan jajaran dibawahnya?

Tapi itulah Presiden kita, punya gaya dan cara tersendiri untuk tampil di panggung berita.
ahh...Alangkah Lucunya (Presiden) kita.

S. Mardjono




Alangkah Lucunya (Presiden) kita (Jilid I)

“Sebagai Presiden, saya ini bapaknya orang banyak, dan bapaknya semua dunia usaha. Kalau nanti saya di Jakarta mendukung kampanye gerakan anti rokok karena banyak orang yang merokok di tempat-tempat terbuka, itu memang harus saya lakukan karena kasihan yang tidak merokok. Tetapi sebagai bapak, saya juga ingin pengangguran berkurang dan ekonomi di daerah tumbuh. Itulah kewajiban seorang bapak. Oleh karena itu, sekali lagi, jalankan profesi ini dengan baik dan mudah-mudahan upaya yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula," kata Presiden.

Itulah sambutan Presiden kita ketika berkunjung ke Pabrik Rokok dikampungnya, Pacitan.

Sementara itu kita simak data dibawah ini:

Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang pertahunnya. Sejauh ini, wabah merokok telah terjadi di Negara-negara maju. Dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari 70 persen kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia.

Menurut Bank Dunia, konsumsi rokok Indonesia sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia. Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001 menyebutkan bahwa :

  • 27% penduduk berusia di atas 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan terakhir.
  • 54,5% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2% perempuan yang merokok.
  • Terdapat peningkatan sebesar 4 % penduduk umur diatas 10 tahun yang merokok dalam kurun waktu 6 tahun.
  • 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif.
  • 68,5% penduduk mulai merokok pada usia 20 tahun meningkat 8% dari Susenas 1995 yaitu 60,0%.
  • Peningkatan usia muda yang merokok, kelompok umur 25-29 tahun (75%) dan kelompok umur 20-24 tahun (84,0%).
Anda tahu siapa produsen rokok terbesar di Indonesia? Inilah 4 Produsen terbesar:
Urutannya: *Data Q1/200 7

1. Phillip Morris – Sampoerna (24.2%)
2. Gudang Garam Kediri (23.6%)
3. Djarum (20.4%)
4. BAT – Bentoel

Jadi 2 Produsen terbesar dikuasai oleh perusahaan asing, BAT dan Philip Morris. Kemana dividen keuntungan dibawa? Tentunya dibawa pulang ke negeri asalnya disana, sementara penyakit yang ditimbulkan akibat merokok, ditinggalkannya dinegeri ini.
Coba kita simak Fakta dan Data dibawah ini>

Bila mengacu pada data Susenas 2006, pengeluaran untuk pembelian rokok adalah 2 kali lipat pengeluaran pengeluaran untuk ikan (6,8 persen), 5 kali lebih besar dari pengeluaran telur dan susu (2,3 persen), dan 17 kali lipat pengeluaran membeli daging (0,7 persen). Bahkan konsumsi rokok semakin hari semakin meningkat, terutama dikalangan pemuda peningkatan tertinggi perokok di Indonesia terjadi pada kelompok remaja umur 15-19 tahun, yaitu dari 7,1, persen pada 1995 menjadi 17,3 persen pada 2004.

Berdasarkan prediksi tahun 2008, sebanyak 658 juta batang rokok per hari atau 240 miliar batang per tahun dihisap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Bila dikapitalisasi diperkirakan sekitar Rp 330 miliar per hari peredaran uang hanya pada transaksi rokok. Angka Rp 330 miliar yang “dibakar” setiap hari oleh para perokok di Indonesia yang tingkat kemiskinannya masih relatif tinggi merupakan angka yang sangat fantastis. Di Indonesia, 70 persen dari 60 juta perokok adalah mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Fakta ini menunjukkan bahwa penyumbang penghasilan bulanan kepada industri rokok berasal dari sekitar 63 persen laki-laki dari 20 persen penduduk termiskin di Indonesia melalui konsumsi rokoknya. Selain itu, sekitar 65,6 juta perempuan dan 43 juta anak-anak di Indonesia yang terpapar asap rokok dan rentan terhadap ancaman penyakit akibat rokok seperti penyakit paru-paru, kanker hati, kanker usus, bronchitis, stroke dan penyakit lainnya.

Peneliti senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sri Moertiningsih Adioetomo, pernah menyatakan bahwa dari sebuah studi ditemukan bahwa biaya rawat inap pengidap penyakit akibat merokok mencapai Rp 2,9 triliun per tahun.

Faktanya memang setiap tahun sekitar 200.000 kematian di Indonesia diakibatkan kebiasaan merokok. Sebanyak 25.000 korban adalah perokok pasif. Memang akibat rokok tak akan langsung muncul seketika. Dampaknya baru tampak setelah 25 tahun sejak seseorang pertama kali merokok.

Laris manisnya konsumsi rokok karena harga yang sangat terjangkau alias super murah. Dengan bermodal Rp 1000 pun, rokok sebatang sudah bisa berada di tangan perokok dari warung-warung pinggir jalan. Bandingkan dengan di Swedia yang mematok harga mahal untuk rokok dengan harga jual sebungkus rokok mencapai Rp 75 ribu atau setara dengan sekali sarapan pagi di negeri Skandinavia tersebut. Akibat harga rokok yang mahal, masyarakat Swedia jarang membeli rokok sedang bagi para pencandu rokok mereka mengonsumsi permen tembakau yang harganya relatif murah sekitar Rp 25 ribu dengan isi yang lumayan banyak.

Bandingkanlah fakta dan data diatas dengan sambutan Presiden pada saat mengunjungi (baca:meresmikan) pbrik rokok di Pacitan...Lucu bukan Presiden kita.....?

S. Mardjono

Kamis, 15 April 2010

Komunikasi

Peristiwa Tanjung Priok pada tanggal 14 April 2010 kemarin, benar mengusik keprihatinan kita semua. Bagaimana tidak, kita lihat sesama anak bangsa berhadapan dan saling menyakiti satu sama lain. Saling menghujat dan bahkan saling menjatuhkan dan dengan bengisnya berusaha untuk mencelakai dan bahkan keinginan untuk membunuh.

Kalau memang masalahnya perbedaan persepsi atas suatu hak atas tanah, bukankah bisa dibicarakan dengan baik baik. Apalagi disitu terdapat makam yang sangat dihormati pendududk setempat, pastinya bisa dicarikan jalan keluar yang baik bagi kedua belah pihak. Jalan yang " win win solution" kata orang sekarang, saling menguntungkan.

Tidak mudah! misalnya ada yang berkata begitu, tapi kan tidak berarti mustahil...

Masalahnya adalah komunikasi dan kemauan untuk berkomunikasi.
Kalau Pamong merasa sebagai penguasa memang jadi sulit. Namanya sudah Pamong Praja, seharusnya mendahulukan fungsinya sebagai Pamong bukan sebagai penguasa.
Dipihak lain, masyarakat juga harus diberi penyuluhan yang bijak atas hak dan kewajibannya. Seringkali kita saksikan penduduk dianggap sebagai penduduk liar, tapi mereka ditarik pajak, retribusi dan macam macam pungutan lainnya. Sehingga mereka merasa sudah menjalankan kewajibannya. Ketika hak mereka diganggu, digugat bahkan dicabut, tentu saja mereka akan mengamuk mempertahanhankan haknya.
Kalau penduduk liar, tidak punya IMB, tapi kenapa mereka membayar PBB, memiliki Kartu Penduduk, bahkan mendapat aliran listrik.

Jadi siapa yang salah?

Sudahlah, daripada kita mencari siapa yang salah, lebih baik kita melihat kekurangan masing masing. Berani introspeksi diri, cari kekurangan masing masing.
Yang jelas berkomunikasilah dengan baik, Pamong sebagai abdi masyarakat, dan masyarakat yang tertib dan santun.

Jangan sia siakan korban yang sudah jatuh...

S.Mardjono

Rabu, 14 April 2010

THE LIFE AND DEATH OF ROBERT JOHNSON



INTRO:

If there are any Soul Patrollers who are big Robert Johnson fans (like myself), I happen to know some things about his life, and death, that are not widely known ... such as;
What is the exact location of his home in Robinsonville.
What is the exact location of his death in Greenwood.
How did he really die ... it wasn't from the poison in his drink (although it didn't help)
What is the exact locations of ''The Crossroads'' ... it's not US 61& US 49

''T-Neck''

The Life and Death of Robert Johnson - Pt.1




Back in the early '90's, I decided to visit the land of the blues, and ended up spending a couple of weeks in Memphis and northern Mississippi. I did this for several years in a row.
As I headed south, on a narrow Highway 61 leaving Memphis, I noticed a huge wooden sign between the trees ''WELCOME TO MISSISSIPPI''. I went down a small hill and... Wow! Nothing but flat cotton fields for miles and miles. It could have been 1965 or 1935, it was timeless.
I was going to Robinsonville to find the location of Robert Johnson's boyhood home. As I drove west on Commerce Road (Route 304), I noticed the homes going from huge to shacks. I stepped into the post office (the size of a candy store) and met the town's only postal employee - Melvin.
I explained about my search for Robert Johnson's home site, but all he could tell me was that it was on the Leatherman Plantation - which I already knew. He mentioned, a few months prior, someone else asked the same question... it was Robert Plant of Led Zeppelin.
So, as we were chatting, in walked a man to which Melvin said to me '' Here's the man you're looking for ... meet Robert Leatherman''. It was the grandson of the man Robert Johnson's mother and stepfather had ''worked'' for. It was somewhat strange. However Bob Leatherman was very nice and told me the exact location.
Basically, as you head west towards Commerce on 304, just before the levee, it's down the hill on your left about 100 yards. When I got there I recognized it from a quick shot in a documentary I had seen. I imagined little Robert playing jacks in front of that levee .... timeless again.
I then noticed something out of place, diagonally across the levee -- something ''growing in the cotton field''. It was the construction of Sam's Town Casino. You see, gambling had been recently legalized in Mississippi. Sam's Town was about the third casino to go up in the delta. There was about to be a BIG change in Tunica County.

Part 2: What Probably Killed Robert Johnson





In the mid '70's a man named Steve LaVere had discovered, that Robert Johnson's songs were NOT public domain, and any surviving family members were entitled to royalties. At the time, he could only find Robert's half sister, Carrie Spencer, who was living in Washington, DC. She agreed to hire LaVere as the agent for the Robert Johnson Estate. He proceeded to have artists charged, that had recorded and profited from Johnson's songs. One of the artists charged, was Eric Clapton -- who was more than happy to pay up, as soon as he was informed.
Apparently, during research for a 1998 trial involving a possible heir to the Johnson Estate, LaVere came across a document with something on it, that would shed new light about the cause of death.
Prior to this, it was known that in 1938 Robert Johnson was having intimate relations with a woman in Greenwood, MS. It appeared that someone had put some poison (possibly strychnine) into a bottle of whiskey, Johnson was about to drink -- for revenge. Later, he complained of feeling ill, and was taken to the home of an acquaintance, by his buddy & fellow musician Honeyboy Edwards, in the section known as ''Baptist Town''. Three days later, he died.
On the official Mississippi coroner's report, it stated: Cause Of Death ''No doctor''.
Poisoning, was the generally accepted reason, until LaVere came across a document which had a statement from the landowner on which Johnson died. He stated that Robert Johnson had died from complications of syphilis. LaVere interviewed several people about this, including Robert's friend Willie Coffee, and no one strongly denied it. Most people probably felt the poison story - better suited the legends surrounding Robert Johnson.
Even though he may have been a loner, a philanderer, and a real charmer, let's not forget that Robert Johnson wrote a lot from his experiences.
Combine that with original music writing talents, so amazing and unique - he was, and is, in a class by himself.
''His voice is so eerie, so compelling... and the guitar playing -- it's like Bach.'' Keith Richards
''I think he's the greatest folk blues guitar player, writer, and singer that ever lived.'' Eric Clapton
''He is a perfect example of what anybody should listen to if they want to get an understanding of the blues... and American history.'' Robert Cray

Part 3 : Where Are ''The Crossroads''




Much has been associated with Robert Johnson and The Crossroads.

To those familiar with his music, one of the first songs that comes to mind is Cross Road Blues. It became a very popular song when it was covered by Eric Clapton & Cream in 1966. Crossroads almost became a household word, after the film release of the same name.
Since the 1930s, rumors and legends grew, surrounding Robert Johnson and how he'd sold his soul to the devil at the crossroads, at midnight, in exchange for superior musical abilities. Johnson never actually said that. So how did this association begin?
When Robert left Robinsonville in 1931, to look for his real father, he met Ike Zinnerman. Ike was an amazing guitar player in southern Mississippi and befriended Robert during his stay there. He picked up some amazing techniques from Ike at that time -- and played obsessively. When Robert returned to Robinsonville, he was a master at his craft, and everyone was amazed. Son House, who was another outstanding blues musician in the delta area, said - the only way he could have become so good in such a short period of time was to have sold his soul to the devil.
One of the originators of the delta blues style was Charley Patton, who was also the first local ''blues superstar'', if you will (however this was the 1920s). Patton had an enormous impact on many early delta musicians. He grew up on Dockery Plantation near Cleveland, Mississippi. Many blues historians feel that this is where the blues began. The land where slaves, and later, sharecroppers began to communicate and sing in a style know as ''field hollering'', which gave way to the blues.
Highway 61 runs south, right through the middle of the delta. It intersects Highway 49 at Clarksdale, MS. Clarksdale was the home to such people Muddy Waters, W.C. Handy, Junior Parker and John Lee Hooker, just to name a few.
Over the years, Clarksdale has become the home of the blues, so it was just assumed that this is where The Crossroads was. In later years, the ''61/49 Clarksdale'' thing was also heavily advertised as The Crossroads.
However, when I was in Memphis in the mid-90s (asking a lot of questions) I heard from two different sources, that 61 and 49 were not The Crossroads. The legend supposedly began around the turn of the century from the originators of the blues ... at Dockery Farms. The location I was given by both people is ''WHERE DOCKERY ROAD CROSSES OLD HIGHWAY 8'' This would be between Cleveland and Ruleville. The ''Old 8'' runs parallel to the current Highway 8, just south of it. I saw it - it's still there - it's a dirt road. The Crossroads doesn't look like you would think - too many trees ... but it was a unique experience, just standing there.

Part 4: Where Did Robert Johnson Die



On the night of Saturday, August 13, 1938, Robert Johnson was playing in a juke joint on the outskirts of Greenwood, Mississippi. It was in the back room of Shaples General Store at Three Forks. Shaples is long gone and Three Forks is now where highways 82 and 49E cross, (it's actually a traffic circle). Rumor has it, this was the time and place where he was poisoned by a jealous man with either strychnine or lye. At around 2:30 AM he was taken to a house in Greenwood, where his sickness grew. Three days later he died of pneumonia, probably caused by syphilis. The location of the house was never published. I wanted to find it.
In the documentary ''Looking For Robert Johnson'', Honeyboy Edwards is seen in a car, riding through the Baptist Town section of Greenwood. As he points to the right and says ''That's the house where Robert died -- the long yellow one.'', you can see several distinct storefronts across the street. With a handful of freeze-frame photos, I drove up and down Baptist Town, looking for those storefronts, until... Bingo! I looked across the street to see the only yellow house. 109 YOUNG STREET.
Later that week, I mentioned it to blues historian Jim O'Neal, who eventually printed it in his Delta Blues Map & Guide.

Epilogue



My last trip to Memphis and the Mississippi Delta was in 1996 - that's when I noticed a big change. In the early '90s, when gambling had become legal in Mississippi, much hope was given to the people of Tunica County (the poorest county in the poorest state). There was hope of hundreds of new jobs in the casinos, hope of improved roads, hope of new county services, hope of affordable living for all who wanted it. However, things took a turn in a strange direction.
As I drove south on Highway 61, out of Memphis, that cute wooden ''Welcome To Mississippi'' sign, was gone ... so were all the trees. This was to make way for the new 4-lane, super Highway 61. As I crossed the state line, the first thing I noticed were all the large billboards, like; COME TO HARRAHS! and WELCOME TO THE GOOD OLD DAYS AT BALLYS. No longer did it look timeless.
Over the years, I had gotten used to that right turn onto 304 (or Robinsonville/Commerce Rd) -- it was closed . In its place was another 4-lane highway. Several new small hotels had replaced the cotton fields. I'd noticed, Robinsonville had a brand new post office to accommodate the casinos. Melvin and I were now talking about all the changes that had taken place. I left the post office and headed towards the Mississippi River -- it just got too strange for me. That once empty landscape, now really looked like Las Vegas. So much happening, so overbearing, so many cars. No longer, could I hear the wind howl.
From reading the local newspapers, and talking to the local folk, certain things were very clear now ... about those hopes. Many new jobs did come to the people of Tunica County. However, most of them were not very high paying jobs. Most of the jobs on the casino floors went to the people from the Memphis suburbs, and across the nation. Tunica's ''new'' roads had become filled with tourists -- some of which were rather intoxicated, causing major crashes. Unemployed parents, now had jobs in the hotels and casinos -- but who was watching the children? Sadly, the juvenile crime rate had risen dramatically. Maybe the offer of jobs, hit Tunica too quickly. And finally, imagine growing up poor, in an extremely poor area, and in two short years your neighborhood is filled with multimillion dollar hotels and seeing people with money to burn, driving up and down your streets, and everywhere you turn you got ''$$$ WIN WIN WIN $$$'' in your face. Tragically, a fair amount of Tunica's people got the gambling bug, and some of them went from living in poverty to living in debt. This is what happened to the people, in the land where blues began.
I brought these points up, because I feel it's something that all Soul Patrollers should think about. Something that happened, to the people, who are descendants of the blues, and something that happened to the land, that was the birthplace of the music -- we listen to.

I'd like to thank those you who gave me positive response, as I wrote this series. In the future, I may do other articles, on topics such as;
-- My search for the true location of the AFRICAN SLAVE landing dock in the Charleston area. This may be of special interest to those of you who have deep roots in South Carolina.
-- How Memphis really is SOULSVILLE. I'll tell where to go and how easy it is to meet some of soul's true giants... Memphis folk are so friendly.

Thanks again

''T-Neck''


Robert Johnson
photo booth self-portrait, early 1930's
(c) 1986 Delta Haze Corporation All Rights Reserved.
Used By Permission


http://www.soul-patrol.com/soul/johnson.htm

A Brief History of the Blues

by Robert M. Baker

Joseph Machlis says that the blues is a native American musical and verse form, with no direct European and African antecedents of which we know. (p. 578) In other words, it is a blending of both traditions. Something special and entirely different from either of its parent traditions. (Although Alan Lomax cites some examples of very similar songs having been found in Northwest Africa, particularly among the Wolof and Watusi. p. 233)

The word 'blue' has been associated with the idea of melancholia or depression since the Elizabethan era. The American writer, Washington Irving is credited with coining the term 'the blues,' as it is now defined, in 1807. (Tanner 40) The earlier (almost entirely Negro) history of the blues musical tradition is traced through oral tradition as far back as the 1860s. (Kennedy 79)

When African and European music first began to merge to create what eventually became the blues, the slaves sang songs filled with words telling of their extreme suffering and privation. (Tanner 36) One of the many responses to their oppressive environment resulted in the field holler. The field holler gave rise to the spiritual, and the blues, "notable among all human works of art for their profound despair . . . They gave voice to the mood of alienation and anomie that prevailed in the construction camps of the South," for it was in the Mississippi Delta that blacks were often forcibly conscripted to work on the levee and land-clearing crews, where they were often abused and then tossed aside or worked to death. (Lomax 233)

Alan Lomax states that the blues tradition was considered to be a masculine discipline (although some of the first blues songs heard by whites were sung by 'lady' blues singers like Mamie Smith and Bessie Smith) and not many black women were to be found singing the blues in the juke-joints. The Southern prisons also contributed considerably to the blues tradition through work songs and the songs of death row and murder, prostitutes, the warden, the hot sun, and a hundred other privations. (Lomax) The prison road crews and work gangs where were many bluesmen found their songs, and where many other blacks simply became familiar with the same songs.

Following the Civil War (according to Rolling Stone), the blues arose as "a distillate of the African music brought over by slaves. Field hollers, ballads, church music and rhythmic dance tunes called jump-ups evolved into a music for a singer who would engage in call-and-response with his guitar. He would sing a line, and the guitar would answer it." (RSR&RE 53) (author's note: I've seen somewhere, that the guitar did not enjoy widespread popularity with blues musicians until about the turn of the century. Until then, the banjo was the primary blues instrument.) By the 1890s the blues were sung in many of the rural areas of the South. (Kamien 518) And by 1910, the word 'blues' as applied to the musical tradition was in fairly common use. (Tanner 40)

Some 'bluesologists' claim (rather dubiously), that the first blues song that was ever written down was 'Dallas Blues,' published in 1912 by Hart Wand, a white violinist from Oklahoma City. (Tanner 40) The blues form was first popularized about 1911-14 by the black composer W.C. Handy (1873-1958). However, the poetic and musical form of the blues first crystallized around 1910 and gained popularity through the publication of Handy's "Memphis Blues" (1912) and "St. Louis Blues" (1914). (Kamien 518) Instrumental blues had been recorded as early as 1913. Mamie Smith recorded the first vocal blues song, 'Crazy Blues' in 1920. (Priestly 9) Priestly claims that while the widespread popularity of the blues had a vital influence on subsequent jazz, it was the "initial popularity of jazz which had made possible the recording of blues in the first place, and thus made possible the absorption of blues into both jazz as well as the mainstream of pop music." (Priestly 10)

American troops brought the blues home with them following the First World War. They did not, of course, learn them from Europeans, but from Southern whites who had been exposed to the blues. At this time, the U.S. Army was still segregated. During the twenties, the blues became a national craze. Records by leading blues singers like Bessie Smith and later, in the thirties, Billie Holiday, sold in the millions. The twenties also saw the blues become a musical form more widely used by jazz instrumentalists as well as blues singers. (Kamien 518)

During the decades of the thirties and forties, the blues spread northward with the migration of many blacks from the South and entered into the repertoire of big-band jazz. The blues also became electrified with the introduction of the amplified guitar. In some Northern cities like Chicago and Detroit, during the later forties and early fifties, Muddy Waters, Willie Dixon, John Lee Hooker, Howlin' Wolf, and Elmore James among others, played what was basically Mississippi Delta blues, backed by bass, drums, piano and occasionally harmonica, and began scoring national hits with blues songs. At about the same time, T-Bone Walker in Houston and B.B. King in Memphis were pioneering a style of guitar playing that combined jazz technique with the blues tonality and repertoire. (RSR&RE 53)

In the early nineteen-sixties, the urban bluesmen were "discovered" by young white American and European musicians. Many of these blues-based bands like the Paul Butterfield Blues Band, the Rolling Stones, the Yardbirds, John Mayall's Bluesbreakers, Cream, Canned Heat, and Fleetwood Mac, brought the blues to young white audiences, something the black blues artists had been unable to do in America except through the purloined white cross-over covers of black rhythm and blues songs. Since the sixties, rock has undergone several blues revivals. Some rock guitarists, such as Eric Clapton, Jimmy Page, Jimi Hendrix, and Eddie Van Halen have used the blues as a foundation for offshoot styles. While the originators like John Lee Hooker, Albert Collins and B.B. King--and their heirs Buddy Guy, Otis Rush, and later Eric Clapton and the late Roy Buchanan, among many others, continued to make fantastic music in the blues tradition. (RSR&RE 53) The latest generation of blues players like Robert Cray and the late Stevie Ray Vaughan, among others, as well as gracing the blues tradition with their incredible technicality, have drawn a new generation listeners to the blues.

The Blue Tonalities And What Defines The Blues

There are a number of different ideas as to what the blues really are: a scale structure, a note out of tune or out of key, a chord structure; a philosophy? The blues is a form of Afro-American origin in which a modal melody has been harmonized with Western tonal chords. (Salzman 18) In other words, we had to fit it into our musical system somehow. But, the problem was that the blues weren't sung according to the European ideas of even tempered pitch, but with a much freer use of bent pitches and otherwise emotionally inflected vocal sounds. (Machlis 578) These 'bent'pitches are known as 'blue notes'.

The 'blue notes' or blue tonalities are one of the defining characteristics of the blues. Tanner's opinion is that these tonalities resulted from the West Africans' search for comparative tones not included in their pentatonic scale. He claims that the West African scale has neither the third or seventh tone nor the flat third or flat seventh. "Because of this, in the attempt to imitate either of these tones the pitch was sounded approximately midway between [the minor AND major third, fifth, or seventh], causing what is called a blue tonality." (Tanner 37) When the copyists attempted to write down the music, they came up with the so-called "blues scale," in which the third, the seventh, and sometimes the fifth scale-degrees were lowered a half step, producing a scale resembling the minor scale. (Machlis 578) There are many nuances of melody and rhythm in the blues that are difficult, if not impossible to write in conventional notation. (Salzman 18) But the blue notes are not really minor notes in a major context. In practice they may come almost anywhere. (Machlis 578)

Before the field cry, with its bending of notes, it had not occurred to musicians to explore the area of the blue tonalities on their instruments. (Tanner 38) The early blues singers would sing these "bent" notes, microtonal shadings, or "blue" notes, and the early instrumentalists attempted to duplicate them. (Kamien 520) By the mid-twenties, instrumental blues were common, and "playing the blues" for the instrumentalist could mean extemporizing a melody within a blues chord sequence. Brass, reed, and string instrumentalists, in particular, were able to produce many of the vocal sounds of the blues singers. (Machlis 578-9)

Blues Lyrics

Blues lyrics contain some of the most fantastically penetrating autobiographical and revealing statements in the Western musical tradition. For instance, the complexity of ideas implicit in Robert Johnson's 'Come In My Kitchen,' such as a barely concealed desire, loneliness, and tenderness, and much more:

You better come in my kitchen, It's gonna be rainin' outdoors.
Blues lyrics are often intensely personal, frequently contain sexual references and often deal with the pain of betrayal, desertion, and unrequited love (Kamien 519) or with unhappy situations such as being jobless, hungry, broke, away from home, lonely, or downhearted because of an unfaithful lover. (Tanner 39)

The early blues were very irregular rhythmically and usually followed speech patterns, as can be heard in the recordings made in the twenties and thirties by the legendary bluesmen Charley Patton, Blind Lemon Jefferson, Robert Johnson and Lightnin' Hopkins among others. (RSR&RE 53) The meter of the blues is usually written in iambic pentameter. The first line is generally repeated and third line is different from the first two. (Tanner 38) The repetition of the first line serves a purpose as it gives the singer some time to come up with a third line. Often the lyrics of a blues song do not seem to fit the music, but a good blues singer will accent certain syllables and eliminate others so that everything falls nicely into place. (Tanner 38)

The structure of blues lyrics usually consists of several three-line verses. The first line is sung and then repeated to roughly the same melodic phrase (perhaps the same phrase played diatonically a perfect fourth away), the third line has a different melodic phrase:

I'm going to leave baby, ain't going to say goodbye. I'm going to leave baby, ain't going to say goodbye. But I'll write you and tell you the reason why. (Kamien 519)

Construction Of The Blues

Most blues researchers claim that the very early blues were patterned after English ballads and often had eight, ten, or sixteen bars. (Tanner 36) The blues now consists of a definite progression of harmonies usually consisting of eight, twelve or sixteen measures, though the twelve bar blues are, by far, the most common.

The 12 bar blues harmonic progression (the one-four-five) is most often agreed to be the following: four bars of tonic, two of subdominant, two of tonic, two of dominant, and two of tonic. Or, alternatively, I,I,I,I,IV,IV,I,I,V,V,I,I. Each roman numeral indicates a chord built on a specific tone in the major scale. Due to the influence of rock and roll, the tenth chord has been changed to IV. This alteration is now considered standard. (Tanner 37) In practice, various intermediate chords, and even some substitute chord patterns, have been used in blues progressions, at least since the nineteen-twenties. (Machlis 578) Some purists feel that any variations or embellishments of the basic blues pattern changes its quality or validity as a blues song. For instance, if the basic blues chord progression is not used, then the music being played is not the blues. Therefore, these purists maintain that many melodies with the word "blues" in the title, and which are often spoken of as being the blues, are not the blues because their melodies lack this particular basic blues harmonic construction. (Tanner 37) I believe this viewpoint to be a bit wide of the mark, because it places a greater emphasis on blues harmony than melody.

The principal blues melodies are, in fact, holler cadences, set to a steady beat and thus turned into dance music and confined to a three-verse rhymed stanza of twelve to sixteen bars. (Lomax 275) The singer can either repeat the same basic melody for each stanza or improvise a new melody to reflect the changing mood of the lyrics. (Kamien 519) Blues rhythm is also very flexible. Performers often sing "around" the beat, accenting notes either a little before or behind the beat. (Kamien)

Jazz instrumentalists frequently use the chord progression of the twelve-bar blues as a basis for extended improvisations. The twelve or sixteen bar pattern is repeated while new melodies are improvised over it by the soloists. As with the Baroque bassocontinuo, the repeated chord progression provides a foundation for the free flow of such improvised melodic lines. (Kamien 520)

Conclusion

One of the problems regarding defining what the blues are is the variety of authoritative opinions. The blues is neither an era in the chronological development of jazz, nor is it actually a particular style of playing or singing jazz. (Tanner 35) Some maintain (mostly musicologists) that the blues are defined by the use of blue notes (and on this point they also differ - some say that they are simply flatted thirds, fifths, and sevenths applied to a major scale [forming a pentatonic scale]; some maintain that they are microtones; and some believe that they are the third, or fifth, or seventh tones sounded simultaneously with the flatted third, or fifth, or seventh tones respectively [minor second intervals]). Others feel that the song form (twelve bars, one-four-five) is the defining feature of the blues. Some feel that the blues is a way to approach music, a philosophy, in a manner of speaking. And still others hold a much wider sociological view that the blues are an entire musical tradition rooted in the black experience of the post-war South. Whatever one may think of the social implications of the blues, whether expressing the American or black experience in microcosm, it was their "strong autobiographical nature, their intense personal passion, chaos and loneliness, executed so vibrantly that it captured the imagination of modern musicians" and the general public as well. (Shapiro 13)

Works Cited

Kamien, Michael. _Music: An Appreciation_. 3d Ed. N.Y.: McGraw Hill, 1984.; Kennedy, Michael. _The Concise Oxford Dictionary of Music_. N.Y.: 1980.; Lomax, Alan. _The Land Where the Blues Began_. N.Y.: Pantheon Books, 1993.; Pareles, Jon and Patricia Romanowski, eds. _The Rolling Stone Encyclopedia of Rock and Roll_.N.Y.: Rolling Stone Press, 1983.; Priestly, Brian. _Jazz On Record: A History_. N.Y.: Billboard Books, 1991.; Salzman, Eric and Michael Sahl. _Making Changes_. N.Y.: G. Schirmer, 1977.; Shapiro, Harry. _Eric Clapton: Lost in the Blues_. N.Y.: Da Capo Press, 1992.; Tanner, Paul and Maurice Gerow. _A Study of Jazz_. Dubuque, IA: William C. Brown Publishers, 1984.


"Queen of the Blues" Koko Taylor dies at 80


Alligator Records reported the death of Koko Taylor, 80, on June 3, 2009, in her hometown of Chicago. The Grammy Award-winning blues singer died as a result of complications following her May 19 survey to correct a gastrointestinal bleed.

Taylor’s final performance was on May 7, 2009 in Memphis at the Blues Music Awards, where she sang “Wang Dang Doodle” after receiving her award for Traditional Blues Female Artist Of The Year.

Born Cora Walton on a sharecropper’s farm just outside Memphis, TN, on September 28, 1928, Koko, nicknamed for her love of chocolate, fell in love with music at an early age. Inspired by gospel music and WDIA blues disc jockeys B.B. King and Rufus Thomas, Taylor began belting the blues with her five brothers and sisters, accompanying themselves on their homemade instruments. In 1952, Taylor and her soon-to-be-husband, the late Robert “Pops” Taylor, traveled to Chicago with nothing but, in Koko’s words, “thirty-five cents and a box of Ritz Crackers.”

In Chicago, “Pops” worked for a packing company, and Koko cleaned houses. Together they frequented the city’s blues clubs nightly. Encouraged by her husband, Koko began to sit in with the city’s top blues bands, and soon she was in demand as a guest artist. One evening in 1962 Koko was approached by arranger/composer Willie Dixon. Overwhelmed by Koko’s performance, Dixon landed Koko a Chess Records recording contract, where he produced her several singles, two albums and penned her million-selling 1965 hit “Wang Dang Doodle,” which would become Taylor’s signature song.

Survivors include Taylor’s husband Hays Harris, daughter Joyce Threatt, son-in-law Lee Threatt, grandchildren Lee, Jr. and Wendy, and three great-grandchildren.

Les Paul, "Father of the Electric Guitar, dies at age 94


One of the great innovators of modern music, Les Paul, died in White Plains, N.Y., on Aug. 13, 2009, from complications of pneumonia.

Although Paul was an accomplished guitarist in his own right, his greatest contributions to music came as an inventor, both of the solid body guitar and multi-track recording. It is impossible to imagine music today without recognizing these innovations.

Tributes to Paul poured in from across the world from the countless musicians who were inspired by the Waukesha, Wisconsin native. A typical comment was made by guitarist Billy Gibbons of ZZ Top: "Les Paul brought six strings to electricity and electricity to six strings. Les Paul was an innovator, a groundbreaker, a risk taker, a mentor and a friend. Try to imagine what we'd be doing if he hadn't come along and changed the world."

The Gibson Les Paul is one of the most recognizable guitars in music history, played by musicians such as Muddy Waters, Eric Clapton, Hubert Sumlin, Howlin' Wolf, Duane Allman, Jeff Beck, Peter Frampton, Billy Gibbons, George Harrison, John Lennon, Paul McCartney, Jimmy Page, Keith Richards, Davey Johnstone, Carlos Santana, Hubert Sumlin, Joe Walsh and Eddie Van Halen, just to name a few.

Not only a great inventor, Paul also was a successful musician in the 1940s and '50s, earning 36 gold records, many of which featured his wife, vocalist Mary Ford.

"As the 'Father of the Electric Guitar,' he was not only one of the world's greatest innovators but a legend who created, inspired and contributed to the success of musicians around the world," said Dave Berryman, President of Gibson Guitar. “I have had the privilege to know and work with Les for many, many years and his passing has left a deep personal void. He was simply put – remarkable in every way. As a person, a musician, a friend, an inventor. He will be sorely missed by us all."

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia

Dunia Islam memanggilnya dengan nama Ibnu Sina. Namun di kalang an orang orang Barat, ia dikenal dengan panggil an Avicenna. Ia merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter pada abad ke-10. Selain itu, Ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif.

Dan sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan. Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah Bapak Pengobatan Modern. Selain itu, masih banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya, terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari Balkh Khorasan adalah seorang pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M).
Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan.
Profesinya di bidang kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja.
Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah.
Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni. Ia kemudian berguru kepada Al-Biruni.
Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalanannya untuk menuntut ilmu. Rayy dan Hamadan adalah kota selanjutnya, sebuah kota dimana karyanya yang spektakular Qanun fi Thib mulai ditulis. Di tempat ini pula Ibnu Sina banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah lelah, ia melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu kedokteran khususnya.
Tentu tak berlebihan bila Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan.
Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa berada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farmasi, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran. Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu Sina ini.
Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini di kenal dengan nama Sanati.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia. Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, tapi ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna.
Mendapat banyak gelar
Kebesaran nama Ibnu Sina terlihat dari beberapa gelar yang diberikan orang kepadanya. Di bidang filsafat ia mendapat gelar asy-Syaikh ar-Rais (Guru Para Raja). Dalam bidang filsafat, ia memiliki pemikiran keagamaan yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya.
Ketajaman pemikiran dan keda -laman keyakinan keagamaannya seca ra simultan mewarnai alam pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam berfilsafat. Sementara al-Gazali menjulukinya sebagai filsuf yang terlalu banyak berpikir.
Seperti pendahulunya, al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina mengakui bahwa alam diciptakan secara emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan menciptakan alam dalam arti memancarkannya. Ia juga mengemuka kan pemikiran filsafat tentang jiwa (annafs) dan kenabian. Ibnu Sina berpendapat bahwa nabi adalah manusia terunggul dan pilihan Tuhan. Filsuf hanya dapat menerima ilham, sedangkan nabi menerima wahyu. Oleh karena itu, ajaran nabi harus menjadi pedoman hidup manusia.
Di bidang kedokteran ia mendapat julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para pembesar negeri pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan. Para pembesar negeri tersebut di antaranya Rtau Sayyidah serta Sultan Majdud dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadan, dan Alaud Dawla dari Isfahan. Karenanya dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai puncah atau Bapak ilmu kedokteran.
Bukan hanya dalam filsafat dan kedokteran saja Ibnu Sina memberikan andil dan pemikirannya. Ia juga turut serta ambil bagian dan memberikan andil pada berbagai ilmu pengetahuan pada zamannya, di antaranya yang menonjol adalah ilmu astronomi. Ibnu Sina menambahkan dalam bukunya al-Magest (buku tentang astronomi) berbagai problem yang belum dibahas, mengajukan beberapa keberatan Euclides, meragukan pandangan Aristoteles tentang kesamaan bintang-bintang tak bergerak, kesamaan satuan jaraknya, dan sebagainya. Untuk itu di dalam buku Asy-Syifa, ia menguraikan bahwa bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada pada satu globe.
Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena atmosfer, seperti angin, awan, dan pelangi. Sementara orang yang sezaman dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian mereka.
Karya Sang Dokter
Sepanjang hayatnya, Ibnu Sina banyak menu lis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang yang ditekuninya. Jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku maupun risalah.
Karya-karyanya itu antara lain :
Qanun fi Thib
Kitab ini ditulis ketika ia menuntut ilmu di Rayy dan Hamadan. Qanun fi Thib yang dalam bahasa Inggris telah diterjemahkan dengan nama The Canon of Medicine, berisi tentang berbagai macam cara penyembuhan dan obat-obatan. Didalamnya tertulis jutaan item tentang pengobatan dan oabt-obatan. Karena itu, ada pula yang menamakan kitabnya ini sebagai Ensiklopedia Pengobatan.
Al-Magest
Buku ini berkaitan dengan bidang astronomi. Diantara isinya, bantahan terhadap pandangan Euclides, serta meragukan pandangan Aristoteles yang menyamakan bintang-bintang tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada dalam satu globe.
Asy-Syifa
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini terdiri dari 18 jilid.
De Conglutineation Lagibum
Kitab ini ditulis dalam bahasa latin, yang membahas tentang masalah penciptaan alam. Diantaranya tentang asal nama gunung. Menurutnya, kemungkinan gunung tercipta karena dua sebab. Pertama, menggelembungnya kulit luar bumi lantaran goncangan hebat gempa. Dan kedua, karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses itu mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan
bumi. sya/dia/taq

By Republika Newsroom

Abu Nasr Mansur, Sang Penemu Hukum Sinus

Saat masih sekolah di bangku sekolah menengah, tentu Anda pernah mempelajari istilah sinus dalam mata pelajara matematika. Sinus adalah perbandingan sisi segitiga yang ada di depan sudut dengan sisi miring. Hukum sinus itu ternyata dicetuskan seorang matematikus Muslim pada awal abad ke-11 M.

Ahli matematika itu bernama Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu Iraq atau akrab disapa Abu Nasr Mansur (960 M – 1036 M). Bill Scheppler dalam karyanya bertajuk al-Biruni: Master Astronomer and Muslim Scholar of the Eleventh Century, mengungkapkan, bahwa Abu Nasr Mansur merupakan seorang ahli matematika Muslim dari Persia.
"Dia dikenal sebagai penemuan hukum sinus," ungkap Scheppler. Ahli sejarah Matematika John Joseph O’Connor dan Edmund Frederick Robertson menjelaskan bahwa Abu Nasr Mansur terlahir di kawasan Gilan, Persia pada tahun 960 M. Hal itu tercatat dalam The Regions of the World, sebuah buku geografi Persia bertarikh 982 M.
Keluarganya "Banu Iraq" menguasai wilayah Khawarizm (sekarang, Kara-Kalpakskaya, Uzbekistan). Khawarizm merupakan wilayah yang berdampingan dengan Laut Aral. "Dia menjadi seorang pangeran dalam bidang politik," tutur O’Cornor dan Robertson.
Di Khawarizm itu pula, Abu Nasr Mansur menuntut ilmu dan berguru pada seorang astronom dan ahli matematika Muslim terkenal Abu’l-Wafa (940 M – 998 M). Otaknya yang encer membuat Abu Nasr dengan mudah menguasai matematika dan astronomi. Kehebatannya itu pun menurun pada muridnya, yakni Al-Biruni (973 M – 1048 M).
Kala itu, Al-Biruni tak hanya menjadi muridnya saja, tapi juga menjadi koleganya yang sangat penting dalam bidang matematika. Mereka bekerja sama menemukan rumus-rumus serta hukum-hukum yang sangat luar biasa dalam matematika. Kolaborasi kedua ilmuwan itu telah melahirkan sederet penemuan yang sangat hebat dan bermanfaat bagi peradaban manusia.
Perjalanan kehidupan Abu Nasr dipengaruhi oleh situasi politik yang kurang stabil. Akhir abad ke-10 M hingga awal abad ke-11 M merupakan periode kerusuhan hebat di dunia Islam. Saat itu, terjadi perang saudara di kota sang ilmuwan menetap. Pada era itu, Khawarizm menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah.
Perebutan kekuasaan di antara dinasti-dinasti kecil di wilayah Asia Tengah itu membuat situasi politik menjadi kurang menentu. Pada 995 M, kekuasaan Banu Iraq digulingkan. Saat itu, Abu Nasr Mansur menjadi pangeran. Tidak jelas apa yang terjadi pada Abu Nasr Mansur di negara itu, namun yang pasti muridnya al-Biruni berhasil melarikan diri dari ancaman perang saudara itu.
Setelah peristiwa itu, Abu Nasr Mansur bekerja di istana Ali ibnu Ma’mun dan menjadi penasihat Abu’l Abbas Ma’mun. Kehadiran Abu Nasr membuat kedua penguasa itu menjadi sukses.
Ali ibnu Ma’mun dan Abu’l Abbas Ma’mun merupakan pendukung ilmu pengetahuan. Keduanya mendorong dan mendukung Abu Nasr mengembangkan ilmu pengetahuan. Tak heran jika ia menjadi ilmuwan paling top di istana itu. Karya-karyanya sangat dihormati dan dikagumi.
Abu Nasr Mansur menghabiskan sisa hidupnya di istana Mahmud di Ghazna. Ia wafat pada 1036 M di Ghazni, sekarang Afghanistan. Meski begitu, karya dan kontribusianya bagi pengembangan sains tetap dikenang sepanjang masa. Dunia Islam modern tak boleh melupakan sosok ilmuwan Muslim yang satu ini.
Kontribusi Sang Ilmuwan
Abu Nasr Mansur telah memberikan kontribusi yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Sebagian Karya Abu Nasr fokus pada bidang matematika, tapi beberapa tulisannya juga membahas masalah astronomi.
Dalam bidang matematika, dia memiliki begitu banyak karya yang sangat penting dalam trigonometri. Abu Nasr berhasil mengembangkan karya-karya ahli matematika, astronomi, geografi dan astrologi Romawi bernama Claudius Ptolemaeus (90 SM – 168 SM).
Dia juga mempelajari karya ahli matematika dan astronom Yunani, Menelaus of Alexandria (70 SM – 140 SM). Abu Nasr mengkritisi dan mengembangkan teori-teori serta hukum-hukum yang telah dikembangkan ilmuwan Yunani itu.
Kolaborasi Abu Nasr dengan al-Biruni begitu terkenal. Abu Nasr berhasil menyelesaikan sekitar 25 karya besar bersama al-Biruni. " Sekitar 17 karyanya hingga kini masih bertahan. Ini menunjukkan bahwa Abu Nasr Mansur adalah seorang astronom dan ahli matematika yang luar biasa," papar ahli sejarah Matematika John Joseph O’Connor dan Edmund Frederick Robertson
Dalam bidang Matematika, Abu Nasr memiliki tujuh karya, sedangkan sisanya dalam bidang astronomi. Semua karya yang masih bertahan telah dipublikaskan, telah dialihbahasakan kedalam bahasa Eropa, dan ini memberikan beberapa indikasi betapa sangat pentingnya karya sang ilmuwan Muslim itu.
Secara khusus Abu Nasr mempersembahkan sebanyak 20 karya kepada muridnya al-Biruni. Salah satu adikarya sang saintis Muslim ini adalah komentarnya dalam The Spherics of Menelaus.
Perannya sungguh besar dalam pengembangan trigonometri dari perhitungan Ptolemy dengan penghubung dua titik fungsi trigonometri yang hingga kini masih tetap digunakan. Selain itu, dia juga berjasa dalam mengembangkan dan mengumpulkan tabel yang mampu memberi solusi angka yang mudah untuk masalah khas spherical astronomy (bentuk astronomi).
Abu Nasr juga mengembangkan The Spherics of Menelaus yang merupakan bagian penting, sejak karya asli Menelaus Yunani punah. Karya Menelaus berasal dari dasar solusi angka Ptolemy dalam masalah bentuk astronomi yang tercantum dalam risalah Ptolemy bertajuk Almagest.
"Karyanya di dalam tiga buku: buku pertama mempelajari kandungan/kekayaan bentuk segitiga, buku kedua meneliti kandungan sistem paralel lingkaran dalam sebuah bola/bentuk mereka memotong lingkaran besar, buku ketiga memberikan bukti dalil Menelaus," jelas O’Cornor dan Robertson.
Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur menemukan hukum sinus sebagai berikut:
a/sin A = b/sin B = c/sin C.
"Abu’l-Wafa mungkin menemukan hukum ini pertama dan Abu Nasr Mansur mungkin belajar dari dia. Pastinya keduanya memiliki prioritas kuat untuk menentukan dan akan hampir pasti tidak pernah diketahui dengan kepastian," ungkap O’Cornor dan Robertson.
O’Cornor dan Robertson juga menyebutkan satu nama lain, yang disebut sebagai orang ketiga yang kadang-kadang disebut sebagai penemu hukum yang sama, seorang astronom dan ahli matematika Muslim dari Persia, al-Khujandi (940 M – 1000 M).
Namun, kurang beralasan jika al-Khujandi dsebut sebagai penemu hukum sinus, seperti yang ditulis Samso dalam bukunya Biography in Dictionary of Scientific Biography (New York 1970-1990). "Dia adalah seorang ahli astronomi praktis yang paling utama, yang tidak peduli dengan masalah teoritis," katanya.
Risalah Abu Nasr membahas lima fungsi trigonometri yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk astronomi. Artikel menunjukkan perbaikan yang diperoleh Abu Nasr Mansur dalam penggunan pertama sebagai nilai radius. Karya lain Abu Nasr Mansur dalam bidang astronomi meliputi empat karya dalam menyusun dan mengaplikasi astrolab.
Al-Biruni, Saksi Kehebatan Abu Nasr
Sejatinya, dia adalah murid sekaligus kawan bagi Abu Nasr Mansur. Namun, dia lebih terkenal dibandingkan sang guru.
Meski begitu, al-Biruni tak pernah melupakan jasa Abu Nasr dalam mendidiknya. Kolaborasi kedua ilmuwan dari abad ke-11 M itu sangat dihormati dan dikagumi.
Abu Nasr telah ‘melahirkan’ seorang ilmuwan yang sangat hebat. Sejarawan Sains Barat, George Sarton begitu mengagumi kiprah dan pencapaian al-Biruni dalam beragam disiplin ilmu. ”Semua pasti sepakat bahwa Al-Biruni adalah salah seorang ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman,” cetus Sarton.
Bukan tanpa alasan bila Sarton dan Sabra mendapuknya sebagai seorang ilmuwan yang agung. Sejatinya, al-Biruni memang seorang saintis yang sangat fenomenal. Sejarah mencatat, al-Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari tentang seluk beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India.
Kerja keras dan keseriusannya dalam mengkaji dan mengeksplorasi beragam aspek tentang India, al-Biruni pun dinobatkan sebagai ‘Bapak Indologi’ — studi tentang India. Tak cuma itu, ilmuwan dari Khawarizm, Persia itu juga dinobatkan sebagai ‘Bapak Geodesi’.
Di era keemasan Islam, al-Biruni ternyata telah meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Selain itu, al-Biruni juga dinobatkan sebagai ‘antropolog pertama’ di seantero jagad. Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu, al-Biruni juga menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains.
Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup di era kekuasaan Dinasti Samaniyah itu merupakan salah satu pencetus metode saintifik eksperimental. Al-Biruni pun tak hanya menguasai beragam ilmu seperti; fisika, antropologi, psikologi, kimia, astrologi, sejarah, geografi, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran, serta filsafat. Dia juga turun memberikan kontrbusi yang begitu besar bagi setiap ilmu yang dikuasainya itu. hri/ des/she

By Republika Newsroom

Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam : US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975).


Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.


Seorang penngemarnya menulis surat kepadanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"

Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50.000.000 orang yang ingin bermain tenis,

Diantaranya 5.000.000 orang yang bisa belajar bermain tenis,

500.000 orang belajar menjadi pemain tenis profesional,

50.000 datang ke arena untuk bertanding,


5.000 mencapai turnamen Grandslam,

50 orang berhasil sampai ke Wimbledon ,

4 orang berlaga di semifinal,

Dan hanya dua orang yg berlaga di final.

Ketika saya menjadi juara dan mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan : "Mengapa saya?",

Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan : "Mengapa saya?"

Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini : kesuksesan, karier yang mulus, kebahagiaan dan kesehatan.
Ketika yang kita terima justru sebaliknya : penyakit, kesulitan, penderitaan dan kegagalan, seringkali kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.

Tetapi tidak demikian. Ashe berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman : tetap teguh dalam pengharapan, walau ada beban hidup yang menekan.

Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik.

sumber: http://ceritainspirasi-arif.blogspot.com

Menjadi Orang Asing di Dunia

Menjadi Orang Asing di Dunia

Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh
Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 40. Oleh: Abu Fatah Amrulloh
Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar

Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Penjelasan
Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya.

Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: “beliau pernah memegang kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam –pent) memulai kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah menawan bapak kita, Adam ‘alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya perkataan seorang penyair:

Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai
Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu
Yaitu Alloh jalla wa ‘ala

Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang
Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula
Yaitu surga

Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa ‘ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai.

Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun,

“Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS Al Ankabut: 14)

Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya.

Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya. Jika Alloh memberi nikmat padamu sehingga engkau bisa memahami hakikat dunia ini, bahwa dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang sementara dan tidak kekal, niscaya hatimu akan menjadi sehat. Adapun jika engkau lalai tentang hakikat ini maka kematian dapat menimpa hatimu. Semoga Alloh menyadarkan kita semua dari segala bentuk kelalaian.

Kemudian Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma melanjutkan dengan berwasiat,

“Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada pagi hari jangan menunggu datangnya sore.”

Yaitu hendaklah Anda senantiasa waspada dengan kematian yang datang secara tiba-tiba. Hendaklah Anda senantiasa siap dengan datangnya kematian. Disebutkan dari para ulama salaf dan ulama hadits bahwa jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya.

Jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya. Hal ini dapat terjadi dengan senantiasa mengingat hak Alloh. Jika dia beribadah, maka dia telah menunaikan hak Alloh dan ikhlas dalam beribadah hanya untuk Robbnya. Jika dia memberi nafkah pada keluarganya, maka dia melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat. Jika dia berjual beli, maka dia akan melakukan dengan ikhlas dan senantiasa berharap untuk mendapatkan rezeki yang halal. Demikianlah, setiap kegiatan yang dia lakukan, senantiasa dilandasi oleh ilmu. Ini adalah keutamaan orang yang memiliki ilmu, jika mereka bertindak dan berbuat sesuatu maka dia akan senantiasa melandasinya dengan hukum syariat. Jika mereka berbuat dosa dan kesalahan, maka dengan segera mereka akan memohon ampunan. Maka dia akan seperti orang yang tidak berdosa setelah beristigfar. Ini adalah kedudukan mereka. Oleh karena itu Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma mengatakan:

“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Sumber: http://muslim.or.id/?p=440